Berenberg Capital Markets mengeluarkan pernyataan kontroversial bahwa siklus super barang mewah selama 30 tahun telah berakhir. Meski saham LVMH mengalami lonjakan terbesar sejak 2001, analis Nick Anderson dan timnya justru menurunkan rating LVMH dan Kering, menyoroti masalah struktural di China, tekanan pada konsumen “aspirational”, dan perubahan perilaku konsumen muda.
Fokus Utama:
1. Berenberg menyatakan siklus super barang mewah tiga dekade telah tamat, beralih dari pertumbuhan historis 6% menjadi proyeksi 2-3% per tahun.
2. Terjadi pemisahan jelas antara konsumen mewah “absolut” yang tahan krisis dan konsumen “aspirational” yang tertekan inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
3. Lonjakan saham LVMH terbesar sejak 2001 berhadapan dengan peringatan dari analis tentang valuasi yang sudah mahal dan prospek jangka pendek yang kompleks.
Laporan kontroversial Berenberg mengungkapkan siklus super barang mewah 30 tahun tamat. Simak analisis mendalam di balik reli saham LVMH dan masa depan industri bernilai triliunan dolar.
Dalam sebuah laporan yang mengguncang pasar keuangan global, Berenberg Capital Markets menyatakan bahwa siklus super (supercycle) barang mewah yang telah berlangsung selama tiga dekade secara resmi telah berakhir. Pernyataan kontroversial ini datang justru di saat saham LVMH—raksasa barang mewah dunia—mencatat lonjakan terbesar sejak 2001.
“Industri barang mewah berada pada titik balik,” tulis tim analis pimpinan Nick Anderson dalam laporannya, pekan lalu. Dalam langkah berani yang bertolak belakang dengan sentimen pasar, Berenberg menurunkan peringkat LVMH dari ‘beli’ menjadi ‘tahan’, dan pemilik Gucci, Kering SA, dari ‘tahan’ menjadi ‘jual’.
Sebagai informasi LVMH merupakan gabungan dari rumah mode terkenal dunia Louis Vuitton bersama Moet Hennessy. Moet Hennesy sendiri merupakan hasil gabungan dari dua produsen champagne Moët & Chandon dan Hennessy. LVMH mengontrol kurang lebih 60 anak perusahaan, yang hampir seluruhnya menjadi brand-brand ternama. Nama-nama di bawah LVMH pun sudah sangat familiar. Sebut saja Celine, Dior, Fendi, Givenchy, Kenzo, Louis Vuitton, Marc Jacobs, Bulgari, TAG Heuer, Benefit Cosmetics, dan masih banyak lagi.
Selama 30 tahun, industri barang mewah menikmati masa keemasan yang didorong oleh ledakan permintaan dari China dan belanja konsumen AS yang tak kenal lelah. Namun, menurut Anderson, era itu kini telah berakhir. “Kami percaya bahwa industri ini menghadapi masalah permintaan struktural, dan setelah tiga dekade, supercycle barang mewah telah berakhir,” tegas laporan tersebut.
Berenberg memproyeksikan pertumbuhan permintaan hanya sebesar 2%-3% per tahun dalam jangka menengah—jauh di bawah rata-rata historis sekitar 6%. Analisis ini berbeda dengan pandangan optimis analis lain yang cenderung menyalahkan faktor sisi pasokan semata.
Yang menarik, laporan Berenberg mengungkap fenomena polarisasi di pasar mewah. Anderson membedakan antara konsumen mewah “absolut” yang digerakkan oleh kekayaan, dan pembeli “aspirational” yang digerakkan oleh pendapatan.
“Konsumen aspirational sedang tertekan,” ujarnya, merujuk pada tekanan inflasi yang lebih tinggi, kenaikan biaya perumahan, beban pajak yang tidak pasti, serta ancaman kehilangan pekerjaan akibat kecerdasan buatan. Menurut analisis mereka, LVMH dan Kering lebih condong bergantung pada konsumen aspirational dibandingkan pesaing mereka.
