Sadvertising – Dari Angka ke Hati: Strategi Baru IFG Life Merebut Kepercayaan Generasi Z

- 17 Oktober 2025 - 21:08

IFG Life, bagian dari korporasi BUMN Indonesia Financial Group (IFG), tengah merancang strategi kampanye ambisius di pasar ritel asuransi jiwa-individu. Menyadari kelemahan dalam menjalin koneksi emosional langsung dengan konsumen, IFG ingin mengubah narasi dari “asuransi sebagai proteksi teknis” menjadi “asuransi sebagai kontribusi etis dan harapan masa depan”. Untuk itu, mereka membidik tiga pilar strategis: narasi berbasis tujuan (purpose-driven storytelling), penggunaan emosi yang terkontekskan dengan nilai syariah, serta transparansi edukasi digital. Jika berhasil, langkah ini bisa mempersempit kesenjangan kepercayaan di segmen Generasi Z dan milenial serta memperkuat posisi IFG di panggung nasional asuransi.


Fokus Utama:

  1. Mengalihkan dari narasi proteksi ke narasi aspirasi
    Dalam konteks industri asuransi di Asia, kampanye berbasis storytelling emosional — termasuk “sadvertising” — telah terbukti mampu mengubah persepsi publik. IFG harus mengemas kampanye “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Indonesia oleh IFG” yang menautkan tindakan individu dengan kontribusi sosial dan rasa kebanggaan nasional. Alih-alih mendulang rasa takut terhadap risiko (fear appeal), narasi diarahkan ke optimisme dan tanggung jawab kolektif.
  2. Emosi yang dikontekskan lewat etika dan nilai syariah
    Menurut riset, lebih dari 60% dari Generasi Z di Indonesia menunjukkan minat pada produk asuransi syariah. Strategi IFG perlu menonjolkan prinsip takaful (tolong-menolong) dan transparansi dana sebagai wujud moral dan keadilan. Dalam kampanye, dana premi tidak cukup ditonjolkan sebagai transaksi finansial, tetapi sebagai wujud gotong-royong komunitas.
  3. Transparansi digital dan edukasi terus-menerus
    Platform One by IFG harus menjadi wajah utama transparansi dan edukasi. Informasi produk harus disampaikan secara gamblang dan mudah dipahami, proses klaim terbuka, serta dukungan edukasi seperti “Asuransi 101” dan kalkulator risiko harus diintegrasikan. Pemasaran juga perlu ditopang oleh micro-targeting, penyesuaian dengan psikologi finansial pengguna, terutama di segmen yang baru melihat asuransi sebagai bagian dari rencana hidup jangka panjang.

Memasuki era persaingan digital yang semakin tajam, IFG Life sebagai entitas utama asuransi jiwa-kesehatan milik holding BUMN Indonesia Financial Group (IFG) menghadapi dilema klasik: bagaimana menjembatani keunggulan struktural sebagai BUMN dengan kebutuhan untuk punya kedekatan emosional dengan konsumen ritel? Di pasar korporasi (kumpulan), IFG Life telah mengukuhkan diri sebagai pemain dominan, terutama dalam asuransi kesehatan dan kecelakaan. Namun, di segmen individu (B2C), merek ini masih tertatih membangun pengenalan dan kepercayaan di benak konsumen.

Menurut data internal, IFG Life saat ini mencakup lebih dari 1,2 juta peserta dan telah membayarkan klaim senilai Rp 22,5 triliun secara realtime. Di tengah dinamika industri, IFG Life juga mengambil langkah strategis: akuisisi 70% saham Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, sehingga kepemilikan totalnya menjadi 80%. Langkah ini mengokohkan posisi IFG di simpul kesehatan-asuransi.

Sementara itu, skala industri asuransi jiwa Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan moderat. Sepanjang 2024, pendapatan premi industri tercatat Rp 185,39 triliun, naik 4,3% dari tahun sebelumnya. Namun tekanan di pasar modal mencuat: hingga Maret 2025, hasil investasi industri hanya mencapai Rp 340 miliar, jauh lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu (Rp 12,32 triliun). Fenomena ini memaksa para pelaku industri mengedepankan pendekatan konservatif agar portofolio tetap terjaga.

Di tengah tantangan tersebut, IFG Life memilih langkah berbeda: merancang kampanye aspiratif yang menyentuh, beretika, dan modern — sekaligus menggugah kepercayaan publik.

Dari proteksi ke aspirasi

Di banyak negara Asia, termasuk Thailand, perusahaan asuransi telah mengadopsi pendekatan storytelling berdasar emosi: menggerakkan rasa kepedulian, harapan, dan empati. Contoh: iklan “Unsung Hero” dari Thai Life yang menampilkan kisah keseharian seseorang yang memberi kebaikan tanpa pamrih. IFG Life ingin mereplikasi pendekatan tersebut, tetapi dengan bumbu lokal: menaruh tokoh dalam konteks Indonesia — guru di desa, pelaku UMKM, inovator lokal yang ikut membangun negeri.

Alih-alih menekankan premi atau angka klaim, pesan akan diarahkan ke makna: membeli asuransi berarti berkontribusi dalam proyek nasional, melindungi diri sekaligus ikut menjaga masa depan komunitas.

