Atome dorong literasi keuangan digital, kenalkan PayLater ke penyandang disabilitas

- 5 Juni 2025 - 08:58

Atome Finance Indonesia menggandeng Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) untuk mengedukasi kelompok disabilitas tentang layanan keuangan digital melalui program “Mengenal PayLater.” Inisiatif ini menyoroti pentingnya inklusi keuangan dan perlindungan konsumen di era digital, sembari memperkuat komitmen Atome dalam membangun ekosistem keuangan yang lebih adil dan setara.


Fokus utama:

1. Inisiatif Inklusif: Atome memperluas edukasi keuangan digital kepada penyandang disabilitas melalui pendekatan yang sederhana dan interaktif.
2. Literasi dan Perlindungan Konsumen: Peserta dikenalkan pada konsep layanan pay later, manfaat, risiko, dan cara menghindari penipuan digital.
3. Peran Strategis Fintech dalam Pemberdayaan Disabilitas: Keuangan digital diposisikan sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi yang inklusif.


Di tengah gencarnya penetrasi layanan keuangan digital, Atome Finance Indonesia melangkah lebih jauh. Perusahaan pembiayaan ini menggandeng Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) untuk memperluas akses edukasi keuangan digital bagi penyandang disabilitas—sebuah kelompok masyarakat yang selama ini kerap terpinggirkan dalam sistem keuangan formal.

Program edukasi bertajuk “Mengenal PayLater: Solusi Keuangan Digital untuk Transaksi Cepat dan Mudah” digelar belum lama ini di Bekasi. Dihadiri para peserta disabilitas dari berbagai daerah, acara ini dirancang agar materi disampaikan dengan metode yang mudah dipahami dan partisipatif.

Melalui talkshow yang menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan, Atome memperkenalkan konsep pay later, atau beli sekarang bayar nanti, sebagai alternatif pembayaran digital. Peserta dijelaskan soal fungsi lembaga pembiayaan, manfaat dan risiko menggunakan layanan pay later, serta cara mengenali dan menghindari penipuan digital (fraud).

“Setiap individu berhak memahami dan mengakses layanan keuangan digital. Edukasi seperti ini penting untuk membangun kepercayaan dan literasi yang kuat, termasuk di kalangan penyandang disabilitas,” ujar Dewi Citrowati, Head of Compliance Atome, dalam pernyataannya, Rabu (4/6).

Talkshow tersebut juga menghadirkan Rully Hubertus Posumah, Strategic Lead–Business & Partnership Atome, serta Norman Yulian, Ketua Umum PPDI. Keduanya menyoroti peran strategis keuangan digital dalam mendorong kemandirian ekonomi bagi penyandang disabilitas. Mereka juga menekankan pentingnya desain produk keuangan digital yang inklusif dan ramah disabilitas.

“Platform digital harus mulai mempertimbangkan aksesibilitas sejak awal, bukan sebagai tambahan. Teknologi keuangan bisa menjadi alat pemberdayaan jika dirancang dengan inklusif,” ujar Norman.

Langkah Atome ini sejalan dengan hasil riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, yang menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,68%, sedangkan indeks inklusi keuangan mencapai 85,10%. Kesenjangan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan layanan keuangan tanpa pemahaman yang memadai—sebuah situasi yang lebih rentan bagi kelompok disabilitas.

Lebih jauh, laporan dari World Bank menyebutkan bahwa lebih dari 1 miliar orang di dunia—atau sekitar 15% dari populasi global—mengalami disabilitas, dan banyak di antaranya menghadapi hambatan sistemik untuk mendapatkan akses ke layanan keuangan. Termasuk di dalamnya adalah akses fisik ke kantor cabang, kurangnya teknologi yang ramah disabilitas, hingga minimnya informasi finansial dalam format yang dapat diakses.

Sebagai perusahaan pembiayaan yang hadir sejak 2021 di Indonesia, Atome ingin mengambil peran lebih besar dalam mendorong transformasi digital yang menyeluruh dan merata. Tidak hanya berfokus pada inovasi produk pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna, Atome juga mengusung semangat #LiterasiKeuangan sebagai bagian dari misinya.

“Kami ingin memastikan tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam transformasi keuangan digital, termasuk komunitas disabilitas,” tegas Dewi.

Langkah Atome ini tidak hanya menjadi cerminan tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi juga menjadi percontohan praktik terbaik bagi perusahaan fintech lain di Indonesia, yang selama ini lebih fokus pada pertumbuhan pengguna dan inovasi teknologi, namun kurang memperhatikan aspek inklusi.

Dengan pendekatan semacam ini, Atome menegaskan bahwa inovasi keuangan bukan semata soal teknologi, tetapi tentang siapa yang mendapatkan manfaat dari teknologi tersebut. ■


Digionary:

● Literasi Keuangan: Kemampuan individu memahami, mengelola, dan mengambil keputusan yang bijak terkait keuangan pribadi.
● Inklusi Keuangan: Ketersediaan akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal yang terjangkau dan berkualitas.
●,Pay Later: Layanan keuangan digital yang memungkinkan konsumen membeli barang atau jasa sekarang dan membayar kemudian dalam jangka waktu tertentu.
●,Fintech (Financial Technology): Inovasi teknologi dalam sektor keuangan yang menghadirkan layanan digital seperti pembayaran, pinjaman, hingga investasi.
● Disabilitas: Kondisi fisik, mental, intelektual, atau sensorik yang dapat menghambat partisipasi penuh dalam kehidupan sosial secara setara.
●,Fraud Digital: Tindakan penipuan yang dilakukan melalui media digital dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara ilegal.
●,Atome: Perusahaan pembiayaan berbasis teknologi yang beroperasi di Indonesia sejak 2021 dan menyediakan layanan seperti pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna.
● PPDI (Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia): Organisasi yang mewakili kepentingan dan pemberdayaan masyarakat disabilitas di Indonesia.
●,Head of Compliance: Pimpinan divisi yang memastikan perusahaan mematuhi seluruh peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku.
● Strategic Lead–Business & Partnership: Jabatan yang bertanggung jawab dalam menjalin kerja sama strategis dan pengembangan bisnis.

Comments are closed.