Ledakan Stablecoin: Citi Prediksi Pasar Tembus US$4 Triliun, Tether Dilirik Investor Raksasa

- 30 September 2025 - 13:23

Stablecoin kian mengokohkan posisinya dalam sistem keuangan global. Citi memperkirakan kapitalisasi pasar bisa menembus US$4 triliun pada 2030, sementara Tether—pemain terbesar di sektor ini—dilaporkan tengah menggalang dana hingga US$20 miliar dari SoftBank dan ARK, yang bisa membuat valuasinya melonjak ke US$500 miliar.


Fokus Utama:

1. Proyeksi Citi – Kapitalisasi pasar stablecoin diprediksi mencapai US$1,9 triliun (base case) hingga US$4 triliun (bull case) pada 2030.
2. Momentum Tether – Raksasa stablecoin ini tengah menarik minat investor global dan bisa menjadi perusahaan swasta paling bernilai di dunia.
3. Perubahan Lanskap Keuangan – Regulasi baru di AS, minat negara lain meluncurkan stablecoin, serta dominasi Tether mempercepat transformasi sistem pembayaran global.


Stablecoin memasuki era baru. Citi memproyeksikan pasar tembus US$4 triliun pada 2030, sementara Tether mengincar valuasi US$500 miliar lewat pendanaan SoftBank dan ARK. Regulasi dan strategi ekspansi menjadikan stablecoin pilar penting keuangan global.


Pasar stablecoin memasuki babak baru. Bank investasi global Citi dalam laporannya memproyeksikan kapitalisasi pasar stablecoin akan menembus US$1,9 triliun pada 2030 untuk skenario moderat, dan bahkan bisa mencapai US$4 triliun pada skenario optimistis. Angka ini melonjak dari proyeksi sebelumnya di kisaran US$1,6 triliun hingga US$3,7 triliun.

Lonjakan tersebut didorong pertumbuhan pesat stablecoin sepanjang 2025, dengan kapitalisasi pasar sudah menembus US$287 miliar pada September menurut data RWA.XYZ. Angka itu menjadikan stablecoin sebagai salah satu instrumen kripto paling stabil sekaligus strategis.

Citi: Stablecoin Bukan Ancaman, Tapi Transformasi

Dalam laporan Global Insights: Stablecoins 2030, analis Citi menegaskan bahwa stablecoin tidak akan “menghancurkan” sistem perbankan, melainkan memperbaruinya.

“Para skeptis sekali lagi mengatakan bank akan tergeser, tetapi kami tidak percaya kripto akan membakar sistem yang ada. Sebaliknya, ini membantu kita membayangkannya kembali,” tulis Citi.

Studi Citi juga menyoroti bahwa transaksi stablecoin kini sudah melampaui US$18 triliun per tahun, melampaui volume settlement jaringan pembayaran tradisional seperti Visa dan Mastercard (Delphi Digital, 2025).

Tether Jadi Magnet Investor Global

Di sisi lain, Tether—penerbit stablecoin terbesar dengan kapitalisasi pasar US$173,6 miliar—tengah menjadi incaran investor kakap. Bloomberg melaporkan, SoftBank Group dan ARK Investment Management sedang menjajaki investasi gabungan hingga US$20 miliar ke Tether. Jika terealisasi, valuasi perusahaan ini bisa meroket ke US$500 miliar, setara dengan valuasi OpenAI.

CEO Tether Paolo Ardoino mengonfirmasi adanya pembicaraan pendanaan dengan sejumlah investor besar, meski belum menyebut nama. Ia juga memberi sinyal Tether akan berekspansi ke sektor energi, komoditas, dan media.

Tether sendiri mencatat laba bersih US$4,9 miliar pada kuartal II-2025, melonjak 277% dibanding tahun lalu, berkat keuntungan besar dari portofolio surat utang AS jangka pendek dan cadangan Bitcoin lebih dari 100.000 BTC.

Regulasi Jadi Penentu

Keberhasilan stablecoin tidak lepas dari dorongan regulasi. Di AS, GENIUS Act (Guiding and Establishing National Innovation for US Stablecoins) yang disahkan tahun ini memberi kepastian hukum bagi penerbit stablecoin.

Tak mau ketinggalan, negara lain mulai melirik. China, yang dulu keras menolak kripto, kini mempertimbangkan meluncurkan stablecoin berbasis yuan untuk perdagangan internasional. Perusahaan fintech AnchorX bahkan sudah memperkenalkan stablecoin offshore yuan pertama pada September lalu.

Dengan tren ini, stablecoin tak lagi sekadar alat tukar di dunia kripto, melainkan pilar baru dalam sistem keuangan global. Pemerintah, bank sentral, hingga investor besar kini sama-sama berlomba mengambil posisi.

Namun, lonjakan valuasi juga menimbulkan pertanyaan: apakah stablecoin akan benar-benar menjaga stabilitas, atau justru menghadirkan risiko sistemik baru jika pengawasannya longgar?


Digionary:

● AnchorX – Perusahaan fintech yang meluncurkan stablecoin offshore berbasis yuan.
● ARK Investment Management – Perusahaan manajer investasi global yang dikenal agresif di sektor teknologi.
● Bitcoin (BTC) – Aset kripto pertama dan terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar.
● Bloomberg – Media keuangan internasional yang menjadi sumber laporan pendanaan Tether.
● Citi – Bank investasi global asal AS, penerbit laporan proyeksi pasar stablecoin.
● GENIUS Act – Undang-undang AS yang mengatur kerangka regulasi stablecoin.
● OpenAI – Perusahaan AI pengembang ChatGPT, dengan valuasi yang dibandingkan dengan Tether.
● Paolo Ardoino – CEO Tether.
● RWA.XYZ – Platform yang menyediakan data pasar stablecoin dan aset dunia nyata.
● SoftBank Group – Konglomerat investasi asal Jepang, calon investor Tether.
● Stablecoin – Aset kripto yang nilainya dipatok pada mata uang fiat atau aset stabil lain.
● Tether (USDT) – Stablecoin berbasis dolar AS terbesar di dunia.
● US Treasury Bills (T-Bills) – Surat utang jangka pendek pemerintah AS yang menjadi instrumen utama cadangan Tether.
● Visa & Mastercard – Jaringan pembayaran global tradisional yang kini kalah volume settlement dari stablecoin.
● Yield – Imbal hasil dari instrumen keuangan seperti obligasi atau T-bills.

#Stablecoin #Citi #Tether #SoftBank #ARKInvest #USDT #CryptoNews #Blockchain #Bitcoin #CryptoFinance #Fintech #DigitalCurrency #GeniusAct #YuanStablecoin #AnchorX #CryptoInvestment #BankingInnovation #GlobalFinance #CryptoRegulation #FinancialMarkets

Comments are closed.