Era Puber AI, Iklan Kekinian, dan blu

- 23 September 2025 - 20:06
PT Bank BCA Digital atau Blu by BCA jalin kerja sama dengan PT MRT Jakarta (Perseroda) menghadirkan layanan teknologi digital melalui kerja sama bank as a services (BaaS).

“Kalau dulu uang itu kayak bayangan—ada tapi nggak terlalu dipikirin. Sekarang, dia kayak partner hidup yang harus diajak mikir bareng.” Kalimat itu datang dari Farel (23), mahasiswa desain dan pengguna blu sejak kuliah semester awal. Ucapannya sederhana, tapi mencerminkan pergeseran besar: bagaimana Gen Z mulai menjalin hubungan yang lebih dewasa dengan uang—di tengah zaman yang juga sedang puberpuber AI tepatnya.


Fokus Utama:

  1. Kolaborasi Simbiotik Manusia-AI dalam Dunia Branding dan Finansial
    Artikel menyoroti bagaimana AI bukan lagi pengganti kreativitas manusia, melainkan mitra yang bisa memperkuat personalisasi dan empati dalam komunikasi merek—seperti yang dilakukan blu by BCA Digital.
  2. Peran blu by BCA Digital sebagai Ruang Aman Finansial Gen Z di Era Disrupsi AI
    blu hadir bukan sekadar sebagai aplikasi, melainkan teman finansial dengan pendekatan ringan, personal, dan edukatif—membantu Gen Z belajar mengelola uang tanpa tekanan atau jargon teknis.
  3. Urgensi Etika dan Literasi di Tengah Ledakan Teknologi dan Kecanggihan Iklan Berbasis AI
    Artikel ini juga mengangkat pentingnya human-centered AI dan etika digital, agar transformasi teknologi tetap berpihak pada manusia, terutama dalam aktivitas periklanan dan pengelolaan data.

Ya, kita sedang hidup di era yang disebut oleh banyak akademisi sebagai fase ledakan kecerdasan buatan. AI yang dulu hanya hadir dalam film sci-fi, kini nyata masuk ke kehidupan sehari-hari: dari merancang iklan, memilih playlist, hingga… memberi saran keuangan pribadi. Tapi apakah manusia masih punya peran sentral? Atau kita hanya menjadi “penumpang” dari algoritma yang tak bisa kita lihat?

Pubertas AI: kreativitas bukan lagi hak eksklusif manusia?

Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk Disrupsi Kreativitas, Prof. Dr. Ulani Yunus, Guru Besar bidang Periklanan dan Branding dari LSPR Institute of Communication and Business menyebut, bahwa kita tengah mengalami senjakala dari dominasi manusia dalam dunia branding. AI kini tak hanya bisa membantu membuat logo atau copywriting, tapi bisa menggantikan sebagian proses kreatif itu sendiri—dengan efisiensi dan kecepatan yang nyaris menakjubkan.

Tapi justru di titik ini, muncul kegelisahan: di mana letak intuisi manusia? Di mana etika ketika pesan-pesan emosional dibuat oleh mesin? Apakah kita sedang membangun makna, atau sekadar mengonsumsi ilusi buatan sistem?

Konsep seperti human-centered AI pun muncul sebagai respons. Teknologi harus tunduk pada nilai-nilai manusiawi, bukan sebaliknya. Dan di sinilah peran blu menjadi menarik untuk disorot.

blu by BCA Digital: di tengah data, masih ada rasa

Saat dunia fintech berlomba menciptakan inovasi berbasis AI, blu by BCA Digital melangkah dengan pendekatan berbeda. Bukan sekadar memamerkan kecanggihan teknologi, blu memilih untuk menarasikan perjalanan finansial anak muda—dengan empati.

Di usianya yang ke-4 tahun pada Juli 2025 ini, blu meluncurkan kampanye bertajuk “Setiap Orang Punya Cerita Soal Uang.” Sebuah pendekatan yang membumi, membebaskan Gen Z dari intimidasi istilah keuangan seperti “bunga majemuk” atau “dividen”, dan mengajak mereka ngobrol soal duit tanpa rasa malu.

Reno (24), freelance designer, bilang bahwa aplikasi blu membantunya “lihat gambar besar”: berapa uang yang dimiliki, dipakai buat apa, dan sisa untuk apa. Bukan AI yang sok tahu, tapi AI yang peka.

AI + empati = masa depan branding?

blu memang menggunakan AI untuk membaca pola transaksi, mengingatkan jatuh tempo tagihan, hingga memberi saran anggaran personal. Tapi berbeda dari AI “dingin” yang hanya fokus pada efisiensi, blu mencoba menyisipkan empati dalam interaksinya.

“AI blu bukan sekadar pintar, tapi belajar memahami pola hidup,” ujar Edwin Tirta, Head of Digital Business BCA Digital. Ia percaya bahwa AI tak harus jadi pengganti, tapi mitra kolaboratif untuk membantu anak muda memegang kendali atas finansial mereka.

Sebagaimana Prof. Ulani paparkan, inilah bentuk kreativitas simbiotik manusia-AI—kolaborasi yang menyeimbangkan daya proses mesin dengan sentuhan budaya, nilai, dan intuisi manusia.

Dari branding menuju kedewasaan finansial

Di tengah algoritma yang bisa menebak apa yang kita pikirkan sebelum kita sadari, blu menawarkan ruang aman bagi Gen Z untuk belajar. Fitur bluSaving memungkinkan bikin “pos tabungan” sesuai tujuan (dari konser sampai kuliah), bluGether memudahkan patungan transparan, dan bluAcademy hadir sebagai pusat edukasi finansial.

