Skandal AI di Sektor Publik, Deloitte Akhirnya Kembalikan Dana Pemerintah Australia

- 9 Oktober 2025 - 16:15

Deloitte Australia terpaksa mengembalikan sebagian fee kepada pemerintah setelah laporan konsultasinya yang bernilai AU$440.000 (US$290.000) terbukti mengandung sejumlah kesalahan fatal yang diduga kuat dihasilkan oleh AI. Kesalahan itu termasuk kutipan palsu dari putusan pengadilan dan referensi jurnal akademis fiktif, memicu pertanyaan serius tentang standar audit dan etika penggunaan kecerdasan buatan di sektor publik.


Fokus Utama:

1. Refund dan Pengakuan Kesalahan: Deloitte setuju mengembalikan pembayaran termin terakhir kepada pemerintah Australia setelah laporannya yang penuh dengan kutipan dan referensi fiktif terbongkar.
2. Kegagalan Teknologi dan Akuntabilitas: Laporan tersebut mengungkap ketergantungan yang ceroboh pada AI generatif (Azure OpenAI), yang menyebabkan “halusinasi” fakta dalam dokumen resmi pemerintah.
3. Dampak terhadap Kredibilitas: Kasus ini memicu kecaman dari kalangan akademisi dan politisi, yang menilai kesalahan ini merusak integritas proses audit dan berpotensi menyesatkan pembuatan kebijakan.


Deloitte Australia gagal total. Laporan senilai AU$440.000 untuk pemerintah ternyata berisi kutipan hakim fiktif & jurnal aspal hasil halusinasi AI. Simak kisah lengkap skandal yang paksa raksasa konsultan ini kembalikan uang negara.


Sebuah laporan konsultan yang seharusnya menjadi pedoman kebijakan justru berubah menjadi blunder memalukan bagi Deloitte Australia. Raksasa jasa profesional itu terpaksa mengembalikan sebagian dari fee AU$440.000 (sekitar US$290.000) kepada pemerintah Australia setelah sebuah laporan yang mereka susun untuk Departemen Tenaga Kerja dan Hubungan Industrial terbukti dipenuhi oleh kesalahan fatal yang beraroma khas “halusinasi” kecerdasan buatan (AI).

Kesalahan dalam laporan setebal 237 halaman itu bukanlah typo biasa. Di dalamnya, terdapat kutipan yang sepenuhnya dikarang dan diatribusikan kepada seorang hakim federal, serta referensi pada sejumlah makalah akademis yang ternyata tidak pernah ada. Fakta memalukan ini terbongkar berkat kewaspadaan Dr. Chris Rudge, seorang peneliti hukum kesejahteraan dari University of Sydney.

“Hal pertama yang mencuri perhatian saya adalah sebuah klaim bahwa kolega saya, Profesor Lisa Burton Crawford, menulis sebuah buku yang sama sekali tidak masuk akal dan di luar bidang keahliannya. Saya langsung tahu ini pasti dihalusinasi oleh AI atau merupakan rahasia terbesar dunia karena saya sama sekali tidak pernah mendengar buku itu,” ujar Rudge, menggambarkan momen ketika ia pertama kali menemukan ketidakberesan tersebut seperti dikutip AP.

Setelah diselidiki lebih dalam, Rudge menemukan setidaknya 20 kesalahan serupa. Yang paling berbahaya adalah pemalsuan terhadap kutipan putusan pengadilan. “Mereka salah mengutip perkara pengadilan, lalu membuat-buat kutipan dari seorang hakim. Ini masalah serius. Ini tentang menyatakan hukum yang salah kepada pemerintah Australia dalam laporan yang mereka andalkan,” tegas Rudge, menekankan betapa kelalaian ini bukan sekadar persoalan akademis, melainkan potensi penyesatan kebijakan publik.

Di bawah tekanan, Deloitte akhirnya melakukan tinjauan internal dan mengakui bahwa “beberapa catatan kaki dan referensi tidak tepat.” Departemen pemerintah kemudian merilis versi revisi dari laporan tersebut pada Jumat lalu. Dalam versi yang diperbaiki itu, untuk pertama kalinya muncul pengakuan tertulis bahwa sebuah “sistem bahasa AI generatif, Azure OpenAI,” digunakan dalam penulisan laporan tersebut.

Meski pihak Departemen menyatakan bahwa “inti” laporan dan rekomendasinya tidak berubah, langkah Deloitte untuk mengembalikan pembayaran termin terakhir dinilai sebagai pengakuan tak langsung atas kegagalan kualitas yang fatal. Senator Barbara Pocock dari Partai Hijau Australia bahkan menuntut lebih jauh.

“Deloitte seharusnya mengembalikan seluruh uangnya, AU$440.000. Mereka menyalahgunakan AI dan menggunakannya dengan sangat tidak pantas: salah mengutip hakim, menggunakan referensi yang tidak ada. Ini adalah kesalahan yang akan membuat mahasiswa tahun pertama kesulitan besar,” kritik Pocock dengan tegas.

Saat dikonfirmasi oleh Associated Press, Deloitte hanya memberikan pernyataan singkat bahwa “masalah ini telah diselesaikan langsung dengan klien,” dan menolak menjawab pertanyaan spesifik tentang apakah kesalahan tersebut memang bersumber dari AI.

Kasus Deloitte Australia ini menjadi pengingat keras bagi industri konsultan dan pemerintah di seluruh dunia. Di tengah euforia efisiensi yang ditawarkan teknologi AI, etika, akurasi, dan akuntabilitas profesional tetaplah harga mati yang tidak bisa digantikan oleh mesin mana pun. Ketika robot salah, yang memikul tanggung jawab akhir tetaplah manusia di belakangnya.


Digionary:

· AI Generatif (Generative AI): Jenis kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan konten teks, gambar, atau suara baru berdasarkan data yang dipelajarinya.
· Azure OpenAI: Layanan cloud Microsoft yang menyediakan akses ke model AI canggih dari OpenAI, seperti GPT, untuk pengembangan aplikasi.
· Deloitte: Salah satu dari “Big Four” firma jasa profesional terbesar di dunia yang bergerak di bidang audit, konsultan, pajak, dan risk advisory.
· Halusinasi AI (AI Hallucination): Fenomena di mana model AI menghasilkan informasi yang salah, tidak akurat, atau sepenuhnya fiktif, tetapi disajikan seolah-olah itu adalah fakta.
· Konsultan Profesional (Professional Services Firm): Perusahaan yang menawarkan jasa berbasis keahlian khusus, seperti konsultasi manajemen, hukum, atau teknologi.

#Deloitte #SkandalAI #AI #KecerdasanBuatan #HalusinasiAI #Australia #PemerintahAustralia #Konsultan #Audit #EtikaAI #Teknologi #BeritaTeknologi #AzureOpenAI #KebijakanPublik #Akuntabilitas #BigFour #KonsultanManagement #AIethics #GovTech #AP

Comments are closed.