Lawan Arus Mainstream, Microsoft Pilih Jalan Lain untuk Kejar Kecerdasan Buatan Super

- 11 November 2025 - 17:56

Microsoft merespons perlombaan kecerdasan buatan super (superintelligence) dengan membentuk tim khusus MAI, menawarkan visi yang berbeda dari pesaing seperti Meta. Alih-alih mengejar AI serba-bisa, Microsoft fokus pada “superintelligence humanis” yang menyasar manfaat nyata, dengan diagnostik medis sebagai prioritas utama yang ditargetkan bisa tercapai dalam 2-3 tahun ke depan.


Fokus Utama:

■ Strategi Alternatif di Perlombaan AI: Microsoft mengambil jalur berbeda dengan mengembangkan “superintelligence humanis” yang terbatas dan bermanfaat langsung, sebagai jawaban atas visi AI umum yang lebih ambisius dari Meta dan lainnya.
■ Diagnostik Medis sebagai Ujung Tombak: Perusahaan menargetkan terobosan dalam kecerdasan super untuk diagnostik medis dalam waktu 2-3 tahun, yang diyakini dapat secara signifikan meningkatkan harapan hidup manusia.
■ Mitigasi Risiko Eksistensial: Pendekatan Microsoft dirancang untuk menghindari risiko yang dikhawatirkan banyak kalangan dari AI super-cerdas, dengan fokus pada model khusus yang memecahkan masalah spesifik tanpa menimbulkan ancaman besar.


Microsoft pilih jalur berbeda dalam perlombaan AI super. Daripada ciptakan AI serba bisa, mereka fokus pada “superintelligence humanis” untuk diagnostik medis yang ditargetkan bisa diperoleh dalam 2-3 tahun.


Perlombaan global menuju kecerdasan buatan super (superintelligence) semakin memanas. Namun, di tengah gegap gempita perusahaan teknologi seperti Meta yang mengejar AI generalistik, Microsoft justru memilih jalan yang lebih hati-hati dan terfokus. Raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu secara resmi membentuk Tim Superintelijen MAI, dengan misi utama mengembangkan AI super yang langsung menyentuh kebutuhan manusia paling mendasar: kesehatan dan umur panjang.

Mustafa Suleyman, kepala AI Microsoft yang memimpin proyek ambisius ini, menegaskan bahwa visi perusahaannya berbeda dari pesaing. Alih-alih mengejar AI yang “mampu melakukan segala hal secara tak terbatas,” Microsoft memprioritaskan apa yang disebutnya “kecerdasan super humanis.”

“Humanisme mengharuskan kita untuk selalu bertanya, apakah teknologi ini bermanfaat bagi kepentingan manusia?” kata Syleyman, menekankan filosofi inti dari pendekatan baru mereka.

Bidang diagnostik medis dipilih sebagai fokus pertama. Suleyman dengan percaya diri memproyeksikan bahwa perusahaan telah memiliki “pandangan ke arah kecerdasan super medis dalam dua hingga tiga tahun ke depan.” Jika terwujud, terobosan ini diyakini akan merevolusi dunia kedokteran. “Kita akan dapat mendeteksi penyakit yang dapat dicegah jauh lebih awal,” ujarnya, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan harapan hidup dan tahun-tahun sehat manusia.

Menjawab Kekhawatiran dengan Pendekatan Pragmatis

Langkah Microsoft ini juga dipandang sebagai respons atas semakin derasnya suara skeptis dan kekhawatiran dari ratusan tokoh publik dan ilmuwan mengenai risiko eksistensial yang mungkin ditimbulkan oleh AI super-cerdas yang tidak terkendali.

Dengan fokus pada model AI khusus untuk memecahkan masalah spesifik—seperti penyimpanan energi baterai atau pengembangan molekul—Microsoft berusaha menawarkan jalan tengah. Tim MAI akan fokus pada model yang memungkinkan kinerja melebihi manusia tanpa menimbulkan “risiko eksistensial sama sekali.”

Pendekatan ini mencerminkan pembelajaran dari kesuksesan DeepMind AlphaFold, model AI yang mampu memprediksi struktur protein dengan akurasi tinggi—sebuah terobosan besar di bidang biologi yang membawa manfaat nyata tanpa menimbulkan ancaman.

Suleyman sendiri mengaku meragukan kemampuan untuk mengontrol mesin otonom yang dapat memperbaiki diri sendiri, yang menjadi dasar dari visi AI generalistik yang lebih radikal. Keraguan inilah yang mendasari pilihan Microsoft untuk jalur yang lebih terukur dan aman.

Perang Talenta dan Masa Depan AI

Pembentukan tim superintelligence ini tak lepas dari perang talenta AI yang semakin sengit. Meta diketahui telah merekrut talenta-talenta AI terkemuka dengan tawaran hingga US$100 juta. Suleyman, meski tidak mengonfirmasi angka spesifik, menyatakan bahwa Microsoft AI akan terus merekrut peneliti dari laboratorium terkemuka, dengan Karen Simonyan sebagai ilmuwan utama.

Investasi yang besar ini menunjukkan keyakinan Microsoft bahwa masa depan teknologi akan sangat ditentukan oleh siapa yang paling dulu mencapai dan, yang lebih penting, mengendalikan kecerdasan super. Dengan memilih jalur “humanis” dan terapan, Microsoft bukan hanya berinvestasi pada teknologi, tetapi juga berusaha membangun kepercayaan publik di tengah bayang-bayang ketakutan akan masa depan yang dikuasai mesin.


Digionary:

● AI Generalistik: Kecerdasan buatan yang dirancang untuk memahami dan mempelajari tugas intelektual apa pun yang dapat dilakukan manusia.
●DeepMind AlphaFold: Model AI yang dikembangkan DeepMind (anak perusahaan Alphabet) untuk memprediksi struktur protein 3D dari urutan asam aminonya.
●Kecerdasan Buatan Super (Superintelligence): Sistem kecerdasan buatan yang secara signifikan melampaui kecerdasan kognitif manusia dalam hampir semua domain yang bernilai.
●Microsoft MAI: Tim khusus di Microsoft yang dibentuk untuk mengembangkan kecerdasan buatan super.
●Risiko Eksistensial: Ancaman yang memiliki potensi untuk memusnahkan atau secara permanen merusak peradaban manusia.

#Microsoft #AI #KecerdasanBuatan #Superintelligence #MAI #MustafaSuleyman #TeknologiKesehatan #DiagnostikMedis #InovasiKesehatan #Meta #AIHumanis #MasaDepanAI #EtherealTribune #RevolusiKesehatan #AIuntukManusia #PerangAI #TeknologiMedis #HarapanHidup #RisikoAI #AIEtis

Comments are closed.