Ini update terbaru program Climate Solutions Partnership kolaborasi HSBC, WRI dan WWF

- 1 Maret 2024 - 08:04

PT Bank HSBC Indonesia (“HSBC Indonesia”) bersama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan WWF Indonesia menyampaikan perkembangan terkini terkait program Climate Solutions Partnership (“CSP”) di Indonesia. Inisiatif ini merupakan program komprehensif dari Grup HSBC berdurasi lima tahun dan diluncurkan sejak 2021.

Tujuannya untuk mempercepat pengadopsian energi terbarukan dan memobilisasi investasi sektor swasta, serta mendukung transisi ke energi bersih di Indonesia, dengan fokus kepada sektor komersial dan industri.

Memasuki tahun ke-tiga jalannya program, ketiga pihak bersama-sama menyampaikan pencapaian
program CSP dalam acara temu media bertajuk “The Climate Solutions Partnership (CSP): Scaling Climate Solutions by Combining Financial Strength and Expertise in Sustainability.”

Acara ini menghadirkan pembicara dari dari HSBC Indonesia yakni, Francois de Maricourt (Presiden Direktur HSBC Indonesia) dan Nuni Sutyoko (Head of Corporate Sustainability. Sementara itu WRI), Clorinda Wibowo (Senior Manager of Energy and Sustainable Business) dan Dewi Lestari Yani Rizki (Chief Conservation Officer at WWF Indonesia).

Dalam sambutannya, Francois mengatakan bahwa perkembangan yang dicapai program CSP merupakan langkah penting dalam perjalanan mendukung sektor industri dan komersial bertransisi ke energi terbarukan.

“Berbagai pelajaran yang kami peroleh sejauh ini, akan menjadi bahan rekomendasi terhadap berbagai kebijakan dan insentif yang diperlukan untuk mengkomersialisasi energi terbarukan dalam skala besar di Indonesia. Program CSP hadir untuk menggabungkan pengetahuan, wawasan dan jaringan global yang dimiliki masing-masing mitra kami untuk mendukung transisi Indonesia menuju nol bersih,”
tambahnya.

Mengakselerasi transisi energi melalui suatu ekosistem yang terdiri dari institusi keuangan,
lembaga ahli, dan advokat kebijakan kebutuhan akan sumber energi yang hijau baik dalam level global maupun nasional semakin masif. Dalam level global, terdapat sebuah inisiatif berjudul RE100 yang merupakan komitmen dari 400 perusahaan, di mana 96 di antaranya berasal dari Indonesia, untuk mencapai 100% listrik terbarukan di daerah operasionalnya.

Merespon permintaan yang tinggi akan listrik hijau tersebut, Program CSP mendukung perusahaan utilitas terkemuka di Indonesia dalam mengembangkan produk kelistrikan hijau yang disebut dengan Green Energy as A Service (GEAS) sejak tahun 2023.

Clorinda Wibowo, Senior Manager of Energy and Sustainable Business WRI Indonesia, mengatakan “Program CSP mendorong kolaborasi antar industri, rantai pasoknya, hingga para pembuat kebijakan untuk dapat sama-sama mengakselerasi transisi energi. Selain GEAS, misalnya, kami juga mengupayakan percepatan penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan yakni limbah biomassa.”

Bekerja sama dengan salah satu mitra rantai pasok dari salah satu produsen pakaian ternama, Program CSP telah berhasil melakukan uji pilot konversi boiler dari bahan bakar batu bara ke limbah biomassa. Meski demikian, penggunaan limbah biomassa masih membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

“Menyadari hal tersebut, kami turut memberikan masukan ke kebijakan terkait dan berkolaborasi dengan Direktorat Bioenergi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta menganalisa panduan penggunaan biomassa untuk industri yang berisikan aspek teknis, analisa ketersediaan bahan baku, dan opsi finansial serta investasi untuk penggunaan alternatif tenaga panas (heat) seperti biomassa berkelanjutan.”

Program CSP juga melihat adanya kesempatan besar untuk mempercepat transisi energi yang
berkeadilan melalui efisiensi energi. Meski dipandang sebagai suatu hal yang mudah dilakukan, nyatanya masih banyak pihak menganggap efisiensi energi tidak memberikan imbal hasil yang setimpal dengan upaya dan biaya yang dikeluarkan. Padahal, sebagai contoh, sektor perhotelan dan ritel sangat bisa menggunakan cara efisiensi energi guna mendukung pencapaian target nol bersih mereka. Seiring dengan pertumbuhan di sektor tersebut, tentunya kebutuhan energi juga semakin bertumbuh.

“Yang perlu kita lakukan adalah mengelola konsumsi energi tersebut supaya dapat menekan angka konsumsi energi. Inilah yang dilakukan program CSP kepada kedua sektor tersebut dengan tujuan pengurangan emisi gas rumah
kaca melalui efisiensi energi sebagai solusi utama,” tambah Francois.

Berbicara dalam forum yang sama, Dewi Rizki dari Yayasan WWF Indonesia, menekankan bahwa mencapai nol bersih harus dilakukan secara paralel dengan upaya menjaga kelestarian lingkungan.

“Elemen keragaman hayati tidak bisa dikesampingkan dalam mencapai nol bersih di indonesia. Sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan alam melimpah, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk menjaga dan memperjuangkan kondisi alam yang ada sambil mengakselerasi transisi energi yang berkeadilan.,” ujarnya.

Indonesia seperti menghadapi dilema ketika harus memastikan terlaksananya pembangunan proyek energi terbarukan tanpa mengganggu keanekaragaman hayati di suatu area – dimana dalam banyak situasi, keduanya saling bersinggungan. Oleh karenanya keduanya harus dapat diatasi secara berimbang antara mempercepat transisi energi terbarukan dengan menjaga keanekaragaman hayati. Apabila risiko ini dapat diatasi dengan baik, maka akan dapat memacu investasi dari sektor swasta yang sampai saat ini masih sangat rendah.

Melihat bahwa percepatan transisi memerlukan pendekatan yang komprehensif, maka dukungan sektor jasa keuangan dalam menyediakan berbagai skema pembiayaan akan membantu sektor industri melangkah ke arah transisi yang diperlukan. Itulah mengapa program CSP menghimpun berbagai pelajaran guna menjadi percontohan bagi rencana transisi para pelaku di dalam industri. ■

Comments are closed.