Portofolio kredit hijau Bank Mandiri tembus Rp253 triliun per September 2023

- 7 Desember 2023 - 20:59

Penyaluran pembiayaan ke sektor hijau PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah mendorong nasabah melakukan transisi bisnis yang ramah lingkungan melalui Berkenaan dengan itu, terdapat sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi.

Per September 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan portofolio kredit berkelanjutan sebesar Rp 253 triliun, atau 25% dari total kredit bank mandiri secara bank only. Lebih rinci, portofolio berkelanjutan itu terdiri dari portofolio sosial sebesar Rp 131 triliun dan portofolio hijau sebesar Rp 122 triliun.

Penyaluran portofolio hijau ini memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai market leader dengan share lebih dari 30%.

Untuk mendorong nasabah melakukan transisi bisnis yang ramah lingkungan, hingga September 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan sustainability linked loan (SLL) sebesar Rp 2,1 triliun untuk industri susu, semen & perkebunan, serta dan pembiayaan transisi sebesar Rp 1,1 triliun untuk pertambangan.

Baca Juga: Bank Mandiri miliki portofolio tertinggi untuk kredit hijau

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengungkap, awareness dari para pelaku usaha yang mengakibatkan adanya permintaan terhadap pembiayaan ke sektor hijau relatif masih terbatas. Hal ini pun mengakibatkan penyaluran atas pembiayaan hijau yang dihimpun tidak seluas seperti di luar negeri.

Eka menyebut, diperlukan adanya peningkatan awareness dari pelaku usaha atas pembiayaan hijau serta peran pemerintah dalam pembentukan skema insentif.

“Ada notion yang menyatakan tentunya apa yang bisa menjadi penyelesaian terhadap lemahnya demand ini, penyelesaian ini tentu saja bisa melalui peningkatan awareness dan adanya skema insentif yang cukup efektif,” ucap Eka dalam Konferensi Pers Mandiri Sustainability Forum 2023, Kamis (07/11).

Eka melihat, sebenarnya saat ini sudah banyak skema skema insentif yang telah dihasilkan, baik oleh regulator pemerintah maupun para pelaku usaha seperti Bank Mandiri. Namun, menurutnya masih perlu dilakukan pendalaman terkait pembiayaan hijau.

“Kalau kita berbicara terkait berkelanjutan, ada aspek sosial ada aspek hijaunya, di Indonesia mungkin akan lebih didominasi oleh aspek sosial nya dibandingkan dengan aspek hijaunya,” ujar Eka.

Selain itu, menurut Eka juga diperlukan inisiatif dan proaktif masing masing institusi dan pemerintah untuk dapat memperluas pendalaman terhadap pembiayaan hijau di Indonesia. ■