U.S. Bank Uji Coba Stablecoin, Langkah Revolusioner Perbankan AS Masuki Era Uang Terprogram

- 30 November 2025 - 09:49

U.S.Bank menjadi bank utama AS pertama yang menguji coba penerbitan stablecoin khusus di blockchain Stellar, didukung PwC dan Stellar Development Foundation (SDF). Inisiatif ini menandai pergeseran besar menuju uang digital terprogram di perbankan tradisional, meski Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memperingatkan risiko stabilitas keuangan dari stablecoin yang kapitalisasi pasarnya telah tembus US$280 miliar.


Fokus Utama:

■ Uji coba pionir U.S. Bank dalam penerbitan stablecoin di blockchain Stellar dengan fitur keamanan perbankan.
■ Kolaborasi strategis dengan PwC dan SDF menandai transformasi digital sektor perbankan tradisional.
■ Peringatan ECB tentang risiko stabilitas keuangan dari ekspansi stablecoin yang mencapai kapitalisasi US$280 miliar.


U.S. Bank mengumumkan uji coba penerbitan stablecoin khusus di jaringan blockchain Stellar. Kolaborasi strategis dengan raksasa akuntansi PwC dan Stellar Development Foundation ini bukan sekadar eksperimen teknologi, melainkan sinyal kuat bahwa perbankan mainstream siap bertarung di arena uang digital.

“Untuk nasabah bank, kami harus mempertimbangkan perlindungan sekitar know-your-customer, kemampuan membatalkan transaksi, kemampuan menarik kembali transaksi,” tegas Mike Villano, Senior Vice President U.S. Bank, dalam podcast Money 20/20 pekan ini.

U.S. Bank, salah satu dari 10 bank terbesar di Amerika Serikat, resmi memasuki arena digital assets dengan mengumumkan pengembangan stablecoin berbasis blockchain Stellar. Langkah ini menempatkan institusi berusia 160 tahun tersebut sebagai pelopor di antara rival-rival tradisionalnya yang masih ragu-ragu menghadapi disrupsi kripto.

“Yang hebat tentang platform Stellar, saat kami melakukan lebih banyak penelitian dan pengembangan, adalah kemampuan mereka pada lapisan operasi dasar untuk membekukan aset dan membatalkan transaksi,” tambah Villano, yang juga Head of Digital Asset Products di U.S. Bank.

Fitur keamanan ini menjadi pertimbangan kritis bagi bank yang harus mematuhi regulasi ketat perbankan AS. Kemampuan “membekukan” dan “membatalkan” transaksi menjadi pembeda utama antara stablecoin bank dengan aset kripto tradisional yang desentralisasi.

Stellar, blockchain yang fokus pada pembayaran lintas batas, menawarkan infrastruktur dengan 99,99% uptime selama lebih dari satu dekade. Jaringan ini mampu menyelesaikan transaksi dalam 3-5 detik dengan biaya hanya sepersekian sen dolar AS.

“Ketika Anda mengelola sistem mission-critical, ketika Anda menjalankan layanan keuangan, dan Anda memindahkan uang konsumen, Anda perlu memastikan blockchain Anda akan selalu ada,” kata José Fernández da Ponte, Presiden Stellar Development Foundation.

Keyakinan institusional terhadap reliabilitas Stellar menjadi faktor penentu dalam kolaborasi ini. PwC, salah satu Big Four firma akuntansi, bertindak sebagai mitra strategis yang memastikan compliance dengan regulasi perbankan.

Pengumuman U.S. Bank ini datang di saat yang tepat sekaligus mengkhawatirkan. European Central Bank (ECB) baru saja merilis laporan berjudul “Stablecoins on the rise: still small in the euro area, but spillover risks loom” yang memperingatkan risiko stabilitas keuangan dari ekspansi stablecoin.

Menurut laporan ECB,  kapitalisasi pasar stablecoin telah melampaui US$280 miliar, mencapai rekor tertinggi dan mencakup sekitar 8% dari total pasar aset kripto.

“Dua stablecoin yang didominasi dolar AS mendominasi secara overwhelming: Tether (USDT) dengan US$184 miliar dan USDC dengan US$75 miliar,” tulis laporan ECB tersebut.

Inisiatif U.S. Bank ini mencerminkan transformasi lebih luas dalam industri jasa keuangan. Bank-bank besar global mulai menyadari potensi teknologi blockchain untuk meningkatkan efisiensi, meski tetap ingin mempertahankan kontrol dan kepatuhan regulasi.

“Kami merasa terhormat memiliki kepercayaan dari U.S. Bank dan mitra kami di PwC. Kami menganggap kepercayaan dan kepercayaan itu sangat, sangat serius,” kata Villano.

Menurut data dari Atlantic Council, lebih dari 130 negara sedang mengeksplorasi mata uang digital bank sentral (CBDC), sementara institusi keuangan swasta berlomba mengembangkan stablecoin mereka sendiri.

Meski menjanjikan, jalan menuju adopsi massal stablecoin perbankan masih dipenuhi tantangan. Regulasi yang belum jelas, kepedulian tentang privasi data, dan interoperabilitas antar jaringan blockchain menjadi hambatan signifikan.

Namun, para analis melihat langkah U.S. Bank sebagai titik balik. “Ini bukan lagi soal apakah bank akan masuk ke blockchain, tapi kapan dan bagaimana mereka melakukannya,” kata Sarah Green, analis fintech di Forrester Research.

Dengan uji coba ini, U.S. Bank tidak hanya mengejar inovasi tetapi juga mempersiapkan diri menghadapi masa depan dimana uang digital menjadi mainstream dalam sistem keuangan global.


Digionary:

● Blockchain: Teknologi ledger terdistribusi untuk mencatat transaksi secara transparan dan aman
● ECB (European Central Bank): Bank sentral untuk negara-negara zona Eropa
● Know-Your-Customer (KYC): Proses verifikasi identitas nasabah untuk mencegah pencucian uang
● Stablecoin: Aset kripto yang nilainya dipatok dengan aset stabil seperti mata uang fiat
● Stellar Development Foundation (SDF): Organisasi nirlaba yang mengembangkan jaringan blockchain Stellar
● Tokenisasi: Proses mengubah aset fisik menjadi representasi digital di blockchain

#USBank #Stablecoin #BlockchainStellar #Fintech #PerbankanDigital #ECB #PwC #StellarDevelopmentFoundation #DigitalAssets #Tokenisasi #RevolusiFinansial #BlockchainBanking #USDT #USDC #KeuanganDigital #InovasiPerbankan #TeknologiFinansial #DigitalTransformation #CryptoRegulation #BankingInnovation

Comments are closed.