Bank Syariah Nasional (BSN) mengambil langkah strategis dengan membidik lebih dari 30 ribu pesantren dan jutaan santri di Indonesia untuk mempercepat literasi dan inklusi keuangan syariah, sebuah sektor yang krusial bagi ekonomi nasional namun masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia. Dengan populasi Muslim terbesar dunia, Indonesia memiliki ekosistem ekonomi syariah yang masif, mulai dari layanan keuangan hingga industri halal, namun tingkat literasi keuangannya baru mencapai 39,11%—jauh di bawah Malaysia yang menembus 80,2%. BSN, sebagai bank syariah yang baru bertransformasi penuh, melihat pesantren bukan hanya sebagai pasar potensial, tetapi juga sebagai lima pilar penting: pusat edukasi, penggerak UMKM, penguat inklusi, pendorong ekonomi halal, dan laboratorium riset ekonomi syariah. Inisiatif ini menandai upaya serius sektor perbankan untuk mengoptimalkan potensi pasar syariah domestik yang selama ini belum tergarap maksimal.
Fokus Utama:
■ Rendahnya tingkat literasi ekonomi syariah di Indonesia (39,11%) dibandingkan Malaysia (80,2%), padahal Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia (87,2% dari 229 juta jiwa).
■ Bank Syariah Nasional (BSN) menetapkan pesantren (yang berjumlah lebih dari 30.000 dengan 4,3 juta santri) sebagai mitra utama yang memiliki lima peran strategis: pusat literasi, penggerak UMKM, penguat inklusi, pendorong ekonomi halal, dan laboratorium ekonomi syariah.
■ Setelah resmi beroperasi penuh dari Unit Usaha Syariah BTN, BSN memperkuat jangkauan layanannya (36 kantor cabang, 83 KCPS, 2.098 e-channel) dan meluncurkan produk inovatif seperti KUR Syariah serta aplikasi digital banking untuk menyasar potensi besar di lingkungan pesantren dan masyarakat umum.
Sebagai negara Muslim terbesar di dunia dengan populasi umat Islam yang mencapai 87,2% dari total penduduk atau sebanyak 229 juta jiwa, keberadaan perbankan syariah di Indonesia sangat dibutuhkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Terlebih lagi, Indonesia memiliki ekosistem ekonomi syariah yang tersebar di berbagai sektor mulai dari lembaga keuangan, lembaga pendidikan, rumah sakit Islam, ormas Islam, hingga kebutuhan untuk pemenuhan produk halal maupun ibadah seperti haji dan umroh yang membutuhkan keberadaan perbankan syariah.
Potensi tersebut belum termasuk dengan keberadaan 30.494 pesantren yang saat ini memiliki sekitar 4.373.694 santri di seluruh Indonesia.
Hadirnya PT Bank Syariah Nasional (BSN) yang mengusung visi menjadi mitra utama keuangan keluarga yang berkah dan amanah diharapkan bisa memenuhi layanan syariah inklusif di Indonesia termasuk potensi besar di lingkungan pesantren tersebut.
BSN yang sebelumnya merupakan Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau (UUS BTN), selama lebih dari 20 tahun telah menjadi salah satu pilar dalam memenuhi kebutuhan perumahan di Indonesia melalui solusi pembiayaan yang inovatif.
“Dalam menggerakkan ekonomi syariah, pesantren memiliki lima peran penting yakni sebagai pusat edukasi dan literasi, penggerak UMKM syariah, penguatan inklusi keuangan syariah, penguat ekonomi halal dan sebagai laboratorium ekonomi syariah,” kata Direktur Utama Bank Syariah Nasional (BSN) Alex Sofjan Noor, saat menyampaikan Kuliah Umum bertajuk “Peran Pesantren dalam Transformasi Ekonomi dan Perbankan Syariah yang Berkelanjutan di Era Digital”, di Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (4/12).
Alex yang menjadi salah satu dosen tamu dalam rangkaian acara 13th ASEAN International Conference of Islamic Finance (AICIF) 2025 sekaligus peringatan 100 Tahun berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut, menjelaskan bahwa peran pesantren sebagai pusat edukasi dan literasi ekonomi syariah di Indonesia masih kecil perannya dibandingkan dengan Malaysia.
