Laporan State of Scams 2025 oleh Google dan Global Anti-Scam Alliance (GASA) mengungkap eskalasi ancaman penipuan digital global yang kini dimotori oleh teknologi AI. Sebanyak 57% orang dewasa di dunia mengalami penipuan dalam setahun terakhir, dengan kerugian finansial mencapai Rp700 miliar di Indonesia hanya dari modus berbasis AI. Penipuan lowongan kerja palsu menjadi modus terbesar dengan 49% korban di Indonesia, mencerminkan kerentanan di tengah tekanan ekonomi dan lapangan kerja.
Fokus Utama:
■ Eskalasi Ancaman Berteknologi AI: Penipu semakin memanfaatkan kecanggihan AI, termasuk deepfake, untuk menciptakan serangan yang lebih personal, meyakinkan, dan masif, dengan lonjakan kasus deepfake di Asia Pasifik mencapai 1.550%.
■ Kerentanan Pasar Tenaga Kerja Indonesia: Modus penipuan lowongan kerja (employment scam) menduduki lima besar dengan 49% korban responden di Indonesia , yang memanfaatkan tingginya angka pengangguran (7,28 juta orang per Februari 2025).
■ Perang Teknologi dan Kolaborasi Global: Google merespons dengan memperdalam penggunaan AI (seperti model Gemini Nano) di berbagai produknya untuk deteksi proaktif, sementara upaya kolektif melalui koalisi seperti GASA dan regulasi pemerintah dinilai krusial.
57% orang dewasa global jadi korban penipuan online, 23% kehilangan uang. Google beberkan modus terbaru lowongan palsu & penipuan AI yang kian canggih. Bagaimana cara waspada?
Di ruang digital yang kian hiruk-pikuk, sebuah perang diam-diam tengah berlangsung. Di satu sisi, para penipu kini bersenjatakan kecerdasan buatan (AI) untuk melancarkan aksinya dengan presisi yang mengkhawatirkan. Di sisi lain, raksasa teknologi seperti Google juga mengerahkan senjata serupa untuk membentengi penggunanya. Laporan State of Scams 2025 yang dirilis Google bersama Global Anti-Scam Alliance (GASA) bukan sekadar peringatan, melainkan potret nyata pertarungan yang kian sengit.
“Scammers semakin canggih dan kini menyalahgunakan alat berbasis AI untuk memperbesar skala dan efektivitas serangan mereka,” tulis Google dalam laporannya, Rabu (12/11). Komitmen untuk melindungi pengguna diwujudkan melalui teknologi AI yang mampu mendeteksi, mencegah, dan merespons ancaman baru secara proaktif .
Gambaran Suram Lanskap Penipuan Global
Angka yang diungkapkan laporan ini suram: 57% orang dewasa di seluruh dunia mengalami setidaknya satu bentuk penipuan dalam setahun terakhir. Yang lebih memprihatinkan, hampir seperempat dari korban tersebut atau 23% harus kehilangan uang .
Di Indonesia, dampaknya tidak main-main. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkap kerugian finansial akibat penipuan berbasis AI telah menembus angka Rp700 miliar . Sementara itu, laporan terpisah GASA menempatkan employment scam atau penipuan lowongan kerja sebagai salah satu dari lima modus terbesar di Indonesia, dengan 49% responden mengaku pernah mengalaminya .
Lowongan Palsu: Modus Klasis yang Berubah Wajah
Penipuan lowongan kerja adalah cerita lama yang berbalut teknologi baru. Para pelaku tidak lagi sekadar mengirim email phishing dari alamat yang mencurigakan. Mereka kini menyamar sebagai perekrut dari perusahaan besar atau instansi pemerintah, melengkapi diri dengan situs karier palsu yang tampak sah .
Yang lebih mengkhawatirkan, wawancara video palsu kini menjadi jalur infiltrasi. Alih-alih bertatap muka dengan HRD, korban justru dihadapkan pada skenario yang dirancang untuk memasang malware canggih seperti Remote Access Trojan (RAT), yang memberikan kendali penuh atas perangkat mereka kepada penipu .
Fenomena ini tumbuh subur di atas lahan subur tekanan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Tempo.co menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang . “Dari data yang kami punya, employment scam ini juga termasuk dari lima besar,” tutur Ketua GASA Indonesia Reski Damayanti .
