Risiko kredit mengintai dari ledakan paylater di Indonesia, rata-rata plafon Rp994.000

- 5 Mei 2025 - 08:52

Layanan beli sekarang bayar nanti (BNPL) di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan rata-rata plafon pinjaman mencapai Rp994.000 per bulan. Namun, lonjakan ini disertai peningkatan risiko kredit, terutama di kalangan generasi baby boomers yang kurang akrab dengan teknologi digital.


Fokus utama:

  1. Penggunaan layanan BNPL meningkat signifikan, mencerminkan perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja dan mengelola keuangan.
  2. Meskipun pertumbuhan positif, terdapat peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL), menandakan perlunya pengawasan lebih ketat.
  3. Generasi baby boomers menjadi penyumbang terbesar kredit macet, menunjukkan pentingnya edukasi dan literasi digital dalam penggunaan layanan keuangan digital.

Layanan buy now, pay later (BNPL) atau paylater di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Data dari Pefindo Biro Kredit (IdScore) mengungkapkan bahwa rata-rata plafon pembiayaan BNPL per bulan mencapai Rp994.000.

Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi, menyatakan bahwa penyaluran kredit BNPL hingga Februari 2025 mencapai Rp36,24 triliun, meningkat 27,65% dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, pertumbuhan ini disertai dengan peningkatan risiko kredit. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) per Februari 2025 tercatat sebesar 4,05%, naik 0,19% dibandingkan bulan sebelumnya. Tan Glant mencatat bahwa berdasarkan tren historis, NPL biasanya meningkat dua bulan setelah momentum Ramadan.

Salah satu kelompok yang menyumbang terbesar terhadap kredit macet adalah generasi baby boomers (usia ≥55 tahun). Hal ini dikaitkan dengan tingkat adaptasi terhadap teknologi digital yang masih rendah di kalangan tersebut.

“Usia dengan penyumbang kredit macet tertinggi adalah usia yang masuk di generasi baby boomers. Salah satu alasannya generasi baby boomers cenderung kurang akrab dengan teknologi digital,” ujar Tan Glant baru-baru ini.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp8,2 triliun per Februari 2025, tumbuh 59,1% secara tahunan. Namun, kualitas kredit mulai menunjukkan tekanan, dengan kenaikan non-performing financing (NPF) gross dari 3,37% pada Januari menjadi 3,68% pada Februari 2025.

Secara global, pasar BNPL diperkirakan akan terus tumbuh. Menurut laporan dari GlobeNewswire, pasar pembayaran BNPL global diperkirakan tumbuh sebesar 13,7% secara tahunan, mencapai US$560,1 miliar pada tahun 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh penyedia utama seperti Klarna, Afterpay, PayPal, dan Affirm.

Di Indonesia, lonjakan penggunaan BNPL mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang semakin mengandalkan layanan keuangan digital. Namun, peningkatan risiko kredit, terutama di kalangan generasi yang kurang akrab dengan teknologi, menekankan pentingnya edukasi dan literasi digital dalam penggunaan layanan keuangan modern. ■

Comments are closed.