Penjualan Mobil dan Motor Anjlok, Strategi Adira Finance Berubah Haluan

- 1 Oktober 2025 - 11:21
adira finance

Lesunya penjualan mobil dan motor membuat PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) merevisi target pembiayaan baru 2025. Hingga Agustus, penjualan mobil anjlok 19% secara wholesales dan 13,4% ritel. Dengan 70% bisnis masih bergantung pada pembiayaan otomotif, Adira Finance ikut terkena imbas. Perseroan kini menyesuaikan target pertumbuhan di bawah proyeksi industri multifinance yang hanya 6%–8% tahun ini.


Fokus Utama:

  1. Revisi Target – Adira Finance memangkas proyeksi pembiayaan baru karena dominasi portofolio otomotif yang terpukul penjualan mobil dan motor.
  2. Industri Multifinance Melambat – APPI menurunkan proyeksi pertumbuhan industri pembiayaan 2025 menjadi hanya 6%–8%, lebih rendah dari outlook awal 8%–10%.
  3. Komposisi Bisnis Adira – Hingga Agustus 2025, pembiayaan motor mendominasi 40%, mobil 32%, dan non-otomotif 28% atau Rp 6,3 triliun, terutama dari kredit multiguna.

Lesunya pasar otomotif nasional memaksa PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) menyesuaikan arah bisnis tahun ini. Dengan portofolio yang 70% masih ditopang pembiayaan kendaraan bermotor, perseroan merevisi target pembiayaan baru 2025 ke level yang lebih konservatif.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil pada Agustus 2025 turun tajam. Dari sisi wholesales, distribusi ke dealer anjlok 19% menjadi 61.780 unit. Penjualan ritel, yang lebih mencerminkan permintaan konsumen, terkoreksi 13,4% menjadi 66.478 unit. Angka ini mempertegas tren pelemahan sepanjang tahun, di tengah daya beli yang tertekan dan pembiayaan yang makin ketat.

“Kami sudah melakukan revisi target, karena memang situasi otomotif saat ini kurang mendukung. Sampai akhir tahun, kami akan berusaha mengejar target revisi tersebut,” ujar Direktur Utama Adira Finance, Dewa Made Susila, usai seremoni merger efektif Adira Finance dan Mandala Finance di Bekasi, Rabu (1/10/2025).

Tekanan Berlapis

Made mengakui, penurunan penjualan mobil yang mencapai dua digit dan stagnasi pasar motor memberikan pukulan langsung. “Ini risiko bagi perusahaan dengan skala besar. Kalau industri otomotif turun, kami pun ikut terdampak. Karena 70% bisnis kita otomotif,” ungkapnya.

Bagi Adira Finance, revisi ini bukan sekadar langkah taktis, melainkan konsekuensi dari lanskap industri yang berubah. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pun menurunkan outlook pertumbuhan multifinance tahun ini dari 8%–10% menjadi hanya 6%–8%. “Mungkin revisi kami di bawah itu,” tambah Made.

Kinerja Hingga Agustus

Hingga delapan bulan pertama 2025, Adira Finance menyalurkan pembiayaan baru senilai Rp 23 triliun. Dari jumlah tersebut, motor menyumbang porsi terbesar, 40% atau Rp 9,4 triliun. Mobil menyusul 32% atau Rp 7,2 triliun. Sementara segmen non-otomotif memberi kontribusi 28% atau Rp 6,3 triliun, terutama dari pinjaman multiguna (multi purpose loan/MPL).


Adira Finance revisi target pembiayaan 2025 akibat penjualan mobil dan motor yang anjlok. Dengan 70% portofolio masih otomotif, perusahaan kini mengandalkan diversifikasi dan sinergi merger dengan Mandala Finance untuk menjaga pertumbuhan.


Sebagai perbandingan, sepanjang 2024 Adira Finance mencatat penyaluran pembiayaan baru Rp 36,6 triliun. Tahun ini, perusahaan sempat menargetkan kenaikan 6%–7%. Namun dengan tren pasar terkini, target itu dipastikan tak lagi realistis.

Merger dan Diversifikasi

Meski dihadapkan pada tantangan jangka pendek, manajemen Adira tetap menaruh harapan pada sinergi pascamerger dengan Mandala Finance. Integrasi ini ditarget rampung dalam satu tahun, dengan fokus pada migrasi digital dan perluasan segmen non-otomotif.

“Penggabungan ini memberi kami peluang memperkuat bisnis di luar otomotif. Pasar multiguna masih memiliki ruang pertumbuhan, terutama untuk pembiayaan kebutuhan rumah tangga dan UMKM,” kata Made.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, per Agustus 2025, total piutang pembiayaan industri multifinance mencapai Rp 540 triliun, naik 7,1% year-on-year. Namun, pertumbuhan segmen otomotif hanya 4,2%, jauh tertinggal dari pembiayaan multiguna yang tumbuh 11%. Tren ini menegaskan urgensi diversifikasi portofolio, terutama bagi pemain besar seperti Adira.


Digionary

● APPI (Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia): Organisasi yang menaungi perusahaan pembiayaan (multifinance) di Indonesia.
● Gaikindo: Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, asosiasi resmi produsen otomotif.
● Merger: Penggabungan dua perusahaan menjadi satu entitas hukum.
● Multifinance: Perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen, biasanya untuk kendaraan, properti, dan multiguna.
● Multi Purpose Loan (MPL): Kredit multiguna yang dapat dipakai untuk berbagai kebutuhan, mulai dari konsumsi hingga modal usaha.
● OJK (Otoritas Jasa Keuangan): Lembaga pengawas sektor jasa keuangan di Indonesia.
● Pembiayaan Non-Otomotif: Produk kredit yang tidak terkait kendaraan, misalnya multiguna, properti, atau pembiayaan modal kerja.
● Portofolio: Komposisi atau kumpulan aset/produk dalam bisnis perusahaan.
● Revisi Target: Penyesuaian sasaran kinerja akibat perubahan kondisi pasar.
● Wholesales: Penjualan mobil dari produsen ke dealer, berbeda dengan ritel yang langsung ke konsumen.

#AdiraFinance #Otomotif #Pembiayaan #IndustriKeuangan #Multifinance #APPI #Gaikindo #OJK #PasarMobil #PasarMotor #EkonomiIndonesia #KreditMultiguna #UMKM #Investasi #PertumbuhanEkonomi #KreditKonsumsi #DigitalisasiKeuangan #MandalaFinance #Merger #Bisnis

Comments are closed.