OJK resmi menunjuk PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) sebagai induk konglomerasi keuangan Maybank di Indonesia. Status ini mempertegas peran BNII sebagai pusat kendali grup keuangan yang membawahi lini perbankan, sekuritas, manajemen aset, asuransi, hingga multifinance. Keputusan ini datang di tengah kinerja Maybank Indonesia yang melesat dengan lonjakan laba bersih 348,1% pada semester I/2025, ditopang pertumbuhan kredit dan peningkatan pendapatan bunga.
Fokus Utama:
- OJK sahkan Maybank Indonesia sebagai induk konglomerasi keuangan Maybank.
- Struktur konglomerasi mencakup bank, sekuritas, manajemen aset, asuransi, dan multifinance.
- Kinerja BNII melonjak signifikan dengan laba bersih naik 348,1% YoY di semester I/2025.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mengesahkan PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) sebagai induk konglomerasi keuangan Maybank di Indonesia. Keputusan ini tertuang dalam Surat OJK No. SR-37/KS.13/2025 tanggal 24 September 2025, serta Keputusan Dewan Komisioner OJK No. KEP-15/KS.1/2025 yang diterima BNII pada 1 Oktober 2025.
Dengan status baru tersebut, Maybank Indonesia akan memimpin struktur konglomerasi keuangan yang mencakup sejumlah entitas strategis: PT Maybank Sekuritas Indonesia, PT Maybank Asset Management, PT Asuransi Etiqa Internasional Indonesia, PT Maybank Indonesia Finance, dan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.
“Dengan ini disampaikan bahwa OJK telah memberikan persetujuan kepada PT Bank Maybank Indonesia Tbk. sebagai PIKK Operasional atas konglomerasi keuangan Maybank,” tulis manajemen BNII dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia.
Lonjakan Kinerja di Tengah Tantangan
Kabar persetujuan OJK hadir di saat Maybank Indonesia membukukan kinerja impresif. Pada semester I/2025, perseroan mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp576 miliar, melesat 348,1% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp128 miliar.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, menilai lonjakan kinerja itu ditopang oleh strategi fokus pada segmen utama. “Kami telah berada di jalur yang tepat dalam memperkuat segmen utama bank yakni wealth, pembiayaan otomotif, UMKM, dan korporasi lokal skala besar, yang terus menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan di tengah tantangan ekonomi global,” ujarnya.

Kinerja Maybank Indonesia pada paruh pertama 2025 memperlihatkan lompatan signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Grafik menunjukkan laba bersih naik tajam dari Rp128 miliar pada semester I/2024 menjadi Rp576 miliar di 2025, atau tumbuh lebih dari tiga kali lipat.
Namun, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), terlihat adanya penurunan dari sekitar Rp118,5 triliun pada 2024 menjadi Rp114,7 triliun pada 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya deposito berjangka, meski simpanan giro masih tumbuh positif.
Di sisi kredit, Maybank mencatat penurunan tipis dari Rp123 triliun menjadi Rp121,69 triliun, sejalan dengan strategi rebalancing portofolio untuk menjaga kualitas pembiayaan. Strategi ini terbukti efektif, terlihat dari perbaikan kualitas aset dengan NPL gross yang turun dari 2,7% ke 2,4% dan NPL net dari 1,7% ke 1,5%.
Secara keseluruhan, data visual memperlihatkan bahwa meski ekspansi kredit dan penghimpunan dana masih tertekan, fokus manajemen pada profitabilitas dan kualitas aset berhasil mendongkrak kinerja perseroan secara signifikan.
Pendapatan bunga bersih meningkat tipis 1,7% menjadi Rp3,57 triliun, sementara pendapatan nonbunga naik 19% menjadi Rp975 miliar. Dorongan terbesar datang dari bisnis global market yang fee-nya melonjak tiga kali lipat hingga Rp178 miliar.
Konglomerasi Keuangan dan Lanskap Industri
Penunjukan BNII sebagai induk konglomerasi keuangan memperkuat peta konglomerasi keuangan di Indonesia, yang sebelumnya telah diisi nama besar seperti Bank Mandiri, BCA, dan BRI. Menurut data OJK, per Juni 2025 terdapat 50 konglomerasi keuangan di Indonesia, menguasai lebih dari 75% aset industri keuangan nasional.
Dalam lanskap regional, posisi Maybank Indonesia sebagai induk konglomerasi diharapkan meningkatkan daya saing grup Maybank terhadap bank-bank besar Asia Tenggara. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu pasar kunci Maybank setelah Malaysia.
Langkah ini juga sejalan dengan upaya regulator memperketat tata kelola konglomerasi keuangan agar lebih transparan dan kuat dalam mitigasi risiko. Dengan BNII sebagai pusat kendali, koordinasi antar-unit bisnis Maybank diyakini akan lebih terarah dan solid.
Digionary
● Konglomerasi Keuangan: Struktur perusahaan yang terdiri dari beberapa entitas jasa keuangan di bawah satu induk.
● PIKK (Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan): Entitas utama yang ditunjuk OJK untuk memimpin dan mengendalikan grup konglomerasi keuangan.
● NPL (Non-Performing Loan): Kredit bermasalah yang tidak lancar dibayar nasabah.
● DPK (Dana Pihak Ketiga): Dana masyarakat yang dihimpun bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
● Rebalancing Portofolio: Penyesuaian komposisi kredit atau investasi untuk mengurangi risiko.
● Global Market (GM): Unit bisnis bank yang bergerak di perdagangan valuta asing, obligasi, dan instrumen keuangan internasional.
● Wealth Management: Layanan pengelolaan keuangan nasabah menengah ke atas.
#MaybankIndonesia #BNII #OJK #KonglomerasiKeuangan #BankIndonesia #MaybankGroup #PerbankanIndonesia #IndustriKeuangan #FinanceNews #EkonomiIndonesia #LabaBank #UMKM #WealthManagement #AsuransiIndonesia #Sekuritas #ManajemenAset #PembiayaanOtomotif #DPK #NPL #InvestasiIndonesia
