Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon LP Napitupulu menyampaikan pesan tegas kepada regulator: bagi BTN, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) praktis sudah berada di titik terendah! Dengan 60% portofolio kredit berupa KPR dan bunga yang telah ditekan hingga 5%, bahkan promo 2,65%, ruang penurunan bunga semakin sempit. Di tengah desakan Bank Indonesia agar perbankan mempercepat transmisi penurunan suku bunga kredit, Nixon memilih bersuara jujur—bahwa kebijakan perumahan nasional memiliki karakteristik berbeda dari kredit komersial biasa.
Fokus Utama:
■ BTN berada di posisi unik di industri perbankan, dengan 60% portofolio kredit berupa KPR berbunga rendah, membuat ruang penurunan bunga semakin sempit tanpa mengorbankan keberlanjutan bisnis.
■ Di bawah kepemimpinan Nixon Napitupulu, BTN menegaskan bahwa bunga KPR 5% dan promo 2,65% bukan respons sesaat, melainkan hasil strategi jangka panjang mendukung agenda perumahan nasional.
■ Ketika Bank Indonesia mendorong penurunan suku bunga kredit, BTN menuntut relaksasi kebijakan, menegaskan bahwa mandat publik dan logika bisnis tidak selalu berjalan dalam ritme yang sama.
Di tengah kritik Bank Indonesia terhadap lambatnya penurunan suku bunga kredit perbankan, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon LP Napitupulu memilih berbicara apa adanya. Bagi BTN, bank yang sejak lahir mengemban mandat pembiayaan perumahan nasional, ruang penurunan bunga—khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR)—nyaris habis.
Sekitar 60% portofolio kredit BTN berasal dari KPR. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan fondasi bisnis sekaligus identitas bank. Nixon menyebut, bunga KPR BTN saat ini sudah berada di kisaran 5%, bahkan untuk program promosi pernah ditekan hingga 2,65%.
“Bunganya sudah 5%, kita mau turunin ke berapa lagi? Nah yang bunga promo kan kita juga udah turunin ke 2,65%, jadi sebenarnya kita sudah lakukan jauh sebelum ini,” ujar Nixon di Menara BTN 2, Jakarta Selatan, Kamis (18/12).
Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa BTN tidak berada dalam posisi yang sama dengan bank-bank lain yang portofolio kreditnya didominasi segmen komersial atau konsumsi non-perumahan. Di BTN, bunga rendah bukan respons sesaat terhadap siklus moneter, melainkan konsekuensi dari kebijakan jangka panjang negara.
Nixon mengakui, dampak penurunan suku bunga terhadap KPR nonsubsidi relatif tidak terasa signifikan. Volume KPR nonsubsidi jauh lebih kecil dibandingkan KPR subsidi, sehingga efeknya ke kinerja bank tidak langsung terlihat. “Tapi sebenarnya kita sudah turunin bunga. Jadi yield juga akan nanti kelihatan gitu ya,” tambahnya.
Sebagai bank yang menjadi tulang punggung Program Perumahan Nasional, BTN juga menjalankan Kredit Program Perumahan (KPP) dengan bunga tetap 6%. Nixon membuka kemungkinan penurunan lebih lanjut, namun kembali menekankan bahwa setiap penyesuaian memiliki batas rasional.
Tak hanya di segmen ritel, bunga kredit korporasi BTN pun dinilai sudah kompetitif. “BTN dampak penurunannya nggak akan besar. Karena memang yieldnya udah rendah dan udah dipatok di 5%,” kata Nixon.
Di titik inilah, Nixon mengambil langkah yang jarang dilakukan CEO bank besar: menyampaikan langsung keberatannya kepada regulator. Ia berencana menyurati Bank Indonesia, meminta pemahaman bahwa BTN menjalankan program pemerintah dengan karakteristik khusus.
“Itu yang saya juga mau suratin BI, apakah kita tidak menerima relaksasi kalau memang dari awal program pemerintah yang kita jalanin. Kecuali pemerintah menurunkan bunganya gitu kan. 5% itu sudah rendah menurut saya. Dan nggak ada produk KPR 20 tahun yang bunganya serendah itu,” tegasnya.
Data Bank Indonesia menunjukkan, secara agregat, suku bunga kredit perbankan baru turun 24 bps sepanjang 2025, dari 9,20% di awal tahun menjadi 8,96% pada November 2025. “Suku bunga kredit perbankan lebih lambat baru turun 24 bps menjadi 8,96% pada November 2025,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur Desember 2025.
Namun bagi BTN, angka agregat itu tidak sepenuhnya mencerminkan realitas di lapangan. Nixon memosisikan dirinya bukan sekadar sebagai bankir, tetapi sebagai penjaga keseimbangan antara stabilitas bank, mandat negara, dan keterjangkauan rumah bagi masyarakat.
Dalam lanskap perbankan nasional, posisi ini membuat BTN—dan Nixon Napitupulu—berdiri di persimpangan antara logika pasar dan kebijakan publik.
Digionary:
● bps (Basis Point): Satuan perubahan suku bunga, 1 bps setara 0,01%.
● KPP (Kredit Program Perumahan): Skema pembiayaan perumahan dengan bunga tetap untuk mendukung program pemerintah.
● KPR (Kredit Pemilikan Rumah): Produk pembiayaan perbankan untuk pembelian rumah dengan tenor jangka panjang.
● Portofolio Kredit: Komposisi keseluruhan kredit yang disalurkan bank ke berbagai segmen.
● Yield: Tingkat imbal hasil yang diperoleh bank dari penyaluran kredit.
#BTN #NixonNapitupulu #KPR #PerumahanNasional #SukuBunga #BankIndonesia #BI #PerbankanIndonesia #KebijakanMoneter #PropertiIndonesia #KreditPerumahan #BUMN #HousingFinance #Mortgage #EkonomiIndonesia #BankingLeaders #FinancialPolicy #SubsidiPerumahan #IndustriProperti #KeuanganNasional
