Zhipu AI: Kecerdasan Buatan Super Tak Akan Sepenuhnya Lampaui Manusia pada 2030

- 3 Oktober 2025 - 15:08

CEO Zhipu AI, Zhang Peng, meragukan prediksi yang menyebut kecerdasan buatan super (artificial superintelligence/ASI) akan terwujud penuh pada 2030. Menurutnya, AI memang bisa melampaui manusia dalam aspek tertentu, namun masih jauh dari menyamai kecerdasan manusia secara keseluruhan. Pandangan ini menantang prediksi ambisius dari tokoh seperti Sam Altman dan Masayoshi Son yang memperkirakan ASI hadir sebelum 2035.


Fokus Utama:

  1. Prediksi Berbeda – OpenAI dan SoftBank memprediksi ASI penuh bisa tercapai antara 2030–2035, namun Zhipu AI menilai itu masih terlalu dini.
  2. Strategi Zhipu AI – Meluncurkan model bahasa terbaru GLM-4.6, startup ini fokus melayani pasar enterprise dan pengembang, sembari merambah ekspansi global.
  3. Tantangan Pasar – Konsumen di China masih enggan membayar layanan AI, berbeda dengan tren di AS, meski penurunan harga dan meningkatnya pemahaman bisa mengubah situasi dalam beberapa tahun ke depan.

CEO Zhipu AI, Zhang Peng, meragukan kecerdasan buatan super (ASI) bisa sepenuhnya tercapai pada 2030. Menurutnya, AI hanya mungkin melampaui manusia di aspek tertentu, berbeda dengan prediksi OpenAI dan SoftBank.


Perdebatan soal kapan kecerdasan buatan super (artificial superintelligence/ASI) benar-benar hadir kian panas. Namun, Zhipu AI, salah satu startup AI terkemuka di China, menilai ambisi itu masih terlalu jauh.

“Menurut saya, mencapai atau melampaui level kecerdasan manusia pada 2030 mungkin hanya berarti unggul dalam satu atau beberapa aspek. Tapi dalam banyak hal lain, AI kemungkinan masih jauh tertinggal,” ujar Zhang Peng, CEO Zhipu AI, saat meluncurkan model bahasa terbaru perusahaannya, GLM-4.6.

Pandangan Zhang ini bertolak belakang dengan prediksi CEO OpenAI, Sam Altman, yang pekan lalu menyebut ASI bisa hadir sebelum dekade ini berakhir. Masayoshi Son, bos SoftBank, bahkan lebih optimistis, dengan menyebut kecerdasan buatan super bisa ada pada 2035.

Zhipu AI, lahir pada 2019 sebagai spin-off dari Universitas Tsinghua, kini jadi salah satu pemain kunci dalam peta AI global. Startup ini sudah mengajukan dokumen IPO di bursa China pada April lalu. OpenAI sendiri sempat menyebut Zhipu AI sebagai salah satu pesaing paling cepat berkembang, sekaligus bagian dari strategi Beijing mendorong ekspansi AI buatan China ke luar negeri.

Meski ekspansi internasional mulai terlihat, Zhang menegaskan perusahaannya tak langsung menantang AS dalam pasar konsumen. Fokusnya kini lebih pada layanan enterprise, termasuk meluncurkan paket berlangganan coding bagi para pengembang. “Kami merasa tersanjung disebut rival oleh OpenAI, tapi ekspansi global ini bagian dari bisnis normal,” katanya.

Tantangan terbesar justru ada di dalam negeri. Tidak seperti di AS, konsumen China masih enggan membayar layanan AI. Namun Zhang optimistis tren itu akan berubah dalam beberapa tahun ke depan seiring meningkatnya pemahaman publik terhadap nilai AI dan biaya teknologi yang semakin murah.

Model terbaru mereka, GLM-4.6, hadir dengan kemampuan lebih maju dalam pemrograman, penalaran, penulisan, hingga aplikasi agen AI, menggantikan versi GLM-4.5 yang dirilis pada Juli lalu.

Seiring rivalitas AS–China di bidang AI yang makin tajam, pernyataan Zhang memberi perspektif penting: teknologi ini memang berkembang cepat, namun klaim tentang “superintelligence” penuh masih lebih dekat ke ranah ambisi ketimbang realitas jangka pendek.


Digionary:

● AI (Artificial Intelligence) – Kecerdasan buatan; teknologi komputer yang dirancang untuk meniru kemampuan berpikir manusia.
● ASI (Artificial Superintelligence) – Tingkat kecerdasan buatan yang jauh melampaui kecerdasan manusia di semua bidang.
● Enterprise Clients – Klien perusahaan besar yang menggunakan layanan atau solusi teknologi untuk bisnis mereka.
● GLM (General Language Model) – Model bahasa besar buatan Zhipu AI yang dikembangkan untuk pemahaman dan generasi bahasa alami.
● IPO (Initial Public Offering) – Penawaran saham perdana; proses perusahaan menjual sahamnya untuk pertama kali di pasar publik.
● Large Language Model (LLM) – Model kecerdasan buatan berbasis teks dengan miliaran

Comments are closed.