Era digitalisasi dan AI mempercepat pertumbuhan teknologi, tetapi juga memunculkan kompleksitas IT yang bisa menekan inovasi. CIO kini dituntut tidak sekadar mengelola sistem, tetapi juga menyatukan ekosistem cloud, mengendalikan risiko keamanan, hingga meredam shadow IT. Dengan strategi tepat, mulai dari standarisasi hingga penguatan budaya organisasi, perusahaan bisa memangkas kerumitan tanpa mengorbankan kecepatan inovasi.
Fokus Utama:
1. Cloud dan akuisisi perusahaan memperbesar kompleksitas IT: sistem makin terfragmentasi, biaya melonjak, risiko keamanan meningkat.
2. Keterampilan dan budaya organisasi menjadi kunci: tanpa perubahan mindset, investasi teknologi tak akan maksimal.
3. Strategi CIO untuk mereduksi kompleksitas: standarisasi, otomatisasi cerdas, penguatan tata kelola cloud, serta menjadikan IT mitra strategis bisnis.
Kompleksitas IT kian menekan inovasi di era cloud, AI, dan akuisisi perusahaan. Simak strategi CIO mengurangi kerumitan teknologi dengan standarisasi, otomatisasi, dan transformasi budaya organisasi.
Kompleksitas IT semakin menjadi momok bagi perusahaan di era percepatan digital. Cloud, keamanan siber, dan akuisisi korporasi memang membuka peluang besar, tetapi juga menciptakan lapisan kerumitan baru yang tidak bisa dihindari. Di sinilah Chief Information Officer (CIO) memainkan peran strategis, bukan hanya sebagai pengelola sistem, melainkan juga arsitek perubahan organisasi.
“Selama 20 tahun terakhir, kehadiran cloud benar-benar mengubah lanskap teknologi bisnis,” ujar Daniele Massara, Head of Information Systems di perusahaan utilitas Contarina. “Dulu kami mengelola sistem IT terpusat dengan infrastruktur milik sendiri. Kini kami menghadapi ekosistem multi-cloud yang terus berkembang, pembaruan sistem tanpa henti, dan ancaman keamanan baru.”
Kompleksitas yang Menghambat Inovasi
Cloud memang menawarkan efisiensi, tetapi juga memperbanyak vendor, API, dan integrasi yang harus dipantau. Hasilnya: tata kelola lebih rumit dan kebutuhan SDM dengan keahlian lebih tinggi. Ditambah lagi dengan fenomena shadow IT, di mana divisi bisnis diam-diam membeli layanan cloud sendiri tanpa koordinasi dengan IT.
“Shadow IT hanya bisa dilawan dengan pemetaan aset digital yang tepat dan pembentukan budaya perusahaan yang sehat,” lanjut Massara. “Pada akhirnya, kalau ada masalah, tim IT juga yang harus menanggung konsekuensinya.”
Barbara Martini, CIO BFM Consulting, menegaskan bahwa kerumitan ini bisa menghambat inovasi jika tak dikelola secara strategis. Riset McKinsey 2024 menunjukkan 60% perusahaan global mengalami keterlambatan implementasi inovasi karena “kebingungan” tata kelola IT.
Akuisisi Korporasi: Menyatukan Sistem yang Berbeda
Akuisisi bisnis menambah tantangan lain. Setiap perusahaan baru membawa sistem IT sendiri. “Kami memiliki berbagai aplikasi dengan kontrak terpisah: konsultan, analis, hingga vendor jaringan. Ini jelas memicu inefisiensi dan biaya yang membengkak,” kata Igor Dimitri, IT Manager UPS Italia.
Solusinya, kata Dimitri, dimulai dari memahami seluruh sistem yang ada. “Lalu pisahkan sistem yang benar-benar krusial untuk bisnis dan yang tidak. Dari sana kita bisa merencanakan simplifikasi,” ujarnya.
Namun, proses harmonisasi ini tidak bisa instan. “Kontinuitas operasional adalah prioritas nomor satu. Kami tak bisa menghentikan bisnis hanya untuk migrasi sistem,” tegas Dimitri.