Berdasarkan data Islamic Finance Literasi, peran pesantren sebagai pusat edukasi dan literasi ekonomi syariah di Indonesia angkanya baru mencapai 39,11 persen, sementara di Malaysia mencapai 80,2 persen.
BSN mengajak kalangan pesantren maupun santri di seluruh Indonesia berkolaborasi dalam upaya meningkatkan peran sebagai pusat edukasi dan literasi ekonomi syariah.
BSN sendiri usai resmi menerima limpahan aset dan liability dari UUS BTN saat ini memiliki 36 kantor cabang 83 KCPS serta lebih dari 2.098 e-channel (ATM dan CRM). BSN akan memperluas jangkauan layanannya tersebut dengan produk-produk baru yang unik dan inovatif seperti KUR Syariah yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum termasuk yayasan pesantren maupun para santri untuk membuka usaha.
Selain itu BSN sedang menyiapkan aplikasi digital banking, yang diharapkan dapat memberikan pengalaman nasabah terbaik melalui layanan digital dan finansial yang komprehensif. Layanan tersebut diharapkan akan memberikan kemudahan transaksi layanan perbankan dengan cara yang lebih aman, cepat dan mudah serta sesuai dengan prinsip syariah.
Sementara itu Wakil Rektor II Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) Setiawan bin Lahuri mengatakan bahwa kuliah umum yang dilakukan BSN ini tentunya memberikan masukan yang penting bagi mahasiswa UNIDA Gontor.
“Kita yang ada di pesantren ini tetap memiliki peran yang krusial dalam perkembangan perbankan nasional,” tuturnya.
Ditambahkan, kegiatan tersebut juga membuka wawasan mahasiswa bahwa mengembangkan ekonomi syariah di pesantren ini sangatlah memiliki peluang yang sangat besar.
“Harapan kita kepada BSN besar sekali. Kita berharap BSN bisa menjadi mitra utama pendidikan tinggi di Indonesia, sekaligus mitra utama kampus-kampus dan UMKM agar pemberdayaan sektor ril terwujud,” ujar Setiawan.
Digionary:
● AICIF (ASEAN International Conference of Islamic Finance): Konferensi internasional tahunan yang membahas isu-isu, perkembangan, dan inovasi terkini di bidang keuangan Islam di kawasan ASEAN.
● CRM (Customer Relationship Management): Istilah perbankan untuk mesin atau saluran layanan mandiri yang memiliki fungsi lebih lengkap dari ATM, seringkali termasuk setoran tunai. Dalam konteks ini, merujuk pada mesin layanan mandiri.
● E-channel: Saluran elektronik yang digunakan bank untuk memberikan layanan kepada nasabah, seperti ATM, mobile banking, atau internet banking.
● Ekonomi Halal: Sistem ekonomi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah, meliputi sektor makanan, pariwisata, kosmetik, farmasi, mode, dan keuangan.
● Inklusi Keuangan Syariah: Upaya untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat memiliki akses terhadap berbagai produk dan layanan jasa keuangan syariah, seperti tabungan, pembiayaan, dan asuransi (takaful).
● KUR Syariah (Kredit Usaha Rakyat Syariah): Skema pembiayaan modal kerja atau investasi yang disalurkan bank syariah kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan jaminan dari pemerintah, menggunakan prinsip syariah (misalnya murabahah atau musyarakah).
● Literasi Ekonomi Syariah: Tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan masyarakat terhadap lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan syariah.
● Sektor Ril (Sektor Riil): Bagian dari perekonomian yang menghasilkan barang dan jasa, bertolak belakang dengan sektor keuangan yang bergerak di aset dan instrumen moneter.
#BSN #BankSyariahNasional #EkonomiSyariah #Pesantren #LiterasiKeuanganSyariah #InklusiKeuangan #EkonomiHalal #UMKMSyariah #UNIDAGontor #AICIF2025 #DigitalBanking #KURSyariah #BTN #KeuanganSyariah #Indonesia #Malaysia #GapLiterasi #TransformasiDigital #PasarHalal #IslamicFinance
