
Industri pembiayaan kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan tren positif sepanjang 2024, dengan total penyaluran kredit mencapai Rp 16,63 triliun atau 3,31% dari total piutang pembiayaan multifinance. Meski belum disebutkan tren pertumbuhannya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis sektor ini akan terus berkembang seiring dorongan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik dan pembiayaan hijau.
Fokus utama:
- Total pembiayaan EV oleh multifinance mencapai Rp16,63 triliun pada 2024, mencerminkan peluang besar bagi sektor pembiayaan hijau.
- OJK melihat kendaraan listrik sebagai bagian dari ekosistem pembiayaan hijau yang semakin berkembang.
- Meskipun pembiayaan kendaraan listrik meningkat, pertumbuhan piutang multifinance secara keseluruhan mengalami perlambatan pada paruh kedua 2024.
Industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Sepanjang 2024, perusahaan multifinance menyalurkan pembiayaan kendaraan listrik senilai Rp16,63 triliun. Angka ini mencakup 3,31% dari total piutang pembiayaan industri multifinance, mencerminkan meningkatnya minat masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat tren ini sebagai peluang besar bagi industri pembiayaan hijau. “Dengan melihat perkembangan tersebut serta dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik, pembiayaan kendaraan listrik ke depan masih memiliki potensi besar untuk terus ditingkatkan dan dapat berkontribusi dalam mendorong percepatan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya OJK, Agusman, dalam keterangannya pada Jumat (7/3).
Pemerintah sendiri telah menggelontorkan berbagai insentif untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia, mulai dari subsidi hingga insentif pajak bagi konsumen dan produsen EV. Upaya ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan kendaraan listrik dan memperluas akses pembiayaan hijau.
Berdasarkan data OJK, total piutang pembiayaan multifinance pada Desember 2024 mencapai Rp503,43 triliun, tumbuh 6,92% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, pertumbuhan ini mengalami perlambatan sejak Juli 2024.
Dari sisi kualitas kredit, tingkat pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) masih berada dalam batas aman, dengan rasio NPF gross di angka 2,70% dan NPF net sebesar 0,75%. Sementara itu, gearing ratio—indikator kesehatan keuangan perusahaan multifinance—tercatat di 2,31 kali, masih jauh dari batas maksimum 10 kali yang ditetapkan regulator.
“Secara keseluruhan, industri multifinance masih menunjukkan resiliensi di tengah tantangan ekonomi global. Pembiayaan kendaraan listrik berpotensi menjadi motor pertumbuhan baru, terutama dengan semakin banyaknya dukungan pemerintah dan inovasi produk pembiayaan hijau,” ujar seorang analis industri keuangan.
Indonesia masih memiliki jalan panjang dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Meskipun pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik cukup menjanjikan, tantangan utama tetap ada, termasuk infrastruktur pengisian daya yang masih terbatas, harga kendaraan listrik yang relatif mahal dibandingkan kendaraan konvensional, serta persepsi masyarakat terhadap daya tahan dan keandalan EV.
Namun, dengan semakin banyaknya pemain di industri EV, harga kendaraan listrik diprediksi akan semakin kompetitif. Pemerintah juga telah menginisiasi pembangunan lebih banyak stasiun pengisian daya dan meningkatkan investasi dalam rantai pasok baterai EV untuk menurunkan biaya produksi.
Dalam beberapa tahun ke depan, keberhasilan multifinance dalam mengembangkan produk pembiayaan kendaraan listrik akan sangat bergantung pada bagaimana industri ini beradaptasi dengan perubahan pasar dan regulasi. Jika tren ini terus berlanjut, pembiayaan kendaraan listrik berpotensi menjadi segmen utama dalam industri pembiayaan hijau di Indonesia. ■