Jadikan Karyawan Pekerja “Gig”, Standard Chartered Buktikan AI Tak Harus Hapus Pekerjaan

- 9 Oktober 2025 - 08:26

Standard Chartered menjadi pelopor di dunia perbankan global dengan mengubah hampir seluruh karyawannya menjadi pekerja “gig” internal melalui platform pasar talenta (talent marketplace). Pendekatan ini memungkinkan karyawan mengambil proyek lintas divisi, meningkatkan keterampilan digital, dan mempercepat adopsi AI di lingkungan kerja. Model ini kini mulai diadopsi oleh bank-bank besar lain di Asia dan berpotensi menjadi paradigma baru manajemen SDM di sektor keuangan Indonesia.


Fokus Utama:

1. Transformasi SDM di Era AI: Standard Chartered memperkenalkan sistem kerja berbasis proyek internal untuk menghadapi disrupsi AI. Karyawan kini dinilai dari keterampilan (skills-based) bukan jabatan formal, sehingga perusahaan bisa lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan teknologi.
2.Efisiensi dan Nilai Tambah Bisnis: Sejak diluncurkan pada 2020, marketplace talenta internal bank ini menghasilkan nilai lebih dari US$8,5 juta, mempercepat proyek yang sebelumnya tertunda karena birokrasi atau kekurangan staf.
3. Implikasi bagi Dunia Perbankan Asia dan Indonesia
Model kerja fleksibel seperti ini menjadi inspirasi bagi perbankan di Asia, termasuk Indonesia, yang tengah mengadopsi AI untuk operasional dan layanan pelanggan. Dengan lebih dari 60% tenaga kerja bank aktif di platform tersebut, Standard Chartered menunjukkan bagaimana integrasi manusia dan AI bisa berjalan selaras, bukan saling menggantikan.


Standard Chartered mengubah cara kerja ribuan karyawan dengan sistem “gig internal” untuk mempercepat adopsi AI dan meningkatkan efisiensi. Langkah ini bisa jadi inspirasi bagi perbankan Indonesia menghadapi era digitalisasi.


Ketika banyak bank sibuk memikirkan cara menghadapi gelombang otomatisasi akibat kecerdasan buatan (AI), Standard Chartered Bank justru melangkah dengan cara berbeda: mengubah cara kerja karyawannya. Bank asal Inggris ini memperkenalkan konsep “talent marketplace”, semacam pasar internal yang memungkinkan karyawan mengambil proyek lintas divisi secara sukarela, layaknya pekerja gig di platform freelance.

Menurut Tanuj Kapilashrami, Chief Strategy and Talent Officer Standard Chartered, sistem ini bukan hanya soal efisiensi, tapi soal mengubah paradigma kerja. “Kita tak lagi memandang individu berdasarkan jabatan atau deskripsi kerja, melainkan kumpulan keterampilan yang dimilikinya,” ujarnya dalam peenyataan resminya pekan ini.

Sejak diperkenalkan pada 2020, platform ini telah menciptakan nilai lebih dari US$8,5 juta, dengan ribuan proyek yang sebelumnya tertunda kini bisa dijalankan tanpa harus membuka lowongan baru. Sekitar 60% karyawan global bank itu kini aktif menggunakan platform tersebut—mengalokasikan hingga 8 jam kerja per minggu untuk proyek tambahan yang memperluas jejaring dan kemampuan digital mereka.

Kapilashrami menjelaskan, dalam dunia kerja baru yang didorong AI, perusahaan harus berpikir ulang: “Apakah kita perlu membangun keterampilan? Membeli keterampilan? Atau meminjam keterampilan?”

Pendekatan ini terbukti mempercepat pengembangan proyek AI di bidang manajemen kekayaan, pemasaran, dan kepatuhan.

Fenomena ini tak hanya terjadi di Standard Chartered. Menurut Hatim Rahman, profesor di Kellogg School of Management, sistem serupa kini banyak diadopsi perusahaan besar seperti Moderna dan Unilever untuk menghadapi perubahan akibat AI.

Riset terbaru McKinsey (2025) mencatat bahwa 73% perusahaan global kini tengah menerapkan pendekatan berbasis keterampilan untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi otomasi.

Bagi Indonesia, pendekatan ini punya makna strategis. Bank-bank nasional seperti BCA, BNI, dan Bank Mandiri mulai mengadopsi sistem pembelajaran internal berbasis AI, namun belum banyak yang memanfaatkan model “gig internal” seperti Standard Chartered.

Jika diterapkan, sistem ini bisa menjadi solusi bagi kesenjangan keterampilan digital yang masih menjadi tantangan utama di sektor perbankan tanah air. Menurut data OJK (2024), hanya sekitar 41% tenaga kerja perbankan Indonesia yang memiliki kompetensi digital menengah ke atas.

Kapilashrami menegaskan, perusahaan yang berpikir bisa “membeli” tenaga ahli AI semata akan kalah cepat dengan mereka yang mampu melatih dan memobilisasi talenta internalnya. “Ada kekurangan keterampilan yang masif,” ujarnya. “Bisnis tak bisa sekadar membeli jalan pintas untuk beradaptasi dengan model bisnis baru.”

Pendekatan fleksibel Standard Chartered kini dipandang sebagai contoh bagaimana bank global bisa menggabungkan AI dan kemanusiaan, bukan menempatkan keduanya dalam kompetisi.


Digionary:

● AI (Artificial Intelligence) — Teknologi kecerdasan buatan yang memungkinkan mesin mempelajari dan menjalankan tugas seperti manusia.
● Talent Marketplace — Platform internal perusahaan untuk menghubungkan karyawan dengan proyek lintas divisi sesuai keterampilan.
● Gig Worker — Pekerja lepas atau berbasis proyek jangka pendek.
● Reskilling — Proses melatih kembali tenaga kerja agar memiliki keterampilan baru sesuai kebutuhan industri.
● Wealth Management — Layanan manajemen keuangan dan investasi untuk nasabah berpenghasilan tinggi.
● Otomasi — Penggunaan teknologi untuk menggantikan pekerjaan manual atau rutin.
● Skill-based Organization — Struktur organisasi yang menilai dan mengelola karyawan berdasarkan keterampilan, bukan jabatan.

#AIinBanking #DigitalTransformation #StandardChartered #FutureOfWork #PerbankanDigital #TalentMarketplace #GigEconomy #BankingInnovation #HRTech #Reskilling #IndonesiaFinance #AIWorkforce #WorkplaceInnovation #TechAdoption #BankingTrends #Automation #HumanCapital #DigitalSkills #AIEthics #Banking2025

Comments are closed.