Peta pertarungan mata uang digital global memasuki babak baru. Di bawah pemerintahan Trump, AS mendorong stablecoin swasta berbasis dolar untuk mempertahankan hegemoni finansialnya, sementara Eropa dan China mengandalkan CBDC (Central Bank Digital Currency/Mata Uang Digital Bank Sentral) sebagai benteng pertahanan kedaulatan moneter. Perbedaan pendekatan ini bukan sekadar soal teknologi, melainkan cerminan perang pengaruh ekonomi global yang menentukan masa depan uang.
Fokus Utama:
● Pergeseran Strategi AS: Dukungan penuh pemerintahan Trump terhadap stablecoin swasta sebagai cara mempertahankan dominasi dolar dalam sistem keuangan digital.
● Respons Defensif Eropa dan China: Pengembangan digital euro dan yuan digital (e-CNY) oleh ECB dan PBOC untuk melindungi kedaulatan moneter dari ancaman kripto.
● Pertarungan Ideologis: Bentrokan antara visi uang digital terdesentralisasi ala AS versus model terpusat yang diusung Eropa dan China, yang akan membentuk arsitektur keuangan global masa depan.
Pemerintahan Trump dorong stablecoin, sementara Eropa dan China jawab dengan mata uang digital bank sentral. Simak analisis mendalam perang pengaruh yang menentukan masa depan uang dalam sistem keuangan global.
Sebuah pertarungan diam-diam yang akan menentukan masa depan uang sedang berlangsung di balik layar kekuasaan global. Di satu sisi, Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump memilih jalan yang tak terduga: membuka kran lebar-lebar untuk mata uang kripto stablecoin swasta. Di sisi berseberangan, Eropa dan China justru mempercepat proyek raksasa mereka, yakni mata uang digital bank sentral (CBDC).
Pertarungan ini bukan sekadar perlombaan teknologi finansial. Ini adalah perang ideologis tentang bagaimana uang harus diciptakan, dikendalikan, dan diedarkan di abad digital. “Ini adalah pertarungan untuk masa depan sistem keuangan global,” ujar seorang analis kebijakan moneter yang enggan disebutkan namanya seperti dilansir Bloomberg, “Antara model terdesentralisasi ala AS versus model terpusat ala China.”

Dolar Digital ala Trump
Pemerintahan Trump, dengan filosofi pasar bebasnya, melihat stablecoin—mata uang kripto yang dipatok pada aset stabil seperti dolar AS—sebagai jalan pintas menuju digitalisasi dolar. Alih-alih menghabiskan sumber daya untuk mengembangkan CBDC-nya sendiri, AS memanfaatkan inovasi sektor swasta.
Dengan mendukung stablecoin yang menggunakan dolar sebagai cadangan, AS pada dasarnya melakukan digitalisasi dolar tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Ini strategi yang cerdik. Data terbaru dari Atlantic Council menunjukkan, 130 negara—mewakili 98% PDB global—sedang mengeksplorasi CBDC. Namun AS justru menjadi penonton yang aktif dalam perlombaan ini, sambil memastikan kerangka regulasi mendukung pertumbuhan stablecoin.
Benteng Pertahanan Eropa dan China
Berbanding terbalik dengan pendekatan AS, Bank Sentral Eropa (ECB) dan People’s Bank of China (PBOC) memandang stablecoin swasta sebagai ancaman terhadap kedaulatan moneter mereka. Christine Lagarde, Presiden ECB, telah berulang kali menegaskan bahwa digital euro diperlukan untuk memastikan Eropa tidak kehilangan kendali atas sistem pembayarannya sendiri.
Sementara itu, China telah melangkah lebih jauh. e-CNY (digital yuan) telah diuji coba pada Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dan kini digunakan di lebih dari 20 kota. Proyek ini bukan sekadar eksperimen teknologi, melainkan bagian dari strategi geopolitik Beijing untuk mengurangi ketergantungan pada sistem finansial yang didominasi dolar. Mereka melihat apa yang terjadi dengan sanksi finansial terhadap Rusia dan tidak ingin memiliki kerentanan yang sama.
Pertanyaannya sekarang, apakah kedua model ini dapat berdampingan? Beberapa pakar meragukannya. “Ini seperti mencoba mencampur minyak dan air,” kata seorang ekonom bank investasi global. “Satu model dibangun di atas prinsip desentralisasi dan swasta, sementara yang lain pada kendali penuh oleh otoritas pusat.”
Kekhawatiran utama dari model stablecoin adalah stabilitas finansial. Ingat saja kolapsnya TerraUSD pada 2022 yang memicu kerugian miliaran dolar. Sementara itu, model CBDC menuai kritik karena potensi pengawasan yang masif terhadap transaksi setiap warga.
Perdebatan ini akan menentukan tidak hanya bagaimana kita membayar kopi di pagi hari, tetapi juga bagaimana kekuatan ekonomi global akan terdistribusi dalam beberapa dekade mendatang. Satu hal yang pasti: pertarungan atas masa depan uang telah resmi dimulai, dan tidak ada pihak yang mau mengalah.
Digionary:
● CBDC (Central Bank Digital Currency): Mata uang digital yang dikeluarkan dan diatur oleh bank sentral suatu negara, merupakan versi digital dari mata uang fiat.
● Desentralisasi: Sistem yang tidak dikendalikan oleh otoritas tunggal, distribusi kendali tersebar di antara banyak peserta.
● Digital Yuan (e-CNY): Mata uang digital bank sentral yang dikeluarkan oleh People’s Bank of China.
● ECB (European Central Bank): Bank Sentral Eropa yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di zona euro.
● Fiat Currency: Mata uang yang diterbitkan pemerintah yang tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas.
● Hegemoni: Dominasi atau kepemimpinan oleh satu negara atau kelompok atas negara lain.
● PBOC (People’s Bank of China): Bank Sentral Republik Rakyat China.
● Stablecoin: Jenis mata uang kripto yang nilainya dipatok kepada aset stabil seperti mata uang fiat atau emas.
● TerraUSD: Sebuah stablecoin algoritmik yang mengalami keruntuhan spektakuler pada tahun 2022.
#MataUangDigital #CBDC #Stablecoin #DigitalYuan #DigitalEuro #EkonomiDigital #BankSentral #Trump #KebijakanMoneter #Fintech #Blockchain #Geopolitik #SistemPembayaran #ECB #PBOC #FutureOfMoney #KeuanganDigital #HegemoniDolar #FinansialGlobal #TeknologiFinansial
