Global Talent Competitiveness Index 2025 dan Borok Pengembangan SDM Indonesia

- 29 November 2025 - 16:34

Indonesia menghadapi paradoks talenta, dimana bonus demografi melimpah namun daya saing SDM tertinggal. Laporan GTCI 2025 mengungkap pelatihan karyawan sebagai titik terlemah, dengan perusahaan masih memandangnya sebagai biaya bukan investasi. Akibatnya, produktivitas pekerja Indonesia hanya US$12.000, jauh di bawah Malaysia (US$28.000) dan Singapura (US$85.000).


Fokus Utama:

■ Peringkat GTCI Indonesia yang stagnan dengan indikator pelatihan dalam perusahaan sebagai penyumbang terbesar ketertinggalan.
■ Mindset keliru perusahaan yang memandang pelatihan sebagai biaya bukan investasi strategis.
■ Dampak nyata pada produktivitas dan solusi dari perusahaan-perusahaan pelopor yang berhasil transformasi.


GTCI 2025 ungkap pelatihan karyawan jadi titik terlemah daya saing Indonesia. Produktivitas pekerja RI cuma US$12.000, kalah jauh dari Malaysia & Singapura. Simak analisis lengkapnya.


Di ruang rapat dewan direksi, agenda pelatihan karyawan kerap menjadi yang pertama dipotong ketika tekanan anggaran datang. Sementara negara-negara tetangga di ASEAN berlomba menanamkan investasi besar-besaran untuk mengasah keterampilan SDM-nya. Perusahaan Indonesia masih terperangkap dalam logika usang: mengapa harus melatih karyawan kalau nanti setelah dilatih mereka bisa hengkang?

Laporan Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2025 yang pekan ini dirilis membuka borok yang selama ini ditutupi—kita sedang mempersiapkan generasi pekerja usang untuk menghadapi masa depan.

Ya. Untuk kesekian kalinya, Indonesia gagal menembus 50 besar dalam peringkat Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2025. Yang lebih memprihatinkan, indikator pelatihan formal dalam perusahaan (formal on-the-job training) konsisten menjadi salah satu penyumbang terbesar kegagalan ini. Padahal, di tengah gempuran revolusi industri 4.0, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi justru menjadi senjata utama.

Data terbaru Bank Dunia juga mengonfirmasi dampak nyata dari kelalaian ini. Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih terperangkap di angka US$12.000 per pekerja per tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai US$28.000, apalagi Singapura yang melesat hingga US$85.000. Jarak yang semakin melebar ini menunjukkan bahwa tetangga-tetangga kita sudah berlari, sementara kita masih tertatih-tatih.

Mindset yang Membunuh Daya Saing

Akar masalahnya ternyata terletak pada cara pandang yang keliru. Survei Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) pada Maret 2024 terhadap 200 perusahaan menengah-besar mengungkap fakta mencengangkan: 65% anggaran pelatihan masih dialokasikan untuk pelatihan administratif dan soft skill dasar. Hanya 15% yang secara khusus ditujukan untuk penguasaan teknologi masa depan seperti artificial intelligence (AI), data analytics, atau cloud computing.

Banyak perusahaan masih bertanya apa ROI dari pelatihan ini? Seolah-olah mengembangkan manusia sama dengan membeli mesin yang bisa langsung dihitung hasilnya. Inilah wajah pengelolaan SDM di Indonesia.

Perusahaan juga khawatir karyawan yang hengkang setelah dilatih. Padahal, kekhawatirab itu terbukti tidak berdasar. Riset Gallup di Asia Tenggara justru menunjukkan bahwa karyawan yang mendapatkan pelatihan berkualitas 3,5 kali lebih mungkin untuk bertahan karena merasa dihargai. Masalah sebenarnya bukan pada mereka yang pergi setelah dilatih, melainkan pada mereka yang bertahan tapi tidak pernah dilatih—inilah sebenarnya beban terberat perusahaan.

Tapi tentu tidak semua perusahaan punya mindset jadul seperti itu. Di sektor perbankan misalnya, beberapa bank terlihat mencatat keberhasilan investasi pada SDM. Bahkan ada bank yang mengalokasikan lebih dari 3% dari total gaji karyawannya untuk program pelatihan. Hasilnya, bank-bank yang concer pada pelarihan karyawan memiliki layanan terbaik dan produktivitasnya pun tinggi.

Kebijakan Belum Memadai

Inisiatif pemerintah melalui Kartu Prakerja patut diapresiasi, namun para ahli menilai program ini masih sekadar solusi parsial. Kartu Prakerja bagus untuk menjangkau masyarakat luas, tapi untuk kebutuhan perusahaan yang spesifik, diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi.

Dalam kasus Indonesia, yang dibutuhkan sekarang adalah insentif fiskal yang lebih agresif untuk perusahaan yang berani berinvestasi besar-besaran dalam pelatihan teknologi mutakhir. Tax allowance untuk pengembangan SDM bisa menjadi stimulus yang tepat.

Peringkat GTCI yang stagnan harus menjadi alarm terakhir. Dalam 5-10 tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi tidak akan lagi ditentukan oleh sumber daya alam atau tenaga kerja murah, melainkan oleh kualitas talenta.

Kita berada di persimpangan jalan, terus mempertahankan paradigma usang yang melihat pelatihan sebagai beban, atau melakukan lompatan keberanian dengan menempatkan pengembangan manusia sebagai strategi inti. Pilihannya ada di ruang rapat dewan direksi, di meja kebijakan pemerintah, dan dalam kesadaran setiap pemimpin bisnis.

Masa depan Indonesia tidak akan ditentukan oleh seberapa kaya alam kita, melainkan oleh seberapa cerdas anak bangsa. Dan kecerdasan itu harus terus-menerus diasah melalui komitmen pelatihan yang serius—bukan sekadar wacana di ruang rapat yang selalu bisa ditunda.

*) Deddy H. Pakpahan, senior editor digitalbank.id.

Digionary:

● Bonus Demografi: Masa ketika proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibanding usia tidak produktif
● Decacorn: Perusahaan startup dengan nilai valuasi lebih dari US$10 miliar
● Disrupsi: Perubahan fundamental yang mengganggu tatanan lama dalam industri atau bisnis
● Fintech: Perusahaan yang mengombinasikan jasa keuangan dengan teknologi
● GTCI (Global Talent Competitiveness Index): Indeks tahunan yang mengukur kemampuan negara dalam menarik, mengembangkan, dan mempertahankan talenta
● Productivity (Produktivitas): Ukuran efisiensi tenaga kerja yang dilihat dari output per jam kerja
●ROI (Return on Investment): Rasio yang mengukur efisiensi suatu investasi
●Upskilling: Proses meningkatkan keterampilan yang sudah ada untuk pengembangan keahlian

#GTCI2025#PelatihanKaryawan #DayaSaingSDM #Produktivitas #InvestasiSDM #EkonomiIndonesia #Talenta #BonusDemografi #RevolusiIndustri4 #UMKM #Startup #Fintech #BCA #KartuPrakerja #HRD #Management #BisnisIndonesia #EkonomiDigital #ASEAN #FutureOfWork

Comments are closed.