Di balik ketenangan dan sikap rendah hati yang khas Asia, Wee Ee Cheong menuntun United Overseas Bank (UOB) melewati dekade penuh perubahan. Dalam usianya yang nyaris satu abad, UOB kini tumbuh menjadi salah satu bank paling berpengaruh di Asia Tenggara, berkat strategi lintas generasi yang berakar pada disiplin, kepercayaan, dan visi jangka panjang.
Fokus Utama:
● Kepemimpinan lintas generasi: Bagaimana Wee Ee Cheong menjaga warisan UOB sambil menyiapkan fondasi untuk 90 tahun berikutnya.
● Strategi ekspansi dan transformasi: UOB memperkuat pijakan di Asia Tenggara melalui akuisisi, digitalisasi, dan integrasi ESG.
● Filosofi bisnis berakar budaya Asia: Kepemimpinan UOB berpadu antara prinsip kehati-hatian khas bank keluarga dan ambisi global.
Wee Ee Cheong, CEO UOB, memimpin bank berusia 90 tahun itu dengan filosofi khas Asia: sabar, berakar kuat, dan berorientasi masa depan. Inilah kisah tentang bagaimana UOB tumbuh menjadi kekuatan regional di Asia Tenggara melalui kepemimpinan lintas generasi.
Di tengah hiruk pikuk Singapura yang tak pernah tidur, ruang rapat utama UOB di Raffles Place tampak hening. Di dindingnya tergantung potret hitam putih seorang pria berwajah tegas — almarhum Wee Kheng Chiang, pendiri United Overseas Bank. Tepat di bawahnya, duduk sang cucu, Wee Ee Cheong, pria yang kini memimpin bank berusia 89 tahun itu dengan ketenangan seorang penjaga warisan.
“Kesabaran adalah bagian dari DNA kami,” ujarnya suatu kali dalam wawancara. “Kami menanam untuk masa depan, bukan untuk musim ini.”
Kalimat itu bukan sekadar retorika. Dalam dua dekade terakhir, UOB telah menjelma dari bank domestik menjadi kekuatan regional di Asia Tenggara — dengan operasi di lebih dari 19 pasar dan aset tembus US$500 miliar pada akhir 2024. Keberhasilan itu bukan datang dari agresivitas, melainkan dari filosofi yang jarang dipraktikkan di industri perbankan modern, yakni : tumbuh dengan hati-hati, tapi tidak pernah berhenti menanam.

Menjaga Warisan, Menantang Zaman
Wee Ee Cheong bukan tipe eksekutif flamboyan yang sering muncul di media. Ia lebih sering memilih diam dan bekerja di balik layar. Namun di dalam UOB, pengaruhnya terasa di setiap kebijakan. Mulai dari tata kelola risiko, ekspansi lintas negara, hingga investasi digital.
Di bawah kepemimpinannya sejak 2007, UOB telah memperluas jaringannya secara besar-besaran di Asia Tenggara — termasuk akuisisi bisnis ritel Citigroup di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam pada 2022. Langkah itu langsung mengerek posisi UOB sebagai salah satu tiga besar bank regional di Asia Tenggara, bersaing dengan DBS dan OCBC. “Asia Tenggara adalah rumah kami. Kami memahami denyut ekonominya lebih baik daripada siapa pun,” kata Wee.
Filosofi “dekat dengan rumah” itu bukan semata strategi geografis. Bagi UOB, ini adalah manifestasi nilai keluarga: berakar kuat di kawasan sendiri sebelum bercita-cita global. Nilai ini pula yang diwariskan oleh sang kakek sejak mendirikan UOB pada 1935 — sebuah prinsip yang masih menjadi fondasi bank hingga kini.
Digital, tapi Tetap Manusiawi
Dalam dekade terakhir, UOB bertransformasi menjadi bank digital modern tanpa kehilangan sentuhan personal. Program UOB TMRW, aplikasi perbankan berbasis AI yang dikembangkan sejak 2019, kini menjadi salah satu platform digital paling sukses di Asia Tenggara.
Menurut data UOB, lebih dari 70% interaksi nasabah kini berlangsung melalui kanal digital. Namun, berbeda dengan tren otomatisasi ekstrem yang dilakukan bank global lain, UOB tetap menjaga keseimbangan antara teknologi dan hubungan manusia. “Teknologi membantu kami mengenal nasabah lebih baik, bukan menggantikan hubungan kami dengan mereka,” ujar Wee.
