Miliarder Dubai Hussain Sajwani investasi US$2,3 miliar bangun pusat data AI di Jakarta

- 19 Juni 2025 - 14:05

Konglomerat Dubai, Hussain Sajwani, memperkuat investasi di Indonesia dengan proyek pusat data (data center) senilai US$2,3 miliar (Rp37,5 triliun) di Jakarta, sebagai respons atas lonjakan kebutuhan infrastruktur digital untuk aplikasi kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan. Ini merupakan proyek kedua yang dikerjakan oleh anak perusahaan Damac Group, Edgnex Data Centers, menandai posisi strategis Indonesia sebagai pusat data utama di Asia Tenggara. Investasi ini juga sejalan dengan tren ekspansi besar-besaran pengembang pusat data global di kawasan ini yang terus tumbuh seiring percepatan transformasi digital.


Fokus utama:

  1. Strategi besar Damac Group dan anak perusahaannya Edgnex Data Centers dalam membangun infrastruktur pusat data dengan kapasitas besar di Indonesia sebagai pusat teknologi regional.
  2. Peran sentral Indonesia di Asia Tenggara dalam perkembangan pusat data terkait ledakan kebutuhan komputasi awan dan kecerdasan buatan.
  3. Persaingan dan kolaborasi antara investor global dan lokal dalam mengembangkan ekosistem digital dan infrastruktur cloud computing di Indonesia.

Konglomerat properti asal Dubai, Hussain Sajwani, kembali memperlihatkan komitmen besar pada pasar Indonesia dengan mengumumkan proyek pusat data (data center) senilai US$2,3 miliar yang tengah dibangun di Jakarta. Proyek ini dikelola oleh Edgnex Data Centers, anak perusahaan dari Damac Group miliknya, dan menjadi pusat data kedua yang dikembangkan di Indonesia.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis Rabu (18/6), Damac menyebut proyek pusat data berkapasitas 144 megawatt (MW) tersebut akan menjadi salah satu fasilitas infrastruktur digital terkuat di kawasan Asia Tenggara, sekaligus mendukung lonjakan pesat kebutuhan pemrosesan data yang didorong oleh aplikasi kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan.

“Seiring meningkatnya beban kerja AI, kebutuhan akan infrastruktur baru yang lebih kuat dan efisien juga bertambah,” ujar Hussain Sajwani, pendiri Damac Group. “Proyek ini adalah bagian dari komitmen besar kami di Asia Tenggara, di mana kami telah menginvestasikan lebih dari US$3 miliar dalam pengembangan infrastruktur digital.”

Proyek ini sedang dalam tahap konstruksi dan diperkirakan fase pertama akan mulai beroperasi pada akhir tahun depan. Selain proyek utama ini, Edgnex juga sedang membangun pusat data dengan kapasitas 19,2 MW di kawasan MT Haryono, Jakarta, yang ditargetkan rampung pada kuartal ketiga tahun depan.

Indonesia kini menjadi salah satu hotspot pusat data paling dinamis di Asia Tenggara. Beberapa konglomerat dan perusahaan besar juga tengah berlomba membangun fasilitas serupa. Misalnya, Sinarmas Land, milik keluarga miliarder Widjaja, bermitra dengan K2 Strategic milik Robert Kuok dari Malaysia untuk mengembangkan pusat data 100 MW di Bekasi, dekat Jakarta. Selain itu, Sinarmas Land juga bekerja sama dengan Korea Investment Real Asset menggarap proyek senilai US$300 juta di kawasan bisnis Jakarta.

Sementara itu, pionir industri pusat data lokal, DCI Indonesia, yang didirikan oleh miliarder Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming Hanafia, diperkirakan akan memiliki kapasitas lebih dari 120 MW pada awal 2026 dengan fasilitas-fasilitas baru yang segera beroperasi.

Tidak hanya di Indonesia, Edgnex juga berencana menginvestasikan 32 miliar baht (setara US$982 juta) untuk pembangunan pusat data di Thailand, dengan target kapasitas lebih dari 300 MW di Asia Tenggara dalam setahun ke depan.

Hussain Sajwani sendiri dikenal sebagai pengusaha dengan kekayaan bersih US$10,2 miliar menurut data real-time Forbes. Ia memulai karier bisnisnya pada 2002 dengan menyediakan layanan katering makanan bagi militer AS dan perusahaan konstruksi Bechtel sebelum kemudian berfokus pada pengembangan properti melalui Damac Properties.

Pengembangan pusat data di Indonesia bukan hanya mencerminkan potensi pasar digital yang terus berkembang pesat, tetapi juga menunjukkan bagaimana negara ini menjadi pusat gravitasi baru dalam ekonomi digital Asia Tenggara. Infrastruktur data yang kuat akan menjadi fondasi utama dalam mendukung adopsi teknologi tinggi seperti AI, Internet of Things (IoT), dan cloud computing yang semakin menjadi kebutuhan perusahaan dan pemerintah.

Namun, investasi besar seperti ini juga memunculkan tantangan, terutama terkait dengan regulasi, keamanan data, dan keberlanjutan lingkungan. Pemerintah Indonesia dan pelaku industri diharapkan bekerja sama untuk memastikan bahwa pengembangan infrastruktur digital dapat berjalan seiring dengan prinsip tata kelola yang baik dan pemanfaatan sumber daya yang efisien. ■


Digionary:

● Data Center (Pusat Data): Fasilitas yang digunakan untuk menampung server dan perangkat teknologi informasi guna menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan data.
● Megawatt (MW): Satuan daya listrik, digunakan untuk mengukur kapasitas listrik yang dapat disediakan atau digunakan oleh sebuah pusat data.
● Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI): Teknologi yang memungkinkan mesin melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti pengenalan suara, pengolahan bahasa, dan pengambilan keputusan.
● Komputasi Awan (Cloud Computing): Penggunaan layanan komputasi melalui internet yang memungkinkan akses data dan aplikasi tanpa harus menyimpan secara lokal.
● Edgnex Data Centers: Anak perusahaan Damac Group yang fokus pada pembangunan dan pengelolaan pusat data.
● Damac Group: Perusahaan properti global yang berbasis di Dubai, dikendalikan oleh miliarder Hussain Sajwani.
● Sinarmas Land: Perusahaan properti besar di Indonesia yang memiliki berbagai proyek infrastruktur termasuk pusat data.
● K2 Strategic: Perusahaan investasi yang dikendalikan oleh miliarder Malaysia Robert Kuok.
● DCI Indonesia: Perusahaan lokal pionir pengelolaan pusat data di Indonesia.
● Internet of Things (IoT): Jaringan perangkat yang terhubung ke internet dan dapat saling berkomunikasi dan bertukar data.
● Regulasi Data: Aturan hukum dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan perlindungan data digital.

Comments are closed.