BCA Data Conference 2025, komitmen BCA terhadap adopsi AI yang etis dan bertanggung jawab

- 20 Juni 2025 - 15:51

BCA untuk pertama kalinya menggelar Data Conference 2025 bertema “Ignite the Future with AI”, menyoroti pentingnya penerapan kecerdasan buatan (AI) secara etis dan bertanggung jawab dalam dunia bisnis. Menghadirkan praktisi teknologi dari Google, Microsoft, hingga Kementerian Komunikasi dan Digital RI, konferensi ini menekankan urgensi AI governance di tengah pesatnya adopsi AI di sektor keuangan dan industri lainnya.


Fokus utama:

  1. Komitmen BCA terhadap adopsi AI yang etis dan bertanggung jawab
  2. Keterlibatan lintas sektor dalam membahas AI governance dan regulasi AI di Indonesia
  3. Implementasi nyata teknologi AI di sistem dan layanan perbankan BCA

Dunia bisnis kini bergerak cepat menuju era baru yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI). Namun, di balik potensi besar AI, tersembunyi tantangan serius: etika, transparansi, dan regulasi. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi pelopor di sektor perbankan nasional dalam mengangkat isu tersebut secara terbuka dan sistematis lewat BCA Data Conference 2025 yang digelar Selasa (10/6) di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta.

Dengan tema “Ignite the Future with AI”, BCA mengundang lebih dari 400 peserta dari kalangan nasabah, pelaku industri, dan regulator untuk berdiskusi mendalam soal strategi, tantangan, dan arah kebijakan terkait implementasi AI di sektor bisnis.

“BCA Data Conference mempertemukan berbagai pemikiran, pengalaman, dan visi strategis. Kita melihat bagaimana AI telah memberikan dampak nyata dan membuka peluang luas di berbagai sektor. Namun, tantangan yang ditimbulkan perlu disikapi secara cermat dan bijak,” ujar Hendra Lembong, Presiden Direktur BCA.

Konferensi ini menghadirkan pakar teknologi dari institusi publik dan swasta, termasuk Aju Widya Sari (Direktur Kecerdasan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru, Kementerian Kominfo), Arifin Iskandar (Google Cloud SEA), Panji Wasmana (Microsoft Indonesia), serta Sudarto Unsurlany (Petrosea). Dari internal BCA, tampil beberapa pimpinan tim Data Management seperti Adhitya Bhaswara, Suwandi, dan Timotius Nico.

Wakil Presiden Direktur BCA, Armand Wahyudi Hartono, menekankan pentingnya tata kelola AI (AI governance) sebagai pondasi masa depan digital.

“BCA Data Conference tidak hanya memperkenalkan potensi AI dalam dunia bisnis, tetapi juga menyoroti isu etika, regulasi, dan kebijakan. Ini penting agar penggunaan AI tetap berada dalam jalur yang bertanggung jawab dan selaras dengan kepentingan masyarakat,” katanya.

Topik utama yang dibahas mencakup strategi implementasi solusi AI, perkembangan hukum dan regulasi AI di Indonesia, hingga pendekatan industri dalam membangun AI yang transparan dan adil. Isu seperti keamanan data, bias algoritma, dan tanggung jawab sosial teknologi menjadi sorotan utama.

BCA bukan sekadar bicara; mereka sudah menjalankan berbagai inisiatif AI dalam operasional harian. Teknologi ini digunakan untuk:

  • Optimasi pengisian ulang ATM dan CRM
  • Prediksi kebutuhan stok EDC dan thermal paper
  • Deteksi potensi penipuan lewat sistem Fraud Detection
  • Penilaian agunan real-time lewat sistem DIVA (Digital Valuation for Collateral Appraisal) berbasis machine learning
  • VIRA, chatbot berbasis NLP yang memahami bahasa percakapan sehari-hari
  • Fitur biometrik untuk keamanan aplikasi myBCA dan verifikasi pembukaan rekening digital

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat adopsi AI tertinggi di dunia. Studi Ipsos 2023 menyebut bahwa lebih dari 80% responden di Indonesia percaya bahwa AI akan berdampak positif pada masa depan pekerjaan. Namun, kesiapan regulasi masih tertinggal dibandingkan laju inovasi.

BCA, melalui forum ini, tampak ingin menutup kesenjangan tersebut dengan mendorong diskursus publik yang lebih sistematis dan terbuka. Di saat banyak institusi keuangan masih mengeksplorasi AI, BCA memilih untuk memimpin dari depan — tidak hanya dari sisi teknologi, tapi juga dari sisi etika. ■


Digionary:

● AI (Artificial Intelligence): Kecerdasan buatan, teknologi yang memungkinkan sistem untuk meniru kecerdasan manusia seperti belajar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.
● AI Governance: Tata kelola yang mengatur penerapan AI secara etis, transparan, dan sesuai regulasi.
● ATM (Automated Teller Machine): Mesin anjungan tunai mandiri untuk transaksi perbankan otomatis.
● Chatbot (VIRA): Program yang menggunakan pemrosesan bahasa alami (NLP) untuk merespons pertanyaan pengguna secara otomatis.
● CRM (Cash Recycling Machine): Mesin perbankan yang memungkinkan setoran dan penarikan tunai.
● DIVA (Digital Valuation for Collateral Appraisal): Sistem berbasis machine learning milik BCA untuk menilai nilai agunan secara digital.
● EDC (Electronic Data Capture): Alat untuk memproses transaksi pembayaran elektronik menggunakan kartu.
● Fraud Detection: Sistem untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau penipuan dalam transaksi.
● Google Cloud: Platform layanan komputasi awan dari Google.
● Machine Learning: Cabang AI yang memungkinkan sistem belajar dari data tanpa pemrograman eksplisit.
● Microsoft Indonesia: Perusahaan teknologi yang menyediakan solusi AI dan cloud computing.
● NLP (Natural Language Processing): Teknologi untuk memahami dan memproses bahasa manusia secara alami.
● Petrosea: Perusahaan jasa pertambangan dan infrastruktur yang menerapkan digitalisasi.
● myBCA: Aplikasi mobile milik BCA untuk layanan perbankan digital.
● Kominfo: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, regulator teknologi dan digital di Indonesia.

Comments are closed.