Dari Wall Street ke BEI: Robinhood Resmi Akuisisi Broker Lokal, Incar 36 Juta Investor

- 10 Desember 2025 - 13:16

Robinhood, aplikasi investasi ritel legendaris asal AS yang mempopulerkan perdagangan saham nol komisi, secara resmi menginjakkan kaki di Indonesia. Mereka mengakuisisi PT Buana Capital dan PT Pedagang Aset Kripto, membidik pasar dengan lebih dari 36 juta investor saham dan kripto. Langkah ini diharapkan jadi katalis baru untuk persaingan, inovasi, dan akses investasi global bagi investor ritel Indonesia, meski regulator mengingatkan soal kepatuhan penuh terhadap aturan lokal.


Fokus Utama:

■ Kedatangan Disruptor Global: Masuknya Robinhood, platform investasi ritel pionir commission-free trading asal AS, ke Indonesia melalui akuisisi, berpotensi mengubah lanskap persaingan dan kebiasaan investasi di pasar lokal yang sedang tumbuh pesat (36 juta investor).
■ Janji Akses Investasi Global: Salah satu daya tarik utama Robinhood adalah rencananya memberikan akses langsung dan mudah bagi investor ritel Indonesia ke instrumen global seperti saham AS dan kripto internasional, sesuatu yang selama ini sering terkendala biaya dan kompleksitas.
■ Tantangan Regulasi dan Persaingan: Kehadiran Robinhood disambut dengan harapan sekaligus kehati-hatian oleh regulator (OJK), yang menekankan kepatuhan mutlak terhadap aturan lokal, perlindungan data, dan pemasaran yang bertanggung jawab. Langkah ini juga akan menguji daya saing platform investasi teknologi finansial (fintech) lokal yang telah mapan.


Gelombang disruptor keuangan ritel global akhirnya sampai juga ke pantai Indonesia. Robinhood Markets, Inc., platform investasi asal Amerika Serikat yang terkenal dengan jargon “demokratisasi finansial” dan perdagangan saham tanpa komisi, secara resmi mengumumkan masuk ke pasar Indonesia. Caranya? Melalui akuisisi terhadap dua entitas berlisensi: PT Buana Capital (securities broker) dan PT Pedagang Aset Kripto.

Penandatanganan kerja sama akuisisi ini dilakukan dalam seremoni di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (8/12). Transaksi yang masih menunggu persetujuan regulator ini ditargetkan tuntas pada paruh pertama 2026, dan akan menjadi pintu gerbang resmi Robinhood untuk berekspansi lebih dalam di Asia Tenggara.

Kedatangan Robinhood bukanlah sekadar tambahan pemain biasa. Ini adalah kedatangan sebuah game changer yang di AS pernah memicu fenomena “meme stock” dan menggebrak tradisi komisi tinggi di bursa. Mereka mendarat di tanah yang sedang memanas. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2025 mencatat, jumlah investor pasar modal Indonesia telah menembus 19 juta, sementara investor aset kripto mencapai 17 juta. Totalnya: 36 juta akun investasi yang mayoritas dipegang generasi muda (sekitar 54% di bawah 30 tahun).

“Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat untuk perdagangan. Kami menantikan untuk menghadirkan layanan inovatif Robinhood kepada masyarakat Indonesia,” ujar Patrick Chan, Kepala Asia Robinhood, dalam acara peluncuran kerja sama di Main Hall BEI.

Chan menegaskan misi Robinhood tetap konsisten: mendemokratisasi akses keuangan dan menghadirkan pengalaman investasi yang telah dipercaya jutaan pengguna global. Di AS, Robinhood dikenal dengan antarmuka yang sederhana, intuitif, dan—yang paling mengguncang—tanpa komisi per transaksi (commission-free trading).

Sinergi Lokal-Global dan Janji Akses Pasar Dunia

Dalam struktur pasca-akuisisi, Robinhood akan mempertahankan kepemimpinan lokal. Pieter Tanuri dari Buana Capital dan PT Pedagang Aset Kripto akan tetap terlibat sebagai penasihat strategis. Sementara itu, nasabah Buana Capital untuk produk domestik akan terus dilayani.

Ke depan, dengan segala persetujuan regulator yang diperlukan, Robinhood berencana memperkenalkan layanan yang selama ini jadi daya tarik utamanya: akses perdagangan langsung (direct trading) ke saham-saham di bursa AS, aset kripto global, dan instrumen internasional lainnya. Ini bisa jadi terobosan besar bagi investor ritel Indonesia yang selama ini sering menghadapi kendala akses dan biaya tinggi untuk investasi lintas negara.

