Perang Ideologi Investasi: Kiyosaki Bela Bitcoin Melawan Kritik “Judi” dari Warren Buffett

- 21 November 2025 - 14:57

Penulis buku Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki membalas kritik Warren Buffett yang menyebut Bitcoin sebagai “judi”. Kiyosaki berargumen bahwa aset tradisional seperti saham dan obligasi juga bisa jatuh, dan memilih Bitcoin serta emas sebagai “uang rakyat” yang melindungi dari ketidakpercayaannya pada sistem keuangan arus utama.


Fokus Utama:

■ Bantahan Kiyosaki terhadap pernyataan Buffett yang menyamakan Bitcoin dengan judi.
■ Perbedaan filosofi investasi: kepercayaan Buffett pada sistem tradisional vs ketidakpercayaan Kiyosaki pada Wall Street.
■ Klasifikasi aset Kiyosaki: “uang rakyat” (Bitcoin) vs “uang palsu” (aset tradisional).


Robert Kiyosaki bantah keras pernyataan Warren Buffett yang sebut Bitcoin sebagai”judi”. Simak argumen sang penulis “Rich Dad Poor Dad” yang menyebut Bitcoin dan emas sebagai “uang rakyat”.


Dunia investasi kembali menyaksikan benturan filosofi yang sengit. Di satu sisi, Warren Buffett, sang “Oracle of Omaha” yang legendaris, dengan teguh berpegang pada prinsipnya bahwa Bitcoin bukanlah investasi, melainkan spekulasi yang berisiko. Di sisi lain, Robert Kiyosaki, penulis laris Rich Dad Poor Dad, dengan berani membela cryptocurrency itu sebagai “uang rakyat” yang diperlukan di tengah sistem keuangan yang ia anggap cacat.

Percikan debat ini kembali menyala ketika Buffett mengulangi skeptisismenya yang telah lama dipegang, menyamakan Bitcoin dengan perjudian dan memperingatkan bahwa gejolak harganya dapat “memusnahkan” investor . Namun, Kiyosaki menangkis kritik itu dengan pertanyaan pedas: “Doesn’t WB know that stocks crash, real estate crashes, and US govt Bonds the ‘safest’ investments in the world are at present being ‘dumped’ by the Japanese and Chinese Central Banks?” .

Dua Dunia, Dua Keyakinan yang Berseberangan

Pertentangan ini lebih dari sekadar perbedaan pendapat tentang satu aset; ini adalah benturan dua keyakinan yang tak terdamaikan tentang apa itu uang dan kepercayaan.

Warren Buffett, selama beberapa dekade, telah membangun kekayaannya dengan mempercayai sistem keuangan AS yang tradisional. Bagi Buffett, jalan menuju kekayaan yang stabil adalah dengan mempercayai lembaga resmi, dollar AS, dan pasar yang memiliki aturan kuat serta sejarah panjang. Dari sudut pandangnya, segala sesuatu di luar sistem ini—terutama aset volatil seperti cryptocurrency—terlalu berisiko dan tidak terprediksi.

Sebaliknya, Robert Kiyosaki justru melihat sistem yang dipercayai Buffett itu sebagai ancaman. “My reason is: I do not trust the Federal Reserve Bank, US Treasury, or Wall Street. Apparently Buffet does,” ujarnya . Ketidakpercayaan inilah yang mendasari seluruh argumennya. Ia melihat Bitcoin, Ethereum, emas, dan perak sebagai pelindung dari apa yang ia sebut sebagai “uang palsu” yang diciptakan oleh sistem tersebut.

“Uang Rakyat” vs “Uang Palsu”

Kiyosaki dengan tegas mengklasifikasikan aset-asetnya ke dalam tiga kategori yang provokatif:

1. “God’s Money”: Emas dan perak fisik.
2. “People’s Money”: Bitcoin, Ethereum, dan cryptocurrency lainnya.
3. “Fake Money”: Mata uang pemerintah dan produk-produk Wall Street seperti saham, obligasi, dan ETF.

Ia dengan tegas menolak berinvestasi dalam ETF untuk emas, perak, atau Bitcoin, menyebutnya sebagai versi “palsu” dari aset-aset tersebut yang merupakan uangnya “Wall Street atau Buffett” . Baginya, nilai sejati Bitcoin terletak pada kelangkaannya yang terprogram—hanya akan ada 21 juta koin yang diciptakan—sebuah kontras tajam dengan uang fiat yang menurutnya dapat dicetak secara tidak terbatas oleh pemerintah .

Lebih Dari Sekadar Benar atau Salah

Pada akhirnya, perdebatan ini menyoroti sebuah realitas yang lebih dalam: tidak ada satu pun strategi investasi yang cocok untuk semua orang. Buffett, dengan rekam jejaknya yang gemilang, mewakili jalan konsistensi dan kepercayaan pada aset produktif. Sementara Kiyosaki, dengan suara pemberontaknya, mewakili mereka yang mencari alternatif di luar sistem yang mapan, menerima volatilitas sebagai harga yang harus dibayar untuk kebebasan finansial.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ketidakstabilan kebijakan moneter, perang kata-kata antara kedua tokoh ini bukan hanya tentang harga Bitcoin, melainkan cerminan dari keresahan yang lebih luas tentang masa depan uang itu sendiri.


Digionary:

● Bitcoin (BTC): Mata uang digital terdesentralisasi yang beroperasi tanpa otoritas pusat.
● Cryptocurrency: Aset digital yang dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran menggunakan kriptografi untuk mengamankan transaksi.
● ETF (Exchange-Traded Fund): Reksa dana yang diperdagangkan di bursa saham seperti halnya saham.
● Fiat Money: Mata uang yang ditetapkan sebagai uang oleh peraturan pemerintah, tidak di-backing oleh komoditas fisik.
● Saham: Surat berharga yang menunjukkan kepemilikan sebagian dari sebuah perusahaan.
● Wall Street: Sebutan untuk pasar keuangan dan institusi keuangan di AS.

#Bitcoin#WarrenBuffett #RobertKiyosaki #Investasi #Cryptocurrency #RichDadPoorDad #BerkshireHathaway #BTC #UangRakyat #Fintech #PasarModal #Ekonomi #GlobalFinance #Emas #Silver #Blockchain #FinancialFreedom #Money #Trading #Investing

Comments are closed.