Forum kepemimpinan treasury pertama Standard Chartered di Indonesia menegaskan pergeseran strategis: fungsi treasury tak lagi sekadar pengelola kas di belakang layar, melainkan mesin inovasi dan ketahanan bisnis di tengah gelombang digitalisasi ekonomi yang diproyeksikan tembus US$150 miliar pada 2030. Forum ini menyoroti percepatan adopsi infrastruktur kunci seperti BI-FAST dan QRIS lintas batas sebagai tulang punggung sistem pembayaran masa depan.
Fokus Utama:
1. Pergeseran paradigma fungsi treasury dari back office menjadi pusat strategi pertumbuhan dan ketahanan perusahaan di era digital.
2. Peluang dan strategi memanfaatkan infrastruktur pembayaran digital nasional (BI-FAST, QRIS) serta konektivitas global untuk efisiensi dan inklusi keuangan.
3. Kolaborasi antara regulator, perbankan, fintech, dan korporasi dalam membangun ekosistem treasury yang tangguh dan inovatif menghadapi masa depan.
Geliat ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan capai US$150 miliar membawa konsekuensi logis: fungsi treasury harus bertransformasi. Standard Chartered gelar forum strategis bahas bagaimana BI-FAST, QRIS lintas batas, dan kecerdasan AI mengubah treasury menjadi jantung inovasi bisnis. Baca analisis lengkapnya di sini.
Gelombang transformasi digital yang menyapu Indonesia tidak hanya mengubah cara masyarakat bertransaksi, tetapi juga merekonfigurasi fungsi paling fundamental dalam dunia korporasi: manajemen treasury. Apa yang dulu dipandang sebagai divisi back office yang mengurusi kas dan likuiditas, kini bergerak ke garis depan sebagai penggerak pertumbuhan dan perisai ketahanan bisnis.
Dalam forum strategis bertajuk “Blueprint untuk Treasury Masa Depan” yang digelar Standard Chartered Indonesia, Rabu (22/10), para pelaku industri, regulator, dan pakar membedah pergeseran paradigma ini. Donny Donosepoetro, CEO Standard Chartered Indonesia, dalam pembukaannya menegaskan, tuntutan dunia bisnis kini telah berubah.
“Perusahaan-perusahaan tak lagi sekadar butuh mengelola uang. Mereka membutuhkan solusi untuk menyatukan data yang terserak, mengotomatisasi proses, dan mengambil keputusan strategis dengan kecepatan cahaya. Di sinilah treasury yang terdigitalisasi menjadi keunggulan kompetitif yang sesungguhnya,” ujar Donny.
Forum yang pertama kali diadakan di Indonesia ini hadir di tengah laju digitalisasi yang kian deras. Data Komdigi menyebut lebih dari 224 juta penduduk Indonesia telah terhubung ke internet. McKinsey Global Institute memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia akan melesat hingga US$150 miliar pada 2030, menyumbang hampir 10% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Angka ini bukan sekadar proyeksi, melainkan sebuah panggilan untuk bertindak. Di tengah dunia yang bergerak cepat, adaptasi bukan pilihan, melainkan keharusan,” tegas Edwin Hidayat Abdullah, Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komedig) yang hadir sebagai pembicara kunci.
Edvin menyoroti peran strategis infrastruktur pembayaran digital yang dibangun pemerintah, seperti BI-FAST dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) lintas batas. “Ini adalah tulang punggung bagi terwujudnya AI-powered treasury yang cerdas dan efisien. QRIS lintas batas, yang menjadi jembatan pembayaran real-time pertama di ASEAN, membuka pintu bagi arus perdagangan yang lebih lancar,” paparnya.
Sesi panel pertama forum, “Membangun Kepercayaan, Kecepatan, dan Skala di Era Pembayaran Digital Indonesia”, mengerucut pada diskusi tentang bagaimana infrastruktur digital ini menjadi darah kehidupan bagi bisnis modern. BI-FAST, dengan kemampuannya menyelesaikan transaksi dalam hitungan detik secara 24/7, telah merevolusi manajemen kas dan likuiditas.
Dodi Soewandi, Kepala IT Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), menambahkan, “Interoperabilitas adalah kunci. Tantangan ke depan adalah memastikan seluruh sistem dapat ‘berbicara’ dalam bahasa yang sama, sehingga efisiensi yang tercipta benar-benar menyeluruh, dari level korporasi besar hingga UMKM.”
Sesi kedua, “Digital Treasury in Aksi: Menanamkan Inovasi dalam Operasional Sehari-hari”, membawa diskusi ke tingkat yang lebih praktis. Para corporate treasurer dan pelaku fintech berbagi pengalaman nyata.
Michael Spiegel, Global Head of Transaction Banking Standard Chartered, menekankan pentingnya visi global yang diselaraskan dengan kondisi lokal. “Jaringan global kami melihat bagaimana perusahaan-perusahaan top dunia mengelola treasury mereka. Polanya sama: integrasi, automasi, dan data-driven decision making. Kami hadir di Indonesia untuk menghubungkan ekosistem lokal dengan tren global tersebut,” jelas Spiegel.
Joan Aman, Direktur Solusi Bangun Indonesia, membagikan pengalamannya mengadopsi solusi treasury digital. “Efisiensi yang kami peroleh bukan hanya soal menghemat waktu, tetapi lebih pada kemampuan kami merespons dinamika pasar dengan lebih agresif dan akurat,” ujarnya.
Amod Dixit, CEO Zensung, sebuah platform fintech, menambahkan, “Kolaborasi antara bank seperti Standard Chartered dengan fintech adalah penopang inovasi. Kami membawa teknologi yang lincah, sementara bank memberikan jangkauan, keamanan, dan kedalaman layanan yang dibutuhkan korporasi.”
Forum ini menutup dengan satu kesimpulan utama: di tengah arus digitalisasi yang tak terbendung, masa depan bukan hanya tentang siapa yang memiliki modal besar, melainkan siapa yang memiliki manajemen treasury paling cerdas, tangguh, dan terintegrasi.
Digionary:
● BI-FAST: Sistem pembayaran nasional Indonesia yang memungkinkan transaksi antar bank secara real-time (24/7) dengan biaya yang terjangkau.
●Digital Treasury: Fungsi pengelolaan keuangan perusahaan (kas, likuiditas, risiko) yang memanfaatkan teknologi digital dan platform otomatisasi untuk efisiensi dan strategi.
●Inklusi Keuangan: Upaya untuk memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal yang terjangkau dan berkualitas.
●Interoperabilitas: Kemampuan berbagai sistem pembayaran atau platform yang berbeda untuk terhubung dan bekerja sama secara mulus.
●QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard): Standar nasional Indonesia untuk pembayaran menggunakan kode QR, yang memungkinkan transaksi antar merchant dan penyedia jasa pembayaran yang berbeda.
●Treasury: Fungsi dalam perusahaan yang bertanggung jawab mengelola modal kerja, likuiditas, investasi, dan risiko keuangan.
#Treasury #Digitalisasi #StandardChartered #EkonomiDigital #BIFAST #QRIS #Fintech #Perbankan #InovasiKeuangan #TransformasiDigital #ASEAN #ManajemenKas #EkosistemDigital #Korporasi #BusinessStrategy #FinancialTechnology #InklusiKeuangan #RealTimePayments #FutureOfFinance #AI