Bagi Gen Z, konsep adulting tak lagi soal menikah atau beli rumah. Tapi punya kendali atas dompet sendiri.

Dan menariknya, blu tidak memaksakan satu cara “ideal”. Mereka merayakan bahwa setiap orang punya cara berbeda dalam menjalani finansialnya. Tidak ada benar-salah, yang penting sadar.

Branding kekinian: dimana etikanya?

Sebagaimana Prof. Ulani sampaikan, AI memang mempercepat proses produksi konten. Tapi, bila tak hati-hati, bisa menciptakan homogenisasi alias keseragaman gaya dan pesan. Semua terasa “standar”, semua terlalu sempurna.

Muncul pula influencer virtual seperti Lentari Pagi atau Lavcaca yang menggantikan peran manusia. Mereka cantik, konsisten, dan tak pernah lelah. Tapi… apakah mereka bisa benar-benar terhubung secara emosional dengan audiens?

blu memilih jalan berbeda. Mereka tidak menggunakan tokoh fiktif tanpa jiwa. Mereka menampilkan cerita nyata dari pengguna nyata. Mereka menolak menjadikan finansial sebagai kompetisi, dan lebih memilih menjadikannya percakapan.

Inklusi tanpa literasi adalah ilusi

Berdasarkan hasil survei SNLIK 2024, Indeks Literasi Keuangan Nasional berada di angka 65,43%, sedangkan Literasi Keuangan Konvensional dan Syariah tercatat di 65,09% dan 39,11%.  Sementara itu, Indeks Inklusi Keuangan Nasional mencapai 75,02%, sedangkan Inklusi Keuangan Konvensional dan Syariah tercatat di 73,55% dan 12,88%. Angka-angka ini memberikan gambaran mengenai seberapa jauh masyarakat Indonesia telah memahami dan mengakses produk keuangan, baik konvensional maupun syariah. Artinya, banyak yang punya akses, tapi tidak tahu bagaimana memanfaatkannya.

blu tak sekadar memberikan aplikasi. Mereka ingin menciptakan budaya diskusi tentang uang. Bukan hanya sebagai angka, tapi sebagai bagian dari hidup. Uang bukan tabu, tapi perlu “bahasa baru” agar bisa dibicarakan.

Prof. Ulani menyebutkan pentingnya etika dalam branding. Maka dalam konteks keuangan, etika itu bisa berarti: tidak menyesatkan, tidak memaksa konsumtif, dan tidak mengeksploitasi ketakutan generasi muda demi engagement.

Menuju masa depan: manusia dan AI sama-sama dewasa

Akhirnya, era puber AI tidak hanya menantang mesin untuk makin canggih. Tapi juga menantang manusia untuk makin bijak. AI bisa mengarahkan iklan, merancang kampanye, bahkan membuat konten. Tapi hanya manusia yang bisa memahami konteks, empati, dan nilai.

blu adalah contoh bagaimana brand digital bisa hadir sebagai teman yang suportif, bukan superior. Bukan yang menggurui, tapi yang menemani. Dan di tengah banjir informasi, justru kejujuran dan keberpihakan kepada manusia menjadi diferensiasi yang paling berani.

Karena sesungguhnya, di balik data, tetap ada cerita. Dan setiap cerita soal uang, layak didengar—bukan hanya oleh mesin, tapi oleh kita semua. ■


Digionary:

• Puber AI – Sebutan untuk masa ledakan penggunaan kecerdasan buatan secara masif di berbagai sektor, ditandai dengan pertumbuhan cepat namun penuh tantangan etis dan sosial.
• Human-Centered AI (HCAI) – Pendekatan teknologi yang menempatkan manusia sebagai pusat desain dan pengambilan keputusan AI, menjamin transparansi, akuntabilitas, dan empati dalam interaksi digital.
• Kreativitas Simbiotik – Kolaborasi antara manusia dan AI dalam proses kreatif, menggabungkan kekuatan intuisi manusia dan kecanggihan mesin untuk hasil yang inovatif dan relevan.
• Inklusi vs Literasi Keuangan – Inklusi merujuk pada akses terhadap layanan keuangan, sedangkan literasi adalah pemahaman dan kemampuan mengelola keuangan secara bijak.
• Influencer Virtual – Sosok digital berbasis AI yang dirancang sebagai representasi merek di media sosial, namun tanpa pengalaman emosional manusiawi.
• Empati Finansial – Pendekatan memahami perilaku keuangan individu bukan dari sisi angka semata, tapi dari konteks kehidupan dan emosi yang menyertainya.
• bluSaving – Fitur tabungan berlabel tujuan di aplikasi blu, memungkinkan pengguna menyusun rencana keuangan sesuai kebutuhan personal.
• bluGether – Fitur untuk patungan digital di blu yang transparan dan praktis, sering digunakan Gen Z untuk kegiatan kolektif.
• Branding Device-led – Strategi pencitraan merek yang bergantung sepenuhnya pada sistem otomatis atau AI tanpa campur tangan manusia secara kreatif langsung.
• Kampanye Konten AI – Strategi komunikasi merek yang memanfaatkan konten buatan AI secara masif, seperti desain, copy, video, dan personalisasi pesan iklan.

#AIuntukGenerasiZ #PuberAI #KreativitasDigital #FintechEmpatik #bluBCA #blu4You #AIberetika #HumanCenteredAI #GenZNgaturUang #MelekFinansial #BrandingAI #EtikaDigital #IklanMasaDepan #UangBukanTabu #DigitalEmpathy #AplikasiKeuangan #InfluencerVirtual #CeritaUangmu #LiterasiFinansial #KolaborasiAIManusia

Comments are closed.