Sepekan setelah The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan 25 basis poin, pasar kripto belum menunjukkan penguatan berarti. Harga Bitcoin justru sempat anjlok ke US$111.500, meski sebelumnya sempat menembus US$117.700. Para analis menilai pelemahan ini disebabkan aksi ambil untung investor dan minimnya tambahan likuiditas dolar dari bank sentral AS. Meski begitu, prospek kenaikan Bitcoin masih terbuka, terutama jika penurunan suku bunga berlanjut dan tren adopsi institusional semakin kuat.
Fokus Utama:
- Bitcoin masih volatil pasca-pemangkasan suku bunga The Fed, menunjukkan pasar lebih menunggu realisasi likuiditas ketimbang sekadar kebijakan moneter.
- Potensi kenaikan tetap terbuka, didorong outlook pemangkasan suku bunga lanjutan, akumulasi investor institusional, dan berkembangnya ETF kripto.
- Strategi investasi yang disarankan adalah Dollar Cost Averaging (DCA) karena volatilitas tinggi masih membayangi pasar kripto global.
Ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga The Fed akan menjadi bahan bakar bagi kenaikan aset berisiko, termasuk kripto, tak terbukti pekan ini. Alih-alih melesat, harga Bitcoin justru terjerembab ke US$111.500 setelah sempat menguat ke US$117.700.
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai pasar sudah terlebih dahulu “menghargai” langkah The Fed dengan mengalirkan likuiditas ke aset risk-on jauh sebelum pengumuman resmi. “Ketika keputusan akhirnya keluar, sebagian investor justru melakukan aksi profit taking,” jelas Fahmi.
Bitcoin anjlok ke US$111.500 sepekan setelah The Fed memangkas suku bunga. Apa penyebabnya dan bagaimana prospek kenaikan ke depan?
Kondisi ekonomi AS juga menjadi faktor lain. Pemangkasan bunga kali ini, menurut Fahmi, bukan sekadar dorongan pertumbuhan, tetapi respons atas melemahnya sektor tenaga kerja. “Itu memicu kekhawatiran investor terhadap potensi lonjakan inflasi,” tambahnya.
Likuiditas Jadi Kunci
Data neraca mingguan H.4.1 Federal Reserve mencatat total aset The Fed per 17 September 2025 sebesar US$6,608 triliun. Angka ini jauh lebih rendah dibanding puncak pandemi di kisaran US$9 triliun. Artinya, proses quantitative tightening (QT) masih berlangsung, meski dengan ritme melambat.
“Pasar menyadari bahwa penurunan suku bunga saja belum cukup. Yang menentukan adalah ketersediaan likuiditas dolar secara riil di pasar global,” papar Fahmi.
Potensi Kenaikan Masih Ada
Meski tersendat, peluang kenaikan Bitcoin tetap terbuka. Dot plot hasil rapat FOMC pekan lalu memperkirakan The Fed masih bisa memangkas bunga dua kali lagi hingga akhir 2025. “Jika didukung inflasi yang stabil, sentimen positif bagi pasar kripto akan semakin kuat,” kata Fahmi.
Tren akumulasi institusional dan berkembangnya ETF altcoin juga memperkuat potensi rebound. Namun, ancaman tetap ada: risiko shutdown pemerintah AS, pelemahan pasar tenaga kerja, dan penguatan dolar dapat menekan harga kembali di bawah US$100.000.
Strategi Investor Indonesia
Bagi investor domestik, volatilitas tinggi kripto menuntut strategi yang lebih disiplin. Fahmi menilai pendekatan Dollar Cost Averaging (DCA) lebih bijak dibanding masuk sekaligus dalam jumlah besar.
“Pasar kripto kini tak bisa dipisahkan dari dinamika makro global. Investor perlu memantau bukan hanya harga Bitcoin, tapi juga indikator likuiditas dolar dan arus dana institusional,” ujarnya.
Reku, misalnya, menawarkan fitur Packs yang memungkinkan diversifikasi ke crypto blue chip dan ETF saham AS dengan sistem rebalancing otomatis. Strategi ini diyakini bisa membantu investor menghadapi gejolak pasar dengan lebih tenang.
Digionary
● Altcoin: Semua jenis aset kripto selain Bitcoin.
● Dollar Cost Averaging (DCA): Strategi investasi dengan membeli aset secara rutin dalam jumlah tetap, terlepas dari fluktuasi harga.
● Dot Plot FOMC: Proyeksi suku bunga jangka menengah dan panjang dari anggota The Fed.
● ETF (Exchange Traded Fund): Instrumen investasi berbentuk reksa dana yang diperdagangkan di bursa, termasuk untuk aset kripto.
● FOMC (Federal Open Market Committee): Komite kebijakan moneter The Fed yang menentukan arah suku bunga.
● Likuiditas: Ketersediaan uang tunai atau aset yang mudah dikonversi menjadi uang.
● Profit Taking: Aksi jual aset oleh investor untuk merealisasikan keuntungan.
● Quantitative Tightening (QT): Kebijakan moneter dengan mengurangi jumlah aset di neraca bank sentral guna menyerap likuiditas.
● Shutdown Pemerintah AS: Kondisi ketika pemerintah AS menghentikan sebagian operasi karena anggaran tidak disetujui Kongres.
● SOPR (Spent Output Profit Ratio): Indikator on-chain untuk mengukur tingkat keuntungan/kerugian dari transaksi Bitcoin.
#Bitcoin #TheFed #SukuBunga #Kripto #Ethereum #InvestasiKripto #Blockchain #CryptoMarket #Reku #DollarCostAveraging #DCA #ETFKripto #Altcoin #FOMC #FederalReserve #EkonomiAS #Inflasi #Likuiditas #Investor #CryptoNews
