Sovereign wealth fund Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA), resmi memperoleh dukungan pembiayaan sebesar CAD$825 juta atau sekitar Rp9,93 triliun dari Export Development Canada (EDC). Alokasi dana jumbo ini ditujukan untuk proyek strategis di sektor energi hijau, infrastruktur, teknologi bersih hingga agrifood, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai magnet investasi global.
Fokus Utama:
- Pendanaan Rp9,93 Triliun dari Kanada – INA mendapat suntikan dana signifikan dari EDC untuk proyek strategis.
- Diversifikasi Sumber Modal Asing – Kehadiran Kanada memperluas basis FDI Indonesia yang selama ini didominasi Singapura, China, dan Hong Kong.
- Momentum Transformasi Ekonomi – Dana segar ini sejalan dengan agenda INA memperkuat sektor energi hijau, digital, dan infrastruktur nasional.
Indonesia kembali mencatat babak penting dalam upaya menarik modal global. Indonesia Investment Authority (INA) berhasil menggandeng Export Development Canada (EDC) untuk menyepakati pembiayaan sebesar CAD$825 juta atau setara Rp9,93 triliun
Nota kesepahaman diteken di Ottawa pada pekan ini, menandai eratnya kemitraan ekonomi bilateral. Investasi akan menyasar sektor prioritas: energi terbarukan, teknologi bersih, agrifood, hingga infrastruktur — bidang yang strategis baik untuk Kanada maupun Indonesia.
“Indonesia adalah salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Indo-Pasifik dan menjadi tujuan utama investasi bagi eksportir Kanada,” ujar Todd Winterhalt, Senior Vice-President International Markets EDC, Rabu (24/9/2025).
Winterhalt menekankan, kemitraan dengan INA bukan semata pembiayaan proyek, melainkan strategi jangka panjang untuk memperkuat pertumbuhan sosial-ekonomi. “Kemitraan ini sejalan dengan sektor unggulan Kanada seperti energi hijau, teknologi bersih, dan infrastruktur,” katanya.
CEO INA, Ridha Wirakusumah, menyebut langkah ini sebagai bukti kepercayaan Kanada pada prospek ekonomi Indonesia. “Kerja sama ini juga akan memperkuat peran INA dalam menyalurkan investasi ke sektor-sektor strategis bagi daya saing jangka panjang Indonesia,” ujarnya.
Skala Pendanaan: Besar, tapi Katalitik
Jika dibandingkan dengan arus masuk investasi asing langsung (FDI), alokasi EDC senilai Rp9,93 triliun setara sekitar 1,1% dari total FDI Indonesia tahun 2024, yang tercatat mencapai Rp900,2 triliun. Angka ini menunjukkan kontribusi EDC memang bukan yang terbesar, tetapi cukup signifikan sebagai katalis proyek strategis tertentu.
Dari sisi kapasitas internal, EDC memberi tambahan sekitar 6,9% terhadap total aset kelolaan INA yang per akhir 2024 diperkirakan Rp144,3 triliun. Suntikan modal ini membuka ruang lebih luas bagi INA untuk mempercepat proyek di sektor energi hijau, transportasi, digital, dan kesehatan.
INA kantongi Rp9,93 triliun dari Export Development Canada untuk proyek hijau, infrastruktur, dan sektor strategis. Dukungan Kanada memperkuat diversifikasi modal asing Indonesia di tengah dominasi Singapura, China, dan Hong Kong.
Persaingan Modal Asing di Indonesia
Indonesia selama ini menjadi magnet utama investasi asing di Asia Tenggara. Data Kementerian Investasi menunjukkan, Singapura, China, dan Hong Kong secara konsisten mendominasi daftar investor terbesar. Amerika Serikat dan Jepang tetap hadir, tetapi porsinya lebih kecil dibanding trio utama tersebut.
Dengan masuknya Kanada, lanskap ini menjadi lebih beragam. Kehadiran EDC bukan hanya soal nilai finansial, tetapi juga memperluas jejaring investasi internasional Indonesia. Dalam jangka panjang, diversifikasi sumber modal asing akan memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia terhadap gejolak geopolitik dan volatilitas global.
Indonesia dalam Sorotan Investor Global
Indonesia sudah menjadi pasar ekspor terbesar Kanada di Asia Tenggara pada 2024, dan kini semakin dipandang sebagai mitra strategis. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 5% per tahun, Indonesia menawarkan pasar domestik besar sekaligus basis produksi strategis.
Sejak berdiri pada 2020, INA berperan sebagai pintu masuk bagi investor global untuk mendukung agenda pembangunan nasional. Portofolio INA kini mencakup infrastruktur transportasi, logistik, energi hijau, ekonomi biru, kesehatan, hingga material maju.
Alokasi modal dari Kanada memperkuat posisi INA sebagai motor transformasi ekonomi yang menggabungkan modal global dengan kepentingan pembangunan jangka panjang Indonesia. Lebih dari sekadar angka, kolaborasi ini adalah sinyal kuat bahwa Indonesia semakin dipercaya sebagai magnet investasi berkelanjutan.
Digionary
● Agrifood: Industri berbasis pertanian yang mencakup produksi hingga distribusi makanan.
● AUM (Asset Under Management): Total nilai aset yang dikelola sebuah lembaga investasi.
● EDC (Export Development Canada): Lembaga keuangan milik pemerintah Kanada yang mendukung perdagangan dan investasi global.
● Energi terbarukan: Sumber energi ramah lingkungan yang dapat diperbarui, seperti surya, angin, dan hidro.
● FDI (Foreign Direct Investment): Investasi asing langsung dalam bentuk modal yang masuk ke negara penerima.
● INA (Indonesia Investment Authority): Dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) milik Indonesia.
● Nota kesepahaman (MoU): Dokumen non-mengikat yang jadi dasar kerja sama antar pihak.
● Sovereign wealth fund: Dana investasi milik negara untuk tujuan jangka panjang.
● Teknologi bersih (clean tech): Teknologi yang mengurangi dampak lingkungan dan mendukung keberlanjutan.
#INA #EDC #InvestasiGlobal #EkonomiIndonesia #KanadaIndonesia #SovereignWealthFund #EnergiHijau #TeknologiBersih #Agrifood #Infrastruktur #EkonomiBiru #Digitalisasi #InvestasiHijau #ModalGlobal #TransisiEnergi #InvestasiAsing #EkonomiBerkelanjutan #PertumbuhanEkonomi #InvestasiKanada #DiversifikasiInvestasi
