Revolusi AI di Perbankan India, Antara Efisiensi dan Ancaman Hilangnya Sentuhan Manusia

- 12 Oktober 2025 - 18:58

Revolusi Artificial Intelligence (AI) mulai merambah sektor perbankan India, didorong oleh kerangka regulasi “FREE-AI” dari Reserve Bank of India (RBI). Meski menjanjikan efisiensi dan inklusi keuangan yang lebih luas, integrasi AI menghadapi tantangan besar dalam hal kepercayaan, akuntabilitas, dan keamanan. Para ahli menekankan bahwa mesin tidak dapat menggantikan hubungan kepercayaan yang dibangun oleh manusia, sehingga adopsi AI akan berjalan hati-hati dengan tetap mempertahankan unsur manusia sebagai inti dari layanan perbankan.


Fokus Utama:

1. Peluncuran kerangka “FREE-AI” oleh Reserve Bank of India (RBI) sebagai pijakan formal untuk integrasi AI yang bertanggung jawab dan beretika di sektor perbankan.
2. Analisis tiga tantangan utama AI dalam perbankan: keamanan siber, pembangunan kepercayaan terhadap keputusan probabilistik AI, dan penjelasan akuntabilitas hukum dan hierarkis.
3. Posisi sentral “trust” atau kepercayaan dalam hubungan perbankan yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin, didukung data bahwa 70% nasabah India masih lebih memilih interaksi langsung di cabang untuk masalah kompleks.


Reserve Bank of India luncurkan kerangka FREE-AI. Akankah AI merevolusi perbankan atau justru mengikis kepercayaan?

Gelombang revolusi Artificial Intelligence (AI) akhirnya sampai juga di tepian sungai sektor perbankan India yang konservatif. Reserve Bank of India (RBI), bank sentral setempat, baru-baru ini meluncurkan sebuah peta jalan penting bertajuk “Framework for Responsible and Ethical Enablement of Artificial Intelligence (FREE-AI)”. Kerangka kerja ini menjadi sinyal kuat: asimilasi AI dalam layanan keuangan bukan lagi wacana, melainkan sebuah keniscayaan yang sedang dipersiapkan.

Namun, di balik janji efisiensi dan inovasi, terselip sebuah pertanyaan mendasar yang menggelisahkan: pada titik apakah mesin pintar mulai menggerus sendi-sendi kepercayaan—aset paling berharga dalam relasi perbankan?

“Dalam ketidakpastian, baik karena kehilangan pekerjaan, utang, atau berduka, klien mencari pengertian, bukan sekadar efisiensi,” tegas Dr. Vikas Singh, Profesor Tamu di Indian Institute of Public Administration dan Co-founder Crux Management Services, seperti dikutip laman hindustantimes.com.

Kenyataannya, data berbicara lantang. Survei yang dikutip Dr. Singh mengungkapkan, meski transformasi digital berjalan pesat, tujuh dari sepuluh nasabah di India masih memilih untuk mendatangi kantor cabang secara fisik ketika menghadapi masalah serius. “Kepercayaan, bagaimanapun, lebih mudah dibangun di seberang meja daripada di seberang layar,” tambahnya.

Lantas, apa penghalang terbesar AI untuk benar-benar diterima? Deepak Kumar, mantan Executive Director RBI yang kini memimpin Institute for Development and Research in Banking Technology, memetakan tiga tantangan krusial: keamanan, kepercayaan, dan akuntabilitas.

“Tentang keamanan, apa yang bisa dilakukan sektor perbankan dengan AI, para kriminal juga bisa melakukannya. Jadi, kemampuan keamanan siber bertenaga AI baru harus dipertimbangkan,” papar Kumar.

Soal kepercayaan, ia menjelaskan bahwa keputusan yang diusulkan AI bersifat probabilistik dengan randomness yang melekat. “Data, model, dan ‘runtime control’ yang diberikan kepada AI menentukan bagaimana probabilitas itu dihitung. Justifikasi inilah yang harus memenangkan kepercayaan pengguna sebelum persetujuan diberikan,” ujarnya.

Yang tak kalah pelik adalah masalah akuntabilitas. “Ini bukan hanya masalah hukum, tetapi juga memainkan peran besar dalam hierarki bank, terutama ketika Agentic AI dapat membuat keputusan. Oleh karena itu, akuntabilitas harus digariskan sebelum mengadopsi AI,” tegas Kumar.