Strategi Berenberg pun mencerminkan pandangan ini: posisi short terhadap eksposur barang mewah aspirational, long terhadap barang mewah absolut, dan long terhadap barang olahraga.
Laporan Berenberg ini muncul di momen yang ironis. Pada hari yang sama, saham LVMH mencatat kenaikan intraday terbesar sejak September 2001, setelah perusahaan melaporkan kembalinya pertumbuhan penjualan. Reli ini ikut mengangkat saham pesaingnya, termasuk Kering.
Kering adalah sebuah grup internasional yang berkantor pusat di Paris dan fokus pada produksi barang mewah. Merek yang dimiliki oleh Kering antara lain Gucci dan Yves Saint Laurent. Pinault S.A. didirikan sebagai sebuah perusahaan perdagangan kayu pada tahun 1963 oleh François Pinault.
UBS Group AG bahkan menaikkan proyeksinya terhadap LVMH, meningkatkan rekomendasi saham dari ‘tahan’ menjadi ‘beli’ dengan catatan bahwa “momentum telah kembali” setelah hasil kinerja yang “mengubah pandangan secara fundamental.”
Namun, Anderson bersikukuh dengan pandangannya. Lonjakan saham tersebut justru telah mendorong valuasi ke level yang menuntut, dan sebagian besar analis tetap berhati-hati dalam menyebut adanya pemulihan yang berkelanjutan.
Dengan tekanan di China—mesir pertumbuhan industri mewah selama ini—dan ketidakpastian di pasar AS, prospek jangka pendek industri mewah tetap kompleks dan tidak pasti. Saat tirai menutup era keemasan barang mewah, babak baru yang penuh ketidakpastian pun dimulai.
Meredupnya kilau industri barang mewah global, dipicu oleh koreksi pasar modal sebesar 15%-20% dan perlambatan tajam konsumsi di Tiongkok, kini mengirimkan gelombang kejut yang harus diantisipasi oleh sektor perbankan. Implikasi utamanya adalah meningkatnya risiko kredit dan pembiayaan, di mana bank dengan eksposur besar (misalnya, pada pembiayaan ekspansi gerai di Tiongkok) menghadapi potensi kenaikan NPL karena nilai inventori mewah sebagai agunan mulai menyusut.
Selain itu, bisnis Wealth Management & Private Banking akan merasakan dampaknya melalui terkoreksinya AUM klien HNWI dan memaksa bank menyesuaikan produk investasi dari barang mewah ke instrumen yang lebih likuid. Penurunan ini juga memicu kontraksi pada layanan kartu kredit premium dan menekan fee income bank.
Namun, di tengah tekanan ini, muncul peluang strategis: bank dapat memposisikan diri untuk membiayai akuisisi dan restrukturisasi utang dalam konsolidasi industri, serta mengarahkan pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing) sebagai jalan keluar, sambil secara proaktif melakukan stress testing portofolio dan diversifikasi eksposur demi mengantisipasi efek lanjutan yang diperkirakan terasa penuh dalam 2-3 kuartal ke depan.
Digionary:
· Barang Mewah Absolut: Produk mewah tingkat tinggi yang dibeli oleh konsumen kaya tanpa mempertimbangkan harga, murni didorong oleh kekayaan.
· Konsumen Aspirational: Pembeli yang menginginkan barang mewah sebagai simbol status, namun pengeluarannya sangat dipengaruhi oleh kondisi pendapatan dan ekonomi.
· Posisi Short: Strategi investasi dengan meminjam saham untuk dijual, berharap bisa membeli kembali saat harga turun.
· Supercycle: Periode pertumbuhan ekonomi yang luar biasa panjang dan kuat di suatu sektor atau komoditas.
· Valuasi: Proses penilaian nilai intrinsik suatu perusahaan atau aset, sering diukur dengan metrik seperti P/E ratio.
#BarangMewah #LVMH #EkonomiGlobal #PasarMewah #AnalisisPasar #Investasi #Supercycle #Kering #Gucci #Berenberg #Konsumen #EkonomiChina #Inflasi #WallStreet #Saham #Finansial #Polarisasi #Aspirational #LuxuryGoods #MarketAnalysis