Strategi Mengurangi Kompleksitas
Bagaimana perusahaan bisa keluar dari jebakan kerumitan? Martini menyebut tiga langkah kunci: standarisasi, otomatisasi, dan tata kelola cloud.
1. Standarisasi dan rasionalisasi – menghapus tumpang tindih sistem dan mengonsolidasikan alat yang digunakan.
2. Otomatisasi cerdas – terutama untuk pekerjaan repetitif yang tidak bernilai tambah. Orang tidak antusias mengerjakan tugas monoton. AI bisa membuat mereka lebih bahagia.
3. Penguatan tata kelola cloud dan hybrid – dengan alat yang mampu mengendalikan dan memantau seluruh lingkungan multi-cloud.
Selain itu, Martini menekankan pentingnya menjadikan IT sebagai mitra strategis bisnis, bukan sekadar fungsi pendukung. “Saat saya bergabung di BFM, saya memperkenalkan diri bukan sebagai pakar IT, melainkan sebagai mitra yang membantu menyelesaikan masalah,” katanya.
Budaya dan Metodologi Jadi Penentu
Riset PwC 2025 menyebut 72% transformasi digital gagal bukan karena teknologi, tetapi karena resistensi budaya organisasi. Oleh karena itu, Massara menekankan pentingnya perubahan mentalitas hingga level direksi. “Metodologi dan budaya adalah kata kunci dalam mengelola kompleksitas,” tegasnya.
CIO kini tidak hanya dituntut melek teknologi, tetapi juga mampu membangun kolaborasi lintas departemen, merancang project management office (PMO) yang kuat, hingga menggandeng konsultan eksternal untuk perspektif segar.
Mengurangi kompleksitas IT memang mahal, namun menunda akan lebih berisiko. Pada akhirnya, peran CIO adalah menjaga keseimbangan: menyederhanakan kerumitan tanpa menghambat laju inovasi. ■
Digionary:
● AI (Artificial Intelligence): kecerdasan buatan yang meniru kemampuan manusia untuk memproses data dan mengambil keputusan.
● API (Application Programming Interface): antarmuka yang memungkinkan aplikasi berbeda saling berkomunikasi.
● Change Management: pendekatan terstruktur dalam mengelola perubahan organisasi atau sistem.
● Cloud: layanan penyimpanan dan komputasi berbasis internet yang menggantikan infrastruktur IT tradisional.
● CIO (Chief Information Officer): eksekutif yang bertanggung jawab atas strategi dan tata kelola teknologi di perusahaan.
● Cybersecurity: praktik melindungi sistem, jaringan, dan data dari ancaman digital.
● DevOps: metodologi yang menggabungkan pengembangan perangkat lunak (development) dan operasional (operations).
● Governance: tata kelola yang memastikan sistem IT dikelola sesuai aturan, kebijakan, dan standar.
● Hybrid Cloud: kombinasi layanan cloud publik dan cloud privat.
● ITIL (Information Technology Infrastructure Library): kerangka kerja standar internasional untuk pengelolaan layanan IT.
● KPI (Key Performance Indicator): ukuran kinerja utama untuk menilai efektivitas suatu kegiatan.
● M&A (Mergers and Acquisitions): aktivitas penggabungan atau akuisisi perusahaan.
● Multi-cloud: penggunaan beberapa penyedia layanan cloud sekaligus dalam satu perusahaan.
● PMO (Project Management Office): unit khusus yang mengelola portofolio proyek dalam organisasi.
● Shadow IT: penggunaan teknologi atau layanan IT oleh divisi non-IT tanpa persetujuan resmi.
● Standardisasi: proses penyamaan sistem, prosedur, atau perangkat untuk mengurangi variasi.
● Transformation Digital: perubahan fundamental bisnis melalui penerapan teknologi digital.
#DigitalTransformation #CIO #CloudComputing #Cybersecurity #ShadowIT #ArtificialIntelligence #BusinessStrategy #TechLeadership #Innovation #ITGovernance #HybridCloud #ProjectManagement #DigitalCulture #ChangeManagement #ITStrategy #Automation #Fintech #ITSimplification #EnterpriseTechnology #FutureOfWork
