Chen Deli, peneliti senior DeepSeek, memperingatkan bahwa dalam 10-20 tahun mendatang AI berpotensi mengambil alih sebagian besar pekerjaan manusia, yang akan mengguncang fondasi masyarakat. Meski mengakui dampak negatifnya, ia menegaskan pengembangan AI tidak dapat dihentikan karena didorong insentif keuntungan, dan mendorong perusahaan teknologi berperan sebagai “pembela” masyarakat.
Fokus Utama:
■ Peringatan Eksponen AI: Pimpinan DeepSeek, salah satu perusahaan AI terdepan, justru mengungkap kekhawatiran mendalam bahwa AI dapat mengambil alih semua pekerjaan manusia dalam 1-2 dekade mendatang.
■ Dilema Kemajuan vs Dampak Sosial: Pengakuan bahwa meskipun AI berpotensi mengganggu struktur sosial, menghentikan perkembangannya tidak realistis karena desakan insentif ekonomi dan kompetisi bisnis.
■ Seruan Tanggung Jawab Perusahaan: Desakan agar perusahaan teknologi berperan aktif sebagai “whistleblower” yang memperingatkan masyarakat tentang pekerjaan yang akan hilang dan menjadi “pembela” di tengah disrupsi.
Petinggi DeepSeek ungkap kekhawatiran AI akan gusur pekerjaan manusia dalam 10-20 tahun. Simak analisis dampak sosial dan seruan tanggung jawab perusahaan teknologi.
Di balik kesuksesan gemilang yang membuatnya dijuluki salah satu ‘enam naga kecil’ AI China, suara hati nurani dari dalam istana DeepSeek justru menggemakan peringatan yang menggetarkan. Chen Deli, peneliti senior perusahaan yang mewakili CEO Liang Wenfeng, secara terbuka mengungkap kekhawatiran mendalam bahwa kecerdasan buatan pada akhirnya akan merebut mata pencaharian manusia.
“Saya sangat positif tentang teknologi (AI) tapi saya melihat dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap masyarakat,” ujar Chen dalam World Internet Conference, seperti dikutip dari Reuters, pekan ini. Pernyataan ini bagai oase kritikal di tengah euforia industri yang kerap hanya mempromosikan masa depan cerah AI.
Fase Bulan Madu yang Akan Berakhir
Chen dengan jujur menggambarkan kondisi saat ini sebagai ‘fase bulan madu’ antara manusia dan mesin. Namun, ia memperingatkan bahwa masa tenang ini tidak akan berlangsung selamanya.
“Dalam 10-20 tahun ke depan, AI dapat mengambil alih semua pekerjaan (yang dilakukan manusia) dan masyarakat akan menghadapi tantangan yang sangat besar,” tegasnya. Prediksi ini datang dari salah satu pelaku utama yang justru berada di garis depan pengembangan teknologi tersebut.
Yang lebih mengkhawatirkan, Chen justru melihat penggantian pekerjaan manusia sebagai indikator keberhasilan. “Bahkan bisa dikatakan bahwa tanda keberhasilan revolusi AI adalah teknologi ini menggantikan sebagian besar pekerjaan manusia,” tambahnya, menyiratkan paradoks yang dihadapi para pengembang AI.
Dilema Etika vs Kemajuan Teknologi
Di tengah kesadaran akan dampak disruptif AI, Chen mengakui bahwa memperlambat atau menghentikan pengembangan bukanlah pilihan realistis. Insentif keuntungan yang besar terus mendorong sektor ini maju dengan kecepatan penuh, mirip lomba senjata yang tak terelakkan.
“Manusia pada akhirnya akan terbebas sepenuhnya dari pekerjaan, yang mungkin terdengar baik tapi sebenarnya akan mengguncang masyarakat ke akar-akarnya,” ucap Chen, menggambarkan dilema antara efisiensi teknologi dan stabilitas sosial.
Pengakuan jujur ini mengingatkan pada peringatan serupa dari pelopor AI lainnya. Sebelumnya, Sam Altman dari OpenAI juga pernah mengungkapkan kekhawatiran serupa tentang dampak sosial AI, meski perusahaannya terus bergerak maju mengembangkan teknologi yang semakin canggih.
Seruan untuk Peran “Pembela”
Sebagai respons atas tantangan yang dihadapi, Chen mendorong perusahaan teknologi untuk mengambil peran sebagai “pembela” masyarakat. Ia menyerukan agar perusahaan AI bertindak sebagai whistleblower dengan memperingatkan masyarakat umum tentang pekerjaan yang akan hilang terlebih dahulu.
“Pada saat itu perusahaan teknologi harus mengambil peran sebagai ‘pembela’,” tegas Chen, menekankan tanggung jawab sosial yang harus diemban para pelaku industri.
Seruan ini relevan dengan tren yang sedang berlangsung. Berbagai laporan, termasuk dari McKinsey dan World Economic Forum, memperkirakan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, hingga 30% jam kerja global berpotensi diotomatisasi oleh AI, dengan dampak terbesar pada pekerjaan administratif dan rutin.
Peringatan dari dalam jantung pengembangan AI ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Transisi menuju era AI tidak hanya membutuhkan inovasi teknologi, tetapi juga kesiapan sosial, sistem pendidikan baru, dan mungkin yang paling penting—kesadaran bahwa kemajuan teknologi tanpa kebijaksanaan sosial bisa berakhir bencana.
Foto: Reuters
Digionary:
· AGI (Artificial General Intelligence): Kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan setara atau melebihi kecerdasan manusia dalam melakukan berbagai tugas.
· DeepSeek: Perusahaan pengembang AI asal China yang termasuk dalam kelompok ‘enam naga kecil’ AI China.
· Revolusi AI: Transformasi mendasar dalam masyarakat dan ekonomi yang didorong oleh kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan.
· Whistleblower: Pihak yang mengungkapkan informasi rahasia tentang praktik yang dianggap tidak etis atau berbahaya.
#DeepSeek #AI #KecerdasanBuatan #MasaDepanKerja #RevolusiAI #Teknologi #DisrupsiDigital #PekerjaanMasaDepan #AIChina #DampakSosialAI #TransformasiDigital #Otomatisasi #WorldInternetConference #ChenDeli #EnamNagaKecil #EraAI #InovasiTeknologi #PerubahanSosial #DigitalTransformation #AIEthics
