Superbank — bank digital hasil kolaborasi grup Emtek, Grab, dan Singtel — tengah bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target perolehan dana hingga US$300 juta. Sekitar 70% dana hasil IPO akan digunakan untuk memperkuat modal kerja penyaluran kredit, sementara sisanya dialokasikan bagi pengembangan sistem dan produk teknologi. Jika terealisasi, IPO ini bisa menjadi salah satu aksi korporasi terbesar sektor bank digital di Indonesia pada 2025.
Fokus Utama:
1. Superbank Siapkan IPO Jumbo — menargetkan penghimpunan dana US$200–300 juta dengan valuasi hingga US$2 miliar.
2. Fokus pada Ekspansi Kredit dan Teknologi — 70% dana untuk pembiayaan, sisanya untuk pengembangan sistem dan produk digital.
3. Dukungan Investor Global — didukung pemegang saham besar seperti Emtek, Grab, KakaoBank, dan Singtel, memperkuat posisi Superbank di ekosistem digital Asia Tenggara.
Superbank, bank digital hasil kolaborasi Emtek, Grab, dan Singtel, bersiap melantai di BEI dengan target dana IPO hingga US$300 juta. Mayoritas dana akan digunakan untuk ekspansi kredit dan penguatan teknologi, menandai era baru bank digital Indonesia.
Bank digital hasil kolaborasi konglomerasi teknologi dan telekomunikasi besar di Asia, PT Super Bank Indonesia (Superbank), mulai mengukur minat investor untuk melaksanakan penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengutip Bloomberg, perusahaan akan menggelar serangkaian pertemuan edukasi bagi investor pada 6–17 Oktober 2025 sebagai langkah awal menuju proses IPO. Sekitar 70% dana hasil IPO akan digunakan sebagai modal kerja untuk memperkuat penyaluran kredit, sementara sisanya dialokasikan bagi pengembangan sistem dan produk teknologi informasi (TI).
Dalam proses ini, CLSA Sekuritas ditunjuk sebagai joint global coordinator. Sedangkan menurut laporan CNBC Indonesia, Mandiri Sekuritas juga akan bertindak sebagai salah satu penjamin emisi efek dalam aksi korporasi tersebut.
Rencana IPO Superbank pertama kali mencuat pada Januari 2025, saat Bloomberg melaporkan bahwa bank digital ini menargetkan penghimpunan dana antara US$200–300 juta, dengan valuasi perusahaan di kisaran US$1,5–2 miliar. Nilai tersebut menempatkan Superbank dalam jajaran IPO potensial terbesar tahun ini di sektor keuangan berbasis teknologi.
Jika target itu tercapai, Superbank akan menjual sekitar 10–20% saham ke publik, menandai langkah penting dalam strategi ekspansi agresifnya di pasar perbankan digital yang kian kompetitif.
Langkah ini juga akan menjadi ujian penting bagi daya tarik sektor bank digital di tengah tren normalisasi pertumbuhan pinjaman dan pengetatan likuiditas perbankan global.
Berdasarkan data yang dipublikasikan melalui situs resmi perusahaan, struktur kepemilikan Superbank mencerminkan kombinasi kuat antara pemain teknologi dan finansial besar regional:
● Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) melalui PT Elang Media Visitama menguasai 31,11%.
● Grab lewat PT Kudo Teknologi Indonesia memiliki 19,16%.
● A5–DB Holdings memegang 11,52%, diikuti oleh GXS Bank (12%), KakaoBank asal Korea Selatan (9,95%), dan Singtel Alpha Investments (8,46%).
Dengan komposisi itu, Superbank menjadi satu dari sedikit bank digital di kawasan Asia Tenggara yang memiliki dukungan lintas industri — dari media, ride-hailing, fintech, hingga telekomunikasi — yang memungkinkan integrasi ekosistem digital lebih luas.
Kinerja Superbank juga menunjukkan titik balik positif. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2025, bank ini mencatat laba bersih Rp20,1 miliar, berbalik dari rugi Rp188 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan kinerja terutama didorong oleh peningkatan Net Interest Income (NII) menjadi Rp667,6 miliar, tumbuh 171% YoY, seiring kenaikan Net Interest Margin (NIM) menjadi 10,2% dari 8,1% pada semester I-2024.
Capaian ini menandakan bahwa strategi ekspansi kredit ritel dan sinergi ekosistem dengan Grab serta Emtek mulai menunjukkan hasil nyata.
Dengan asumsi valuasi IPO di kisaran US$1,5 miliar–US$2 miliar (setara Rp24,9 triliun–Rp33,2 triliun) dan dana yang dihimpun sebesar US$200n–300 juta (Rp3,3–Rp5 triliun), Superbank diperkirakan akan diperdagangkan pada level 2,4–3,8 kali Price to Book Value (P/BV) berdasarkan laporan keuangan semester I-2025.
Angka ini menempatkan Superbank di kisaran valuasi menengah dibanding para pesaingnya seperti Bank Jago (ARTO) dan Bank Neo Commerce (BBYB), yang masing-masing mencatat PBV 4,2x dan 2,1x per akhir September 2025.
Analis pasar modal menilai valuasi tersebut realistis mengingat pertumbuhan agresif Superbank dalam pembiayaan ritel dan kemampuannya mengintegrasikan data lintas platform.
Sejak pandemi COVID-19, bank digital Indonesia tumbuh pesat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Agustus 2025 terdapat lebih dari 20 bank digital aktif dengan total aset mencapai Rp870 triliun, naik 28% dibandingkan tahun lalu.
Namun, hanya segelintir yang berhasil membukukan laba konsisten. IPO Superbank bisa menjadi indikator penting bagi pasar untuk menilai kematangan industri ini.
Gelombang IPO sektor keuangan digital tidak hanya terjadi di Indonesia. Sepanjang paruh pertama 2025, Ernst & Young Global IPO Report mencatat peningkatan 19% IPO di sektor fintech secara global dengan nilai emisi lebih dari US$15 miliar. Jika Superbank sukses melantai dengan valuasi di atas US$1,5 miliar, bank ini berpotensi masuk jajaran 10 IPO bank digital terbesar di Asia dalam lima tahun terakhir.
Digionary:
● A5–DB Holdings — entitas investasi gabungan antara institusi finansial regional Asia.
● BEI (Bursa Efek Indonesia) — lembaga yang mengatur dan mengawasi perdagangan saham di Indonesia.
● CLSA Sekuritas — perusahaan sekuritas internasional yang menjadi koordinator global IPO Superbank.
● Free Float — porsi saham yang dilepas ke publik untuk diperdagangkan di pasar.
● IPO (Initial Public Offering) — penawaran saham perdana kepada publik untuk pertama kalinya.
● NII (Net Interest Income) — pendapatan bersih dari bunga yang diterima bank setelah dikurangi biaya bunga.
● NIM (Net Interest Margin) — rasio margin keuntungan bunga terhadap aset produktif bank.
● P/BV (Price to Book Value) — rasio valuasi antara harga saham dan nilai buku perusahaan.
● Superbank — bank digital milik Emtek Group, Grab, dan Singtel yang berfokus pada layanan kredit dan teknologi finansial.
● Valuasi — penilaian terhadap nilai suatu perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dan prospek bisnis.
#Superbank #IPO2025 #BankDigitalIndonesia #Emtek #Grab #Singtel #KakaoBank #MandiriSekuritas #CLSA #PasarModalIndonesia #Fintech #Investasi #EkonomiDigital #BEI #PerbankanDigital #StartupFinansial #IPOAsia #InvestasiGlobal #SahamBank #DigitalBanking
