Solusi Perubahan Iklim, Igloo Bangun Model Asuransi Cerdas Berbasis Data di ASEAN

- 10 Oktober 2025 - 15:52

Igloo, perusahaan insurtech regional, memperluas solusi perlindungan perubahan iklim di Asia Tenggara melalui kemitraan strategis di Filipina dan Vietnam, dengan fokus pada embedded insurance, data satelit, dan distribusi digital. Langkah ini muncul di tengah ancaman kerugian tahunan lebih dari US$86,5 miliar akibat bencana alam di kawasan ASEAN dan rendahnya penetrasi asuransi yang masih di bawah 10%.


Fokus Utana:

1. Ancaman iklim ekstrem Asia Tenggara dan rendahnya perlindungan finansial masyarakat.
2. Strategi digital Igloo melalui embedded insurance dan pemanfaatan data satelit NASA dalam klaim otomatis.
3. Model kemitraan di Filipina dan Vietnam sebagai blueprint untuk pasar Indonesia dan negara ASEAN lainnya.


Igloo memperluas perlindungan iklim di Asia Tenggara dengan embedded insurance dan data satelit NASA, melindungi nasabah di Filipina dan petani di Vietnam. Indonesia diproyeksikan menjadi pasar berikutnya.


Cuaca ekstrem bukan lagi fenomena sesaat di Asia Tenggara. Data ASEAN Socio-Cultural Community Trend menyebut rata-rata kerugian akibat bencana di kawasan ini telah menyentuh angka US$86,5 miliar setiap tahun, naik signifikan dibanding satu dekade lalu. BMKG Indonesia bahkan memperingatkan bahwa 2024–2025 berpotensi menjadi periode El Niño–La Niña bergantian tercepat, memicu banjir bandang hingga kekeringan pertanian di berbagai negara ASEAN.

Di sisi lain, penetrasi asuransi di kawasan ini masih stagnan di bawah 10%, terutama untuk segmen masyarakat rentan, pelaku UMKM, dan petani yang menjadi tulang punggung suplai pangan regional. Kondisi ini menciptakan kesenjangan perlindungan yang serius.

“Kami melihat pasar di kawasan ini menghadapi tantangan iklim yang sama, namun sangat sedikit yang mencari perlindungan asuransi untuk melindungi mata pencaharian dan properti mereka,” kata Raunak Mehta, Co-Founder dan CEO Igloo.

Igloo tidak hanya menjual produk asuransi, tetapi mencoba mengintegrasikan perlindungan langsung ke dalam layanan keuangan digital dan platform komunitas lewat konsep embedded insurance—asuransi yang hadir otomatis dalam transaksi harian tanpa proses rumit.

Di Filipina, Igloo menggandeng fintech Skyro untuk menghadirkan asuransi kecelakaan diri yang dipadukan dengan proteksi banjir dan kebakaran. Lebih dari 700.000 nasabah pinjaman aktif kini secara otomatis mendapatkan perlindungan saat mengakses pembiayaan.

Produk ini dirilis strategis menjelang musim topan akhir tahun, periode di mana ribuan rumah tangga berisiko kehilangan aset hanya dalam hitungan jam.

Dengan model biaya dinamis berdasarkan skor kredit, asuransi ini dapat diakses langsung dari aplikasi Skyro dan menjadi bagian dari transaksi pinjaman. Bukan produk tambahan, tetapi sistem perlindungan yang menempel dalam ekosistem finansial digital sehari-hari.

“Dengan menghadirkan perlindungan bencana langsung ke dalam layanan keuangan, kami membuat cakupan asuransi lebih mudah diakses oleh jutaan masyarakat Filipina. Tujuan kami adalah memastikan keluarga tidak harus memulai dari nol setiap kali topan melanda, tetapi memiliki jaring pengaman yang mereka butuhkan untuk pulih lebih cepat dan dengan keyakinan yang lebih besar,” ujar Raunak Mehta.

Di Vietnam, Igloo memperkenalkan Weather Index Insurance (WII), skema asuransi berbasis indeks cuaca dengan pemicu klaim otomatis menggunakan data satelit NASA. Saat curah hujan melebihi batas yang disepakati, sistem secara otomatis membayar kompensasi tanpa survei manual.

Pada Mei 2025, lebih dari 120 hektare sawah tergenang banjir di Provinsi An Giang. Hanya dalam hitungan hari, 39 keluarga petani menerima pencairan cepat, memungkinkan mereka menanam kembali untuk musim Musim Panas hingga Gugur tanpa menunggu birokrasi panjang.

Dengan model seperti ini, Igloo mematahkan stigma lama bahwa klaim asuransi selalu lambat dan penuh sengketa.

“Solusi ini memiliki potensi untuk memberikan manfaat di berbagai pasar di Asia Tenggara, di mana para petani menghadapi tantangan iklim yang serupa. Kami berharap lebih banyak mitra mengadopsi Weather Index Insurance sehingga kami dapat memperluas dampaknya dan menyediakan jaring pengaman yang lebih kuat bagi komunitas petani yang rentan,” ujar Raunak Mehta.

Indonesia menjadi target berikutnya. Dengan lebih dari 49 juta pekerja di sektor informal dan jutaan petani kecil, Indonesia menghadapi risiko iklim yang sama—bahkan lebih kompleks karena bentang geografisnya. Data OJK menunjukkan industri insurtech tumbuh 30% sepanjang 2024, menandakan penerimaan publik mulai terbuka pada model perlindungan digital.

“Inisiatif-inisiatif ini menyoroti keberhasilan Igloo yang semakin berkembang dalam menghadirkan perlindungan di Filipina dan Vietnam,” tambah Mehta. “Kami bertekad membawa solusi serupa ke Indonesia, sebagai bagian dari komitmen kami membangun ketahanan iklim melalui asuransi yang mudah diakses dan didukung teknologi.”


Digionary:

● ASEAN — Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
● Embedded Insurance — Model asuransi yang disisipkan otomatis dalam layanan digital atau transaksi keuangan
● Insurtech — Inovasi teknologi dalam industri asuransi
● El Niño / La Niña — Anomali iklim global yang memengaruhi pola cuaca ekstrem
● Penetrasi Asuransi — Persentase masyarakat yang memiliki produk asuransi
● Weather Index Insurance — Produk asuransi berbasis parameter cuaca, bukan klaim kerusakan manual
● NASA Satellite Data — Data pemantauan bumi yang digunakan untuk analisis cuaca dan pola hujan
● Mitigasi Risiko — Upaya mengurangi dampak finansial dari potensi bencana
● Klaim Otomatis — Sistem pembayaran asuransi tanpa inspeksi manual
● Skyro — Platform fintech Filipina yang bekerja sama dengan Igloo

#Insurtech #IglooAsia #EmbeddedInsurance #PerubahanIklim #AsuransiDigital #Filipina #Vietnam #PetaniASEAN #Skyro #WeatherIndexInsurance #DataSatelit #AsuransiPertanian #OJK #FintechASEAN #KrIsisIklim #KetahananFinansial #Banjir #TopanASEAN #EkonomiDigital #AsuransiMasaDepan

Comments are closed.