
Generasi Z, kelompok usia 13-28 tahun, bukan sekadar pengguna teknologi, tapi juga penggerak perubahan besar di dunia keuangan. Dengan gaya hidup digital native, mereka menuntut pengalaman perbankan yang personal, cepat, dan transparan, serta solusi inovatif untuk membangun kredit dan mengelola keuangan dengan lebih cerdas. Bank dan penyedia layanan keuangan harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan unik generasi ini, yang diperkirakan akan menguasai daya beli hingga US$12 triliun pada 2030.
Fokus utama:
- Generasi Z sebagai pengubah paradigma layanan keuangan digital dengan tuntutan personalisasi dan kecepatan.
- Pendekatan baru dalam pembangunan dan pengelolaan kredit untuk generasi yang lebih sadar finansial dan gig economy.
- Dominasi ekonomi langganan dan pengaruhnya terhadap loyalitas nasabah serta inovasi di sektor perbankan.
Generasi Z atau Gen Z—yang kini berusia antara 13 sampai 28 tahun—sedang mengukir babak baru dalam dunia finansial global. Lahir dan besar di era digital, mereka tidak hanya menggunakan teknologi; mereka mendefinisikan ulang ekspektasi tentang bagaimana uang seharusnya dikelola dan diperlakukan. Dengan gaya hidup serba cepat dan kebutuhan akan pengalaman finansial yang instan dan personal, generasi ini menuntut lebih dari sekadar layanan bank konvensional.
Bunita Sawhney, Chief Consumer Product Officer Mastercard, menggarisbawahi, “Mereka ingin kehidupan finansial mereka berada di ujung jari. Mereka mengubah norma dan ekspektasi finansial.” Sebuah studi Mastercard mengungkapkan bahwa konsumen Gen Z hampir 2,5 kali lebih menginginkan proses pembelian online yang cepat dibandingkan generasi baby boomer.
Kehidupan Gen Z dipenuhi oleh pengalaman yang dioptimalkan secara digital—mulai dari vitamin yang dibuat khusus, pakaian yang dipersonalisasi lewat pemindaian 3D, hingga algoritma cerdas yang merekomendasikan aktivitas dan produk. Mastercard menjawab kebutuhan ini dengan menciptakan produk-produk yang dapat disesuaikan secara personal, termasuk Passion Cards yang menghubungkan pengguna dengan minat mereka, seperti olahraga dan gaming.
Tidak hanya itu, kartu kredit yang diluncurkan CIBC di Kanada, misalnya, secara otomatis menyesuaikan penghargaan poin berdasarkan pola pengeluaran pengguna, memberi lebih banyak poin di kategori yang sering digunakan.
Riset Mastercard juga menunjukkan bahwa Gen Z menganggap personalisasi lebih penting dibandingkan konsumen rata-rata. Ini mendorong Mastercard mengembangkan One Credential, sebuah teknologi yang memungkinkan pengguna mengakses berbagai metode pembayaran melalui satu identitas digital.
“Ini sangat bermanfaat bagi konsumen muda yang lebih banyak menggunakan debit, karena mereka bisa mulai membangun riwayat kredit dengan cara yang mudah dan digital,” tambah Sawhney.
Lebih jauh, inovasi seperti Agent Pay memungkinkan AI membantu konsumen melakukan pembelian yang disesuaikan secara real-time, dari pemilihan produk sampai metode pembayaran terbaik, menjadikan pengalaman berbelanja semakin personal dan cerdas.
Gen Z menunjukkan kekhawatiran finansial yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut studi Mastercard 2023, 73% remaja ingin lebih banyak pendidikan keuangan, sementara 52% mengkhawatirkan keamanan finansial—angka yang dua kali lipat dari generasi sebelumnya. Mereka mengandalkan debit untuk pengeluaran sehari-hari karena masih banyak yang belum memiliki kredit mapan.
Christian Widhalm, CEO Bloom Credit, menyatakan, “Mereka sadar pentingnya menabung dan bersiap untuk masa pensiun. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana membangun dan memperkuat riwayat kredit.” Model kredit tradisional belum sepenuhnya mampu melayani kebutuhan demografis ini, terutama karena banyak Gen Z yang bekerja di gig economy atau industri kreator, sehingga arus kas mereka tidak konvensional.
Bloom Credit mengembangkan teknologi untuk memastikan data kredit yang akurat dengan melakukan 700 validasi sebelum laporan dikirim ke biro kredit. Kesalahan data kredit yang umum dialami oleh 34% konsumen AS bisa sangat merugikan, terutama bagi konsumen muda yang riwayat kreditnya masih minim. Dengan data yang akurat dan produk kredit yang tepat, akses ke kredit yang adil dan harga pinjaman yang wajar pun dapat lebih mudah diperoleh.
Gen Z dikenal tidak setia pada satu institusi finansial. Studi PYMNTS menunjukkan mereka lebih sering berpindah bank, dua hingga tiga kali lebih sering dari orang tua mereka, dan empat kali lebih sering dari kakek neneknya. Salah satu faktor utama adalah kebutuhan kontrol penuh atas layanan langganan yang mereka gunakan, seperti streaming musik, video, dan aplikasi digital.
Ekonomi berbasis langganan diprediksi tumbuh dari US$593 miliar pada 2024 menjadi hampir US$1 triliun pada 2028, menurut Juniper Research. Mastercard mencatat bahwa lebih dari 50% konsumen bersedia pindah bank demi layanan manajemen langganan yang lebih baik. Melanie Fuller dari Mastercard mengatakan, “Janji kontrol langganan tanpa repot terbukti mampu menarik pelanggan dari bank lama ke bank yang memahami kebutuhan mereka.”
Dengan kemampuan menyesuaikan paket langganan secara mudah, seperti menunda atau mengubah layanan sesuai kebutuhan, pengalaman pelanggan bisa ditingkatkan secara signifikan. Navpreet Randhawa, CEO Minna Technologies, menyimpulkan, “Kami ingin menghadirkan produk yang relevan dan berguna, seperti membantu pelanggan kembali berlangganan saat ada musim baru acara favorit mereka.”
Generasi Z bukan hanya pengguna, tapi pencipta standar baru dalam layanan finansial. Mereka menuntut kecepatan, personalisasi, dan transparansi, sekaligus menyiapkan diri dengan edukasi finansial yang matang. Para pelaku industri keuangan harus tanggap dan inovatif, membangun ekosistem digital yang tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka, tapi juga membentuk masa depan keuangan global. ■
Kamus digitalbank.id
- Generasi Z (Gen Z): Kelompok usia 13-28 tahun yang lahir dan besar di era digital, dikenal melek teknologi dan mengubah cara pandang terhadap keuangan.
- Personalisasi: Penyesuaian layanan dan produk keuangan sesuai preferensi dan kebutuhan individu.
- One Credential: Teknologi Mastercard yang menggabungkan beberapa metode pembayaran dalam satu identitas digital.
- Gig exonomy: Model pekerjaan fleksibel dengan kontrak singkat atau pekerjaan paruh waktu, banyak diadopsi Gen Z.
- Ekonomi berbasis angganan (Subscription Economy): Sistem bisnis yang berfokus pada layanan atau produk berlangganan secara berkelanjutan.
- Agent Pay: Teknologi pembelian berbasis AI yang membantu pengguna melakukan pembelian secara otomatis dan personal.
- Bloom Credit: Perusahaan teknologi yang menyediakan layanan validasi dan akses data kredit yang akurat.