Ketika ditanya tentang potensi AI mengambil alih pekerjaan staf bank, Kumar bersikap realistis namun tak ingin berprasangka. “Kehadiran manusia sangat penting. Namun, berapa banyak pekerjaan perbankan yang mungkin hilang karena AI di masa depan tidak dapat diprediksi saat ini; kami juga tidak dapat memprediksi kapan pekerjaan itu akan hilang.”

AI untuk Inklusi dan Efisiensi

Di sisi lain, AI justru dipandang sebagai pahlawan untuk memperluas inklusi keuangan. Dengan 89% populasi dewasa India yang telah memiliki akun keuangan pada 2024—melonjak drastis dari 35% pada 2011—layanan perbankan harus menjangkau segmen yang lebih beragam, termasuk 1,2 miliar individu berpenghasilan rendah menurut laporan Pew Research Center 2021.

“Terutama di bank yang melayani nasabah berpenghasilan rendah—seperti petani atau pemilik usaha kecil—model AI dapat sangat membantu,” kata Ramakrishna Regulugedda, mantan Chief General Manager National Bank for Agriculture and Rural Development (NaBARD).

Ia menjelaskan, dengan persetujuan nasabah, AI dapat menganalisis data non-tradisional seperti pembayaran tagihan utilitas, perilaku e-commerce, atau bahkan pola penggunaan ponsel bagi calon nasabah yang tidak memiliki riwayat kredit. “Ini melindungi bank dengan membantunya membuat keputusan yang lebih baik dalam meminjamkan uang. Dan ini juga membantu nasabah dengan merekomendasikan produk/jasa yang optimal untuk kuerinya,” jelas Regulugedda.

Namun, ia sepakat bahwa unsur manusia tak tergantikan. “Saya tidak melihat AI mengambil alih sektor perbankan, juga saya tidak dapat membayangkan adanya PHK di sektor ini karena AI. Ini terutama karena kepercayaan memainkan peran besar dalam perbankan, dan mesin tidak dapat memberikan kepercayaan.”

Pada akhirnya, narasi yang berkembang bukanlah tentang perlombaan antara manusia dan mesin, melainkan tentang kolaborasi. RBI, dengan FREE-AI-nya, tampaknya ingin memastikan bahwa lompatan teknologi ini tidak meninggalkan etika dan kepercayaan di belakang. Masa depan perbankan India akan ditentukan oleh kemampuannya menyeimbangkan efisiensi algoritma dengan kebijaksanaan manusia, memastikan bahwa di balik layar digital yang canggih, tetap ada sentuhan manusia yang memahami.


Digionary

● Agentic AI: Sistem kecerdasan artifisial yang mampu bertindak secara otonom untuk mencapai tujuan tertentu, termasuk mengambil keputusan tanpa intervensi manusia langsung.
● FREE-AI Framework: Kerangka kerja yang dikeluarkan RBI untuk memastikan penerapan Artificial Intelligence yang Bertanggung Jawab dan Beretika (Framework for Responsible and Ethical Enablement of AI) di sektor perbankan India.
● Inklusi Keuangan: Upaya untuk memperluas akses dan ketersediaan layanan keuangan kepada semua lapisan masyarakat, terutama yang selama ini tidak terlayani oleh sistem keuangan formal.
● Kecerdasan Artifisial (AI): Simulasi proses kecerdasan manusia oleh mesin, terutama sistem komputer, yang mencakup pembelajaran, penalaran, dan koreksi diri.
● Probabilistik: Sifat yang berkaitan dengan atau melibatkan probabilitas (peluang); dalam konteks AI, merujuk pada keputusan yang didasarkan pada perhitungan peluang, bukan kepastian mutlak.
● RBI (Reserve Bank of India): Bank sentral India yang bertugas mengatur kebijakan moneter dan sistem keuangan di negara tersebut.

#AI#Perbankan #RBI #FREEAI #TeknologiFinansial #InklusiKeuangan #DeepakKumar #ReserveBankOfIndia #KeamananSIber #KecerdasanBuatan #TransformasiDigital #NaBARD #FinancialTechnology #Trust #Efisiensi #LayananNasabah #Innovasi #Regulasi #BisnisIndia #EkonomiDigital

Comments are closed.