IBM Dorong Revolusi HR dengan Agentic AI ‘watsonx Orchestrate’

- 2 Oktober 2025 - 21:20

Kecerdasan buatan (AI) generasi baru kini mulai merevolusi dunia sumber daya manusia (SDM). Dari rekrutmen, orientasi karyawan baru, hingga manajemen kinerja, teknologi yang disebut agentic AI mampu mengambil alih berbagai pekerjaan administratif, memberi ruang bagi profesional HR untuk fokus pada strategi bisnis dan pengembangan talenta. IBM menjadi pionir dengan platform watsonx Orchestrate, yang kini digunakan internal untuk mengotomatisasi lebih dari 80 tugas HR, dan mulai diadopsi banyak perusahaan global.


Fokus Utama:

1. Transformasi HR melalui Agentic AI – AI tidak lagi sekadar chatbot, melainkan mampu menjalankan fungsi rekrutmen, onboarding, hingga manajemen kinerja dengan otonom.
2. Inovasi IBM dengan watsonx Orchestrate – IBM menguji langsung teknologinya lewat pendekatan Client Zero, sebelum dipasarkan ke perusahaan global.
3. Implikasi Bisnis dan Risiko – AI menjanjikan produktivitas dan efisiensi lebih tinggi, namun tetap menuntut tata kelola agar transparansi dan kepercayaan karyawan tetap terjaga.


Agentic AI mulai merevolusi dunia HR. IBM dengan watsonx Orchestrate memimpin perubahan ini, dari onboarding hingga manajemen kinerja. Apakah masa depan HR akan dikelola oleh AI?


Perubahan besar tengah menghampiri dunia human resources (HR). Jika selama ini HR dikenal dengan tumpukan dokumen, proses rekrutmen panjang, hingga administrasi berulang, kini kecerdasan buatan hadir mengubah wajahnya.

Teknologi terbaru, agentic AI, memungkinkan sistem bekerja hampir tanpa campur tangan manusia. Dari mengurus administrasi cuti, orientasi karyawan baru, hingga menilai kinerja pegawai, semua bisa dijalankan oleh AI secara cepat dan presisi.

“Perkembangan AI ini sangat menarik. Ini akan benar-benar mengubah cara kita bekerja. Dari sisi HR, artinya kita bisa keluar dari pekerjaan operasional sehari-hari, dan lebih fokus ke hal yang strategis bersama manajer dan karyawan,” kata Elisa Pearson, HR Director IBM UK & Ireland.

Jika chatbot HR sebelumnya hanya bisa menjawab pertanyaan standar, agentic AI jauh lebih maju. Sistem ini mampu memahami tujuan organisasi, menyesuaikan dengan perubahan kondisi, hingga merekomendasikan jalur karier bagi karyawan. Bahkan, AI bisa mengenali kebutuhan karyawan sebelum mereka menyadarinya—mulai dari saran pelatihan hingga ucapan selamat ketika ada kelahiran anak di keluarga pegawai.

IBM menjadi salah satu pionir. Melalui konsep Client Zero, perusahaan lebih dulu menerapkan teknologinya di internal sebelum dipasarkan. Hasilnya, AI kini menangani onboarding karyawan baru, memproses cuti, memperbarui data personal, hingga menjawab kebijakan HR.

Contoh paling nyata adalah AskHR, asisten digital berbasis AI yang mampu mengotomatisasi lebih dari 80 tugas HR rutin. Layanan ini dibangun di atas IBM watsonx Orchestrate, platform AI yang bisa mengintegrasikan agen digital, aplikasi, data, dan alur kerja lintas fungsi.

“IBM mengambil pendekatan unik dengan menyediakan platform yang memungkinkan perusahaan membangun, mengelola, dan menjalankan agen AI. Dan salah satunya adalah untuk HR, yang bisa berkembang ke area lain seperti penjualan dan produktivitas,” ujar René Bossa, pakar AI Assistants & Agents IBM.

Minat dunia bisnis pada teknologi ini meningkat tajam. Survei IBM terhadap 2.000 CEO dari 24 industri menunjukkan 68% pemimpin mengakui transformasi AI sebagai kunci pertumbuhan, sementara 61% meyakini keunggulan kompetitif ditentukan oleh siapa yang paling maju dalam adopsi AI generatif.

Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah soal transparansi. Perusahaan perlu memastikan bahwa keputusan AI dapat dijelaskan secara logis kepada karyawan. IBM menyatakan bahwa watsonx Orchestrate tidak hanya memberi jawaban, tetapi juga bisa menunjukkan “alasan” di balik keputusan AI.

Selain itu, risiko kepatuhan juga menjadi perhatian. Di area seperti compliance monitoring, AI berperan penting mengurangi kesalahan manusia dengan menandai potensi risiko sejak awal.

Dengan AI mengambil alih tugas-tugas administratif, HR diprediksi akan lebih fokus pada hal yang manusiawi: membangun budaya kerja, memperkuat engagement, dan merancang strategi talenta. Singkatnya, AI bukan menggantikan manusia, melainkan memberi ruang agar profesional HR bisa benar-benar mengelola manusia, bukan sekadar data.

Digionary:

● Agentic AI: Teknologi AI yang mampu bekerja otonom, memahami tujuan organisasi, dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
● AskHR: Asisten digital berbasis AI buatan IBM untuk mengotomatisasi lebih dari 80 tugas HR.
● Client Zero: Pendekatan IBM dengan menguji teknologi di internal sebelum dipasarkan ke luar.
● Compliance Monitoring: Pemantauan kepatuhan terhadap regulasi dan kebijakan perusahaan.
● Generative AI: Jenis AI yang mampu menciptakan teks, gambar, atau konten baru secara otomatis.
● Onboarding: Proses orientasi dan penyesuaian karyawan baru di perusahaan.
● Retention: Strategi perusahaan untuk mempertahankan karyawan agar tidak pindah kerja.
● Watsonx Orchestrate: Platform AI IBM untuk membangun, mengelola, dan menjalankan agen AI lintas fungsi.

#AI #AgenticAI #HRTech #WatsonxOrchestrate #AskHR #IBM #FutureOfWork #DigitalHR #TransformasiHR #GenerativeAI #HumanResources #AIinBusiness #AIProductivity #CorporateAI #TalentManagement #Onboarding #EmployeeEngagement #WorkplaceInnovation #TechTransformation #AIDisruption

Comments are closed.