“Sinergi ini membuka akses investasi global yang lebih mudah, terjangkau, dan efisien bagi masyarakat Indonesia,” kata Benny Hardiman Setiabrata, Presiden Direktur Buana Capital. Ia meyakini, pengalaman Robinhood melayani puluhan juta investor ritel global akan membawa dampak positif bagi literasi dan inklusi keuangan di dalam negeri.

Sorotan Regulator: Inovasi Ya, Tapi Harus Patuh

Kehadiran pemain besar global seperti Robinhood disambut hati-hati oleh regulator. OJK melihatnya sebagai pendorong persaingan dan peningkatan kualitas layanan, tetapi dengan catatan tegas.

“Jika Robinhood memutuskan untuk masuk ke pasar Indonesia, kami mengharapkan kepatuhan penuh terhadap perizinan lokal, perlindungan investor, serta standar keamanan data. Termasuk komunikasi yang transparan dan pemasaran yang bertanggung jawab,” tegas Edi Broto, Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Efek OJK.

Peringatan serupa mengingatkan pada tanggung jawab perusahaan untuk memastikan dukungan dan perlindungan hukum yang jelas bagi pengguna Indonesia, sesuai dengan aturan keamanan siber dan perlindungan data (PDP) di Indonesia.

Dukungan juga datang dari pemerintah. Masyita Crystallin, Direktur Jenderal Stabilitas dan Pengembangan Sektor Keuangan Kementerian Keuangan, menilai kehadiran Robinhood datang pada momen yang tepat seiring dengan pertumbuhan pasar yang pesat. “Kami ingin pasar semakin terbuka terhadap teknologi dan inovasi agar investor merasa aman dan nyaman,” ujarnya.

Menguji Daya Saing Pasar Lokal

Kedatangan Robinhood diperkirakan akan menguji ketangguhan platform investasi lokal yang sudah lebih dulu eksis, seperti Ajaib, Pluang, Stockbit, dan Bibit. Persaingan yang ketat di ranah user experience, biaya transaksi, dan ragam produk investasi diprediksi akan semakin memanas.

Dari sisi bursa, langkah ini dilihat sebagai angin segar. Risa E Rustam, Direktur Bursa Efek Indonesia, menilai kolaborasi Robinhood dan Buana Capital sebagai sinergi kuat antara teknologi global dan pemahaman lokal. “Kemitraan ini akan mempercepat inklusi dan literasi keuangan, sekaligus mendorong persaingan sehat di pasar modal,” harapnya.

Pertanyaan besarnya kini: Apakah model “zero commission” dan akses mudah ke pasar global ala Robinhood akan benar-benar diterapkan di Indonesia, mengingat struktur biaya dan regulasi yang berbeda? Jawabannya akan menentukan apakah Robinhood sekadar menjadi pemain baru, atau benar-benar menjadi disruptor yang mengubah permainan investasi ritel Indonesia selamanya.

Foto: AP


Digionary:

● Akuisisi: Pengambilalihan kepemilikan atau kontrol atas suatu perusahaan oleh perusahaan lain.
● Broker / Sekuritas: Perusahaan perantara yang memiliki izin untuk melaksanakan transaksi jual-beli efek (saham, obligasi, dll) untuk dan atas nama nasabah.
● Commission-Free Trading: Model perdagangan efek dimana platform tidak mengenakan biaya komisi untuk setiap transaksi jual atau beli.
● Disruptor: Inovator atau perusahaan yang masuk ke suatu industri dengan model bisnis baru yang mengganggu (disrupt) dan seringkali menggeser pemain-pemain tradisional.
● Fintech (Financial Technology): Perusahaan yang memanfaatkan teknologi untuk memberikan layanan keuangan secara inovatif, seringkali lebih efisien dan mudah diakses daripada layanan keuangan konvensional.
● Investor Ritel: Investor perorangan (bukan institusi seperti bank atau perusahaan asuransi) yang melakukan investasi dengan dana terbatas.
● Platform Investasi Digital: Aplikasi atau situs web yang memungkinkan pengguna untuk membeli, menjual, dan mengelola berbagai instrumen investasi (saham, reksadana, kripto) secara online.

#Robinhood #Investasi #Saham #PasarModal #BEI #Fintech #Ekonomi #Kripto #InvestorMuda #OJK #BuanaCapital #Akuisisi #Global #FintechIndonesia #TeknologiKeuangan #InklusiKeuangan #LiterasiKeuangan #Startup #NASDAQ #WallStreet

Comments are closed.