Etika Syariah sebagai basis emosi yang kredibel

Salah satu tantangan terbesar perusahaan asuransi adalah stigma kurang transparan atau “menyembunyikan biaya-biaya tersembunyi”. Generasi Z, yang tumbuh di era informasi terbuka, menuntut kejujuran. Riset menunjukkan lebih dari 60% Gen Z di Indonesia berminat pada produk asuransi syariah, berangkat dari nilai-nilai keberlanjutan, keadilan, dan etika. Oleh karena itu, IFG perlu memosisikan diri sebagai pemimpin asuransi syariah yang transparan dan terbuka.

Dalam kampanye, alur pencairan dana, pengelolaan dana tabarru, dan pembayaran klaim bukan disajikan sebagai transaksi mekanis, tetapi narasi kolektif: premi Anda hari ini membantu anggota lain, dan kontributor bersama menjaga keseimbangan finansial komunitas.

Tata digital – fondasi kepercayaan

Pilar terakhir adalah platform digital One by IFG. IFG harus menata ulang pengalaman pengguna (UX) agar seluruh perjalanan produk—from pemilihan paket, kalkulasi premi, proses klaim, hingga edukasi — terasa mulus dan transparan. Proposal produk harus sederhana, ilustrasi grafik visual, dan bahasa bukan jargon teknis. Konten edukatif seperti “Asuransi 101”, kamus interaktif, dan kalkulator risiko menjadi senjata untuk membangun literasi yang bermakna.

Tak kalah penting, pemanfaatan performance marketing dengan micro-targeting dapat menyasar kelompok pengguna tertentu (misalnya mahasiswa, pekerja lepas, pasangan muda) dengan narasi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan emosional dan psikologi finansial mereka.


Rekomendasi Pelaksanaan Awal

  • Produksi konten premium: alokasikan anggaran untuk menciptakan video kampanye berkualitas internasional, tema hero seperti “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Indonesia oleh IFG” menjadi flagship content digital.
  • Audit dan penyempurnaan transparansi digital: evaluasi menyeluruh terhadap One by IFG dan jalur pengguna, untuk memastikan semua informasi produk dan proses klaim jelas.
  • Pengukuran metrik emosional: selain metrik konvensional seperti jumlah polis dan pendapatan premi, IFG harus mengukur viralitas, shareability, dan sentimen merek melalui media sosial dan survei persepsi konsumen.

Tantangan & Catatan Kritis

  • Meskipun IFG Life punya keunggulan struktural sebagai bagian BUMN, persepsi publik terhadap BUMN sering diasosiasikan dengan birokrasi dan kaku. Transformasi citra memerlukan konsistensi dan bukti nyata.
  • Di pasar ritel asuransi jiwa, kompetitor seperti Prudential dan AXA Mandiri telah melakukan penetrasi digital lebih awal. IFG harus mengejar kecepatan inovasi agar tidak tertinggal.
  • Tantangan ekonomi makro dan fluktuasi pasar modal bisa menekan hasil investasi — aspek yang sangat penting dalam kelangsungan asuransi jiwa.
  • Keunggulan moral (etika Syariah) hanya akan efektif jika disertai transparansi operasional, audit independen, dan komunikasi terbuka soal biaya dan hasil investasi.

Kesimpulan

IFG Life kini menghadapi persimpangan: tetap berada dalam zona nyaman bisnis grup (kumpulan) atau berani menjangkau ruang emosional pasar ritel. Dengan menyatukan narasi aspiratif, etika syariah, dan transparansi digital, perusahaan punya peluang untuk menggeser persepsi publik — dari penyedia asuransi korporat ke mitra proteksi personal yang relevan di era baru. Jika strategi ini berhasil, IFG tidak hanya akan mempersempit kesenjangan kepercayaan, tapi juga menancapkan posisi sebagai ikon asuransi nasional yang modern dan bermakna.


DIGIONARY

Sadvertising: iklan yang menggunakan pendekatan emosional dan cerita menyentuh sebagai medium persuasi.
Takaful / Tabarru: konsep asuransi syariah di mana risiko ditanggung bersama oleh para peserta melalui dana kolektif.
Purpose-driven storytelling: teknik narasi yang mendasarkan cerita pada nilai-nilai dan tujuan luhur, bukan sekadar fitur produk.
Micro-targeting: strategi pemasaran digital yang menyasar segmen audiens sempit berdasarkan karakteristik psikografis atau perilaku.
Performance marketing: model pemasaran digital di mana pembayaran dilakukan setelah terjadinya tindakan spesifik (misalnya klik, konversi).
UX (User Experience): pengalaman keseluruhan pengguna saat menggunakan suatu platform digital.
Shareability: tingkat kemudahan sebuah konten dibagikan ulang oleh pengguna ke jaringan mereka.
Viralitas: kemampuan suatu konten menyebar secara luas dalam waktu singkat melalui interaksi pengguna.
KPI (Key Performance Indicator): indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan strategi bisnis.
Etika keuangan: prinsip moral dalam pengelolaan uang, transparansi, dan tanggung jawab sosial.

#asuransi #IFGLife #kampanyearsisipatif #narasiemosional #asuransisyariah #transparansidigital #literasikeuangan #bumn #proteksiindividu #storytelling #generasiz #milenial #kepercayaanpublik #inovasiindonesia #fintech #edukasi #platformdigital #branding #kontribusicorporate #masa depan


Comments are closed.