38% Gen Z di Sektor Teknologi Merasa Pekerjaannya Terancam Digantikan AI

- 14 Oktober 2025 - 09:22

Survei terbaru dari Indeed mengungkapkan 38% pekerja teknologi Gen Z merasa terancam oleh AI yang dapat mengambil alih peran dan pekerjaan mereka. Kekhawatiran ini muncul di tengah transformasi besar-besaran industri, dimana 37% teaga kerja di sektor inu  mengaku posisi mereka telah dirombak ulang akibat kehadiran AI.


Fokus Utama:

1. Tingkat kecemasan tertinggi di kalangan Gen Z terhadap ancaman AI pada karier mereka.
2. Transformasi struktural di perusahaan: 52% pekerja dialihkan, 26% sudah di-PHK karena AI.
3. Perlunya upskilling dan perubahan paradigma tentang “keamanan kerja” di era AI.


38%pekerja tech Gen Z khawatir AI gantikan posisi mereka. Survei Indeed ungkap restrukturisasi massal & PHK sudah terjadi.


Gelombang revolusi Artificial Intelligence (AI) tidak hanya membawa efisiensi, tetapi juga kegelisahan yang dalam di kalangan pekerja, terutama generasi termuda. Sebuah laporan terbaru dari platform pencarian kerja Indeed mengungkap fakta mencengangkan, dimana 38% pekerja teknologi dari Generasi Z merasa peran mereka terancam bisa diambil alih oleh AI dalam beberapa tahun ke depan.

Angka ini bahkan lebih tinggi dari rata-rata pekerja di industri teknologi secara keseluruhan yang berada di 35%. Kesenjangan ini mengindikasikan bahwa mereka yang baru merangkak di tangga kariir merasakan guncangan paling keras.

“Gen Z tidak paranoid, mereka sedang mencocokkan pola,” ujar Michael Ryan, pakar keuangan dan pendiri MichaelRyanMoney.com, dengan blak-blakan seperti dikutip dari laman Newsweek. “Mereka menyaksikan setiap anak tangga level pemula dalam tangga karier secara sistematis disingkirkan. Pekerjaan analisis spreadsheet? Terotomasi. Peran riset junior? Hilang. Pekerjaan kasar pemodelan keuangan yang dulu menjadi masa magang bagi calon CFO? Kini hanya menjadi sebuah perintah di ChatGPT.”

Kekhawatiran ini bukannya tanpa dasar. Laporan Indeed yang mensurvei lebih dari 1.000 pekerja teknologi itu juga menemukan bahwa 37% pekerja mengakui bahwa peran di perusahaan mereka telah didefinisikan ulang atau direstrukturisasi karena kehadiran AI generatif. Lebih detail, 52% mengaku dialihkan posisinya, sementara 26% lainnya dengan terpaksa menyatakan bahwa PHK telah terjadi akibat adopsi teknologi baru ini.

“Ada alasan untuk khawatir,” tutur Alex Beene, instruktur literasi keuangan dari University of Tennessee di Martin. “Banyak perusahaan top negara ini menginvestasikan jutaan bahkan miliaran dolar untuk teknologi dan integrasi AI ke dalam tugas mereka yang sudah ada maupun yang baru. Dan meski masih belum jelas berapa banyak pekerjaan yang pada akhirnya akan dihilangkan, banyak karyawan, termasuk dengan jumlah lebih tinggi dari Gen Z, bersiap untuk skenario terburuk.”

Namun, Dldi balik semua ketakutan, ada pula secercah harapan. Studi terpisah dari UKG, platform operasi tenaga kerja berbasis AI, menemukan bahwa pekerja lini depan yang menggunakan AI melaporkan tingkat kelelahan yang lebih rendah (41%) dibandingkan mereka yang tidak menggunakan teknologi tersebut (54%). Temuan ini menyiratkan bahwa AI bisa menjadi pedang bermata dua, di satu sisi mengancam, di sisi lain dapat meringankan beban kerja.

Namun, persepsi terhadap AI tetap beragam. Sebanyak 28% responden Indeed percaya bahwa AI justru akan meningkatkan stres di tempat kerja, dan 33% mengindikasikan bahwa mereka tidak mendapat pelatihan yang memadai untuk teknologi ini.

“Ketakutan Gen Z lebih dari sekadar AI mengambil pekerjaan mereka. Ini tentang AI menghilangkan pekerjaan-pekerjaan yang justru mengajarkan Anda bagaimana mendapatkan pekerjaan yang lebih baik,” tegas Michael Ryan, menggambarkan ancaman struktural yang lebih dalam.

Menghadapi realitas baru ini, para pakar menyarankan satu kata kunci, yakni adaptasi. “Itu artinya beradaptasi lebih cepat, meningkatkan keterampilan lebih awal, dan memikirkan ulang apa arti ‘keamanan kerja’ bahkan,” pungkas Kevin Thompson, CEO 9i Capital Group. Perlombaan antara manusia dan mesin di dunia kerja tampaknya baru saja dimulai.

Foto: cryptopolitan.com


Digionary:

● Generative AI: Kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten baru seperti teks, gambar, atau kode, tidak hanya menganalisis data.
●Upskilling: Proses mempelajari keterampilan baru atau meningkatkan keterampilan yang ada untuk tetap relevan di pasar kerja.
●Restrukturisasi Peran: Perubahan definisi, tanggung jawab, atau susunan suatu posisi pekerjaan dalam perusahaan.
●Automation: Penggunaan teknologi untuk melakukan tugas dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia.

#GenZ#AI #TenagaKerja #Teknologi #MasaDepanKerja #Automation #SurveiIndeed #AncamanAI #RevolusiIndustri #PekerjaTeknologi #Karier #TransformasiDigital #Upskilling #PHK #Restrukturisasi #GenerasiZ #WorkforceTrends #Robotika #Inovasi #LiterasiDigital

Comments are closed.