Euforia AI: Antara Investasi Triliunan Dolar dan Bayang-Bayang Gelembung Spekulatif

- 10 Oktober 2025 - 12:45

Dunia teknologi tengah demam AI dengan investasi ratusan miliar dolar untuk chip dan pusat data,namun para analis memperingatkan munculnya gelembung spekulatif terbesar sejak era dotcom. Kesenjangan antara pengeluaran fantastis dan pendapatan yang belum terbukti, ditambah laporan tentang rendahnya produktivitas AI, memicu kekhawatiran akan terjadinya koreksi pasar yang dahsyat.


Fokus Utama:

1. Gelombang investasi triliunan dolar di infrastruktur AI yang belum pernah terjadi sebelumnya.
2. Tanda-tanda peringatan berupa produktivitas yang dipertanyakan dan kesenjangan pendapatan yang masif.
3. Paralel dengan gelembung dotcom dan perdebatan sengit tentang masa depan industri AI.


Investor dan analis khawatir euphoria AI berubah menjadi gelembung terbesar sejak dotcom.Dari investasi triliunan dolar, workslop, hingga kesenjangan pendapatan yang mencengangkan.


Demam Artificial Intelligence (AI) telah berubah menjadi perlombaan senjata finansial. Raksasa teknologi seperti OpenAI, Meta, dan Microsoft tak lagi sekadar berinovasi, mereka membangun infrastruktur dengan skala yang memusingkan—ratusan miliar dolar dikucurkan untuk chip canggih dan pusat data raksasa. Namun, di balik gemerlap inovasi, para analis Wall Street mulai bersuara lirih: apakah ini akan berakhir seperti gelembung dotcom tahun 2000?

“Angka-angka yang dilontarkan begitu ekstrem sehingga sangat, sangat sulit untuk memahaminya,” kata David Einhorn, manajer hedge fund ternama dari Greenlight Capital, dengan nada waspada mengutip dari Bloomberg. “Saya yakin ini bukan nol, tapi ada kemungkinan yang cukup masuk akal bahwa jumlah modal yang sangat besar akan hancur dalam siklus ini.”

Kekhawatiran Einhorn bukan tanpa alasan. Sam Altman, CEO OpenAI, sendiri mengumumkan rencana infrastruktur AI senilai US$500 miliar yang disebut Stargate. Tak mau kalah, Mark Zuckerberg dari Meta berkomitmen menginvestasikan “ratusan miliar” untuk pusat data. Altman bahkan kemudian menyatakan bahwa OpenAI bisa menghabiskan “triliunan” dolar. Untuk membiayai proyek ambisius ini, cara-cara non-tradisional pun ditempuh. Pada September 2025, Nvidia setuju menginvestasikan hingga US$100 miliar ke dalam pembangunan pusat data OpenAI—sebuah langkah yang dianggap beberapa analis sebagai upaya untuk menopang pelanggan terbesarnya.

Namun, pertanyaan besarnya tetap: di mana bukti keuntungannya? Laporan Bain & Company pada September 2025 memprediksi bahwa pada 2030, perusahaan AI membutuhkan US$2 triliun pendapatan tahunan hanya untuk mendanai daya komputasi yang dibutuhkan. Sayangnya, Bain memperkirakan pendapatan aktual mereka akan kekurangan US$800 miliar dari target tersebut.

Kesenjangan Produktivitas dan Misteri ‘Workslop’

Di tengah pengeluaran yang melambung, penelitian terbaru justru mempertanyakan efektivitas AI. Pada Agustus 2025, peneliti MIT menemukan bahwa 95% organisasi tidak melihat return on investment dari inisiatif AI mereka. Tak lama kemudian, peneliti Harvard dan Stanford memberikan penjelasan yang memalukan: munculnya “workslop”—konten kerja yang dihasilkan AI yang menyamar sebagai pekerjaan berkualitas, tetapi tidak memiliki substansi untuk memajukan tugas secara berarti.

“Karya yang dihasilkan AI ini bisa menghabiskan biaya jutaan dolar setahun bagi organisasi besar dalam bentuk produktivitas yang hilang,” tulis para peneliti tersebut, menggambarkan betapa AI justru menjadi beban baru.

Bahkan kemajuan teknologi intinya sendiri mulai dipertanyakan. Setelah berbulan-bulan menggaungkan GPT-5 sebagai lompatan besar, rilis OpenAI pada Agustus 2025 justru mendapat tanggapan yang beragam. Altman sendiri mengakui, “kami masih kehilangan sesuatu yang cukup penting” untuk mencapai Artificial General Intelligence (AGI).

Ekor Dotcom yang Panjang

Bagi yang mengalami era dotcom, cerita ini terasa sangat familiar. Perusahaan-perusahaan berbondong-bondong menghabiskan modal tanpa bukti profitabilitas yang jelas. “Saya pikir ada banyak paralel dengan gelembung internet,” ujar Bret Taylor, Chairman OpenAI dan CEO Sierra, startup AI bernilai US$10 miliar.

Namun, Taylor, seperti banyak pemimpin AI lainnya, tetap optimis. “Adalah benar bahwa AI akan mentransformasi ekonomi, dan saya pikir, seperti Internet, akan menciptakan nilai ekonomi yang besar di masa depan,” katanya. “Tapi saya juga berpikir kita sedang dalam gelembung, dan banyak orang akan kehilangan banyak uang.”

Perbedaannya, perusahaan-perusahaan yang memimpin tren AI ini—seperti Microsoft, Meta, dan Google—adalah raksasa yang sudah mapan dengan aliran pendapatan yang kuat dan tumpukan kas yang besar. Mereka tidak seperti startup dotcom yang hanya mengandalkan traffic web.

Namun, dengan OpenAI bernilai US$500 miliar tanpa pernah mencetak laba, dengan laporan produktivitas yang mengecewakan, dan dengan pengeluaran triliunan dolar yang harus dibayar suatu hari nanti, pertanyaannya tetap sama: kapan musiknya berhenti, dan siapa yang akan dapat kursi ketika itu terjadi?


Digionary:

● Artificial General Intelligence (AGI): Bentuk AI teoritis yang memiliki kemampuan memahami, belajar, dan menerapkan pengetahuan setara atau melebihi kecerdasan manusia.
●Gelembung Spekulatif (Bubble): Siklus ekonomi dimana aset mengalami kenaikan harga pesat ke level yang tidak didukung fundamental, biasanya diikuti kejatuhan tajam.
●Infrastruktur AI: Komponen fisik dan perangkat lunak pendukung AI, seperti pusat data, chip (seperti Nvidia), dan jaringan komputasi.
●Model AI: Algorithm yang dilatih untuk melakukan tugas tertentu berdasarkan data, seperti ChatGPT atau Gemini.
●Workslop: Istilah yang dicetuskan peneliti Harvard-Stanford untuk menggambarkan konten kerja hasil AI yang tampak baik namun tidak memiliki substansi nyata.

#AI #GelembungAI #InvestasiTeknologi #Dotcom #OpenAI #Nvidia #SamAltman #Workslop #ProduktivitasAI #AnalisisPasar #Teknologi #Startup #VentureCapital #EkonomiDigital #Inovasi #RisetAI #PrediksiPasar #TriliunanDolar #AIInfrastructure #Meta

Comments are closed.