Pendekatan ini terbukti ampuh. Pada 2024, UOB mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 24% dibanding tahun sebelumnya, didorong oleh peningkatan kredit korporasi dan efisiensi digital.
Tahun 2025 menandai tonggak penting, dimana bank ini memasuki usia ke-90. Di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian global, Wee memilih tetap setia pada filosofi lamanya — tidak terburu-buru, tapi tak pernah berhenti melangkah.
Fokus UOB kini beralih pada keberlanjutan dan transisi hijau. Bank ini telah mengalokasikan lebih dari US$35 miliar untuk pembiayaan proyek hijau di kawasan Asia Tenggara, termasuk energi terbarukan dan transportasi berkelanjutan. “Kami ingin memastikan UOB relevan bukan hanya hari ini, tapi juga untuk generasi mendatang,” katanya.
Warisan itu tak hanya dalam bentuk angka, tapi juga nilai. Dalam pandangan Wee, kekuatan sejati UOB terletak pada kepercayaan — sesuatu yang sulit dibangun dan mudah hilang. Maka, setiap keputusan bisnis, sekecil apa pun, harus melewati uji prinsip yang sama: apakah ini akan menjaga kepercayaan nasabah, karyawan, dan masyarakat?
Dari Keluarga ke Kawasan
Dalam dunia perbankan modern yang dipenuhi merger dan inovasi cepat, UOB berdiri sebagai anomali. Ia tetap dijalankan dengan semangat keluarga, tapi beroperasi dengan profesionalisme global.
Banyak analis menilai pendekatan konservatif UOB justru menjadi kekuatannya. Di saat banyak bank terperangkap risiko kredit atau investasi agresif, UOB menjaga neraca keuangannya tetap sehat dengan rasio NPL di bawah 1,5% — salah satu yang terbaik di kawasan. Bagi Wee, rahasianya sederhana saja, disiplin! “Kami tidak mengikuti tren. Kami membuat tren sendiri, sesuai prinsip kami,” ujarnya.
Kini, dengan lebih dari 24.000 karyawan di 19 negara, UOB menjadi simbol stabilitas di tengah dinamika pasar Asia. Di bawah arahan Wee Ee Cheong, bank ini tak hanya menjadi lembaga keuangan — tetapi juga penanam benih kepercayaan di jantung Asia Tenggara.
Digionary:
● ESG (Environmental, Social, and Governance): Prinsip bisnis berkelanjutan yang menilai dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.
● NPL (Non-Performing Loan): Kredit bermasalah atau macet.
● TMRW: Platform digital banking milik UOB untuk nasabah ritel.
● UOB (United Overseas Bank): Bank asal Singapura yang berdiri sejak 1935.
● Wee Ee Cheong: CEO UOB, generasi ketiga keluarga pendiri.
● Akuisisi — Pengambilalihan perusahaan atau unit bisnis oleh perusahaan lain.
● Asean — Association of Southeast Asian Nations, blok kerjasama 10 negara Asia Tenggara.
● Bonsai — Tanaman kecil yang dikerdilkan sebagai metafora untuk pertumbuhan terukur dan pemeliharaan jangka panjang.
● Generasi ketiga — Penerus dari pendiri perusahaan yang berada pada urutan ketiga dalam garis kepemimpinan.
● Platform Terintegrasi — Sistem teknologi yang menggabungkan layanan berbeda (pembayaran, kas, perdagangan) ke satu ekosistem.
● Stewardship — Tanggung jawab menjaga dan mengembangkan institusi atau aset untuk generasi mendatang.
● Warisan (Legacy) — Aset non‐material berupa reputasi, budaya perusahaan, nilai yang diteruskan dari pendiri.
● Wholesale Banking — Layanan perbankan kepada klien besar (korporasi atau institusi) bukan nasabah ritel.
#UOB #WeeEeCheong #BankingAsia #DigitalTransformation #SoutheastAsiaFinance #LeadershipLegacy #UOBTMRW #SingaporeBank #AsianLeadership #GreenFinance #BankingInnovation #FinancialGrowth #CorporateLeadership #BusinessLegacy #FamilyBusiness #DigitalBanking #ESG #RegionalBank #UOB90Years #AsiaBusiness