Tidak hanya perusahaan swasta, bahkan BUMN pun menjadi sasaran empuk. Mediodecci Lustarini dari Komdigi mencontohkan kasus sebuah BUMN perkebunan kelapa sawit yang situsnya ditiru untuk menyebarkan lowongan palsu dengan meminta calon pekerja membayar sejumlah dana .
AI dan Deepfake: Ancaman yang Semakin Nyata dan Personal
Evolusi ancaman tidak berhenti di situ. Teknologi deepfake telah membawa penipuan ke level yang lebih menyeramkan. Founder & Group CEO Vida, Niki Luhur, membeberkan fakta mencengangkan: kasus penipuan berbasis deepfake di Asia Pasifik tercatat melonjak 1.550% .
“Teknologi deepfake kini sudah mencapai titik di mana sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu,” ujar Niki . Teknologi ini telah digunakan dalam skema kejahatan terorganisir yang disebut “scan-as-a-service”, di mana jaringan penipu menyediakan akses massal ke akun digital .
Perlawanan: Teknologi, Regulasi, dan Kewaspadaan Manusia
Menghadapi gelombang serangan ini, Google mengandalkan senjata yang sama: AI. Teknologi machine learning dan large language models (LLM) digunakan untuk mengidentifikasi pola penipuan dan memblokirnya dalam skala besar. Fitur seperti Safe Browsing yang Disempurnakan di Chrome kini didukung model Gemini Nano untuk memprediksi situs scam secara real-time, bahkan untuk ancaman yang belum pernah terlihat sebelumnya .
Di tataran regulasi, pemerintah melalui Komdigi tengah menyusun Peta Jalan AI Nasional dan memperkuat penegakan hukum dengan melibatkan aparat . Kolaborasi lintas sektor juga digalakkan, termasuk dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia untuk pemblokiran konten lowongan palsu .
Namun, pada akhirnya, kewaspadaan individu tetap menjadi benteng terdepan. Memverifikasi informasi melalui saluran resmi, tidak mudah tergiur tawaran “terlalu bagus untuk jadi kenyataan”, dan tidak pernah membagikan data sensitif atau kode OTP adalah langkah-langkah protektif yang tak tergantikan.
Pertarungan antara penjaga dan penjahat di ruang digital ini ibarat perlombaan senjata yang tidak pernah berakhir. Keunggulan hari ini bisa jadi usang besok. Seperti yang diakui Google, AI adalah senjata utama mereka. Namun, di tangan yang salah, senjata yang sama bisa berbalik mengancam.
Digionary:
· Deepfake: Konten sintetis (video, audio, gambar) yang dibuat menggunakan AI untuk menyamar sebagai seseorang, seringkali sangat realistis dan sulit dibedakan dari aslinya .
· Employment Scam: Penipuan lowongan kerja yang menawarkan posisi palsu, biasanya dengan iming-iming gaji tinggi dan proses mudah, untuk mengelabui korban memberikan data pribadi atau uang .
· GASA (Global Anti-Scam Alliance): Aliansi nirlaba global yang beranggotakan lebih dari 100 organisasi, termasuk Google, untuk memerangi penipuan digital melalui kolaborasi dan berbagi data .
· LLM (Large Language Model): Model AI canggih (seperti Gemini) yang mampu memahami dan menghasilkan teks, digunakan untuk mendeteksi pola dan tren penipuan baru secara cepat .
· Phishing: Teknik penipuan untuk mencuri informasi sensitif (seperti kata sandi, kartu kredit) dengan menyamar sebagai komunikasi resmi dari pihak tepercaya .
· RAT (Remote Access Trojan): Jenis malware berbahaya yang memberikan kendali penuh atas perangkat korban kepada penyerang dari jarak jauh .
· Review-Bombing: Praktik membanjiri profil bisnis dengan ulasan negatif palsu untuk menurunkan reputasi atau memeras pemilik bisnis .
#PenipuanOnline #KeamananDigital #ScamAI #Deepfake #LowonganPalsu #GoogleAI #GASA #KejahatanSiber #FintechSecurity #ProteksiData #LiterasiDigital #CyberAwareness #AIIndonesia #FintechIndonesia #DeteksiScam #PhishingAlert #TeknologiKeamanan #DigitalSafety #PerlindunganKonsumen #StateOfScams2025
