Generasi Z di Irlandia dan juga Indonesia sama-sama menjauh dari impian rumah sebagai pondasi kekayaan, dan lebih memilih investasi digital seperti saham, reksa dana, serta ETF. Di Irlandia, temuan Revolut menunjukkan Gen Z percaya lebih pada pasar modal ketimbang properti akibat lonjakan harga rumah. Di Indonesia, data OJK dan survei Populix menegaskan bahwa Gen Z semakin melek finansial, meski tantangan seperti gaya hidup konsumtif, risiko paylater, dan modal terbatas masih menghambat.
Fokus Utama:
1. Peralihan mindset investasi: Gen Z menilai rumah bukan aset utama, sehingga memilih instrumen keuangan digital sebagai jalur investasi.
2. Kinerja literasi finansial dan platform digital: Peran edukasi, aplikasi investasi, dan soft saving menjadi kunci agar Gen Z bisa mulai berinvestasi dari nominal kecil.
3. Hambatan dan risiko di Indonesia: Meski minat investasi meningkat, Gen Z Indonesia menghadapi tantangan seperti rendahnya dana darurat, godaan paylater, dan potensi investasi bodong.
Gen Z di Irlandia dan Indonesia semakin menjauh dari impian punya rumah—mereka memilih jalur investasi saham, reksa dana, dan ETF. Namun, Gen Z Indonesia masih menghadapi tantangan tabungan minimal, risiko paylater, dan modal kecil.
Krisis harga properti mendorong Generasi Z di Irlandia untuk menatap kembali strategi membangun kekayaan mereka. Riset fintech Revolut mengungkap, lebih dari sepertiga Gen Z menilai investasi di saham dan ETFs lebih menjanjikan dalam jangka panjang dibanding memiliki rumah – sebuah sinyal perubahan paradigma investasi yang signifikan.
Sementara itu di Indonesia, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2024 mencatat bahwa 55,07% investor ritel pasar modal berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun . Ini menunjukkan bahwa Gen Z dan milenial secara kolektif telah menjadi kekuatan utama di pasar modal domestik.
Namun, meski jumlah investor muda meningkat, nilai aset yang mereka miliki masih relatif kecil. Menurut riset BNI Sekuritas dan GoodStats, banyak Gen Z yang belum memiliki tabungan signifikan — survei GoodStats 2024 mengungkap bahwa sekitar 70% responden muda belum memiliki tabungan stabil dan cenderung melakukan “soft saving” — menabung sedikit demi sedikit dengan modal kecil.
Survei Populix (Juli 2025) juga mematahkan stereotip bahwa Gen Z dan milenial adalah generasi yang boros. Mereka menemukan bahwa 77% responden muda melaporkan kebiasaan menabung secara rutin, meski nominalnya bervariasi. Meskipun demikian, hanya 14% responden Gen Z mengatakan mereka sudah berinvestasi di saham, reksa dana, atau mata uang digital.
Data dari survei Inventure – Indonesia Industry Outlook 2025 memperjelas sudut pandang Gen Z terhadap properti: 65% Gen Z kelas menengah merasa pesimistis bisa membeli rumah dalam tiga tahun ke depan. Faktor ini mendorong mereka mencari jalur alternatif untuk mengembangkan kekayaan, meski tanpa mengenyam kepemilikan properti.
Berbagai platform investasi digital lokal seperti New BIONS (BNI Sekuritas), SHAFIQ dan lainnya kini menawarkan kemudahan masuk ke dunia reksa dana atau urun dana mulai dari nominal Rp10.000–Rp100.000, sehingga Gen Z bisa belajar berinvestasi tanpa harus memiliki modal besar. Pendekatan “soft saving” dan fitur Auto Subscription Reksa Dana menjadi jembatan agar Gen Z tidak terbebani saat memulai investasi.
Meskipun demikian, tantangan serius tetap ada. Banyak Gen Z belum membangun dana darurat yang memadai dan seringkali terdistraksi oleh gaya hidup konsumtif atau layanan paylater yang menarik tapi berisiko. Tanpa fondasi keuangan yang kuat, keputusan investasi bisa berubah menjadi beban finansial jika terjadi krisis pribadi atau pasar.
Secara umum, baik di Irlandia maupun Indonesia, Gen Z menunjukkan geseran paradigma dari keinginan memiliki rumah menuju mindset investasi — tetapi bentuk dan intensitas perubahan itu sangat bergantung pada konteks ekonomi, literasi finansial, serta akses terhadap teknologi keuangan di masing-masing negara.
Digionary:
● Auto Subscription Reksa Dana: Fitur di aplikasi investasi yang secara otomatis membeli reksa dana secara berkala dari rekening investor.
● Backlog Perumahan: Jumlah kebutuhan rumah yang belum terpenuhi dalam sebuah negara/kota.
● Dana Darurat: Tabungan yang disiapkan khusus untuk menghadapi kondisi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis mendadak.
● Finansial Literasi / Literasi Keuangan: Pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola keuangan, termasuk menabung, berinvestasi, memahami risiko, dan merencanakan masa depan keuangan.
● Paylater: Fasilitas pembayaran di mana konsumen bisa berbelanja sekarang dan membayar nanti—kadang dalam cicilan—yang bisa berisiko jika penggunaannya tidak hati-hati.
● Soft Saving: Strategi menabung kecil, fleksibel, dan konsisten sebagai pintu masuk ke dunia investasi, tanpa mengorbankan gaya hidup.
#GenZ #Investasi #Indonesia #Saham #ReksaDana #SoftSaving #FinancialLiteracy #Fintech #PayLater #DanaDarurat #PasarModal #BNISekuritas #SHAFIQ #KSPM #LiterasiKeuangan #YouthFinance #InvestasiPemula #MindsetFinansial #DigitalInvestment #YoungInvestors
