BRI optimistis laba 2023 capai Rp58 triliun, bahkan kalau meleset bisa Rp60 triliunan

- 12 September 2023 - 20:38
Ban BRI

digitalbank.id – Sampai dengan akhir 2023 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) optimistis mampu mengantongi laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp58 triliun alias tumbuh 12,84% dibandingkan dengan laba 2022 sebesar Rp51,4 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pencapaian itu setelah mengalokasikan pencadangan terhadap NPL yang sangat memadai sebagai langkah prudential banking.

Menurut dia, tahun lalu BRI memproyeksi laba bersih bisa di level Rp40 triliun. “Itu kalau nggak meleset. Kalau meleset mungkin Rp45 triliun, tapi ternyata kelewat sampai Rp51 triliun,” ujarnya di acara Media Gathering BRI di BRILian Stadium, Selasa (12/9).

Sunarso mengatakan, tahun 2023 ini BRI juga memproyeksikan laba Rp58 triliun. “Itu kalau tidak meleset ya, kalau meleset ya bisa Rp60 triliunan,” tuturnya.

Baca juga: BRI Finance bukukan total penyaluran pembiayaan senilai Rp3,6 triliun sampai Agustus 2023!

Lebih lanjut dia mengatakan pada semester I-2023 BRI mampu mencetak laba bersih Rp29,56 triliun. Menurut Sunarso, kredit yang di-booking mulai Januari hingga Desember masih menghasilkan dan ditambah kredit jadi basisnya meningkat meski biaya (cost) juga naik.

“Namun, akumulasi marjin pun turut meningkat yang mendukung perolehan laba perseroan, di samping itu efisiensi juga mendorong peningkatan laba. Sehingga kami optimis target laba Rp 58 triliun bisa kami capai, karena itu komitmen kami leverage capital yang tinggi untuk tumbuh sustain,” kata Sunarso.

Optimisme yang diungkapkan Sunarso didasarkan pada proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini yang bisa meningkat 10%-12% secara year on year (yoy). Meski pada semester I-2023 kredit tumbuh 8,8% (yoy), Sunarso meyakini di semester II kredit bisa tumbuh dua digit.

Selain dari kredit yang tumbuh tinggi, BRI juga mendorong pendapatan bunga berbasis komisi (fee based income/FBI) yang bisa mendongkrak perolehan laba. Pada saat Sunarso di BRI tahun 2015 sampai dengan Oktober 2017 dicanangkan rasio fee to income dua digit. Namun, nyatanya hingga Sunarso ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Pegadaian, target fee to income ratio dua digit masih belum tercapai.

Baca juga: Kolaborasi dengan Chandra Asri, BRI fasilitasi pembiayaan polimer domestik

“Baru tercapainya ketika saya balik lagi ke BRI tahun 2019, saya jadi dirut itu September 2019, jadi di 2020 kami mulai dan justru saat pandemi fee income double digit. Sampai 2021, 2022 di atas 10%, sekarang sudah 11%,” kata Sunarso.

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan fee based income BRI sangat baik. Sumber FBI bank bersandi saham BBRI ini utamanya berasal dari transaksi mobile banking BRImo. Kemudian dari layanan administrasi kredit, dan fee dari trade finance yang terintegrasi.

Selain BRImo untuk ritel, BRI juga punya Qlola yang memfasilitasi transaksi wholesale. Ada lima fungsi dari Qlola, yakni trade finance, cash management, forex, investasi, dan dashboard untuk monitoring. Dari layanan tersebut, semuanya menghasilkan fee.

Baca juga: BRI dan SOGO Dept. Store kolaborasi gelar program promosi untuk pacu transaksi cashless

Pencadangan terhadap rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) BRI mencapai Rp 90triliun. Nilai itu tiga kali lipat dari nilai kredit macetnya senilai Rp30 triliun. Pencadangan juga dipupuk termasuk untuk kredit BUMN karya yang dirunduk masalah. Dia mengibaratkan, apabila tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, bisa saja BRI tidak membentuk cadangan sebesar itu, untuk memperoleh laba yang lebih besar. ■

Comments are closed.