TechFusion Alliance: “Pemerintah perlu manfaatkan teknologi AI untuk kejar pembangunan 3 juta rumah”

- 8 Juni 2025 - 14:08

TechFusion Alliance menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam mengejar target pembangunan 3 juta rumah rakyat yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. AI dinilai mampu mempercepat, mengawasi, dan menyempurnakan berbagai aspek dalam perencanaan, pembiayaan, hingga distribusi rumah kepada masyarakat. Kolaborasi lintas pemangku kepentingan, termasuk BTN, BP Tapera, pengembang, dan pemerintah, dinilai krusial untuk membangun ekosistem digital perumahan nasional berbasis AI yang efisien, transparan, dan berkeadilan.


Fokus utama:

  1. Pemanfaatan AI sebagai fondasi utama untuk mempercepat dan mengefisiensikan pembangunan 3 juta rumah rakyat.
  2. Transformasi digital BTN dan BP Tapera sebagai kunci untuk mewujudkan ekosistem pembiayaan dan distribusi perumahan berbasis data dan teknologi.
  3. Pentingnya peran aktif asosiasi pengembang dalam mengadopsi AI dan sistem digital untuk menjadi smart developer.

Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pembangunan 3 juta rumah rakyat. Namun, upaya ini tidak akan berjalan optimal tanpa perubahan paradigma. Dalam pernyataan resminya hari ini, platform kolaborasi teknologi TechFusion Alliance menegaskan bahwa teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AII) bisa menjadi pilar utama yang harus diintegrasikan dalam setiap tahap pembangunan perumahan nasional.

“Backlog perumahan kita telah berlangsung puluhan tahun. Jika pendekatannya masih konvensional, maka target 3 juta rumah hanya akan menjadi angka di atas kertas. AI adalah alat untuk mengubah cara kita merencanakan, membangun, membiayai, hingga menyalurkan rumah kepada masyarakat yang membutuhkan,” tegas Tuhu Nugraha, Chairman dan Founder TechFusion Alliance, di Jakarta, Sabtu (8/6).

Sebelumnya Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah menyebut backlog rumah mencapai 15 juta unit pada 2025. Jumlahnya naik 51,5 persen dari data Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya sebesar 9,9 juta unit per 2023.

Menurut Tuhu, AI bisa memainkan peran krusial mulai dari pemetaan lokasi strategis berbasis geospasial, perhitungan kebutuhan rumah per wilayah, verifikasi data penerima manfaat, hingga pengawasan proyek pembangunan secara real-time melalui teknologi computer vision dan IoT.

“Teknologinya sudah berkembang sangat dasyat dan kita mesti segera mengadopsinya kalau mau serius merealisasikan target pembangunan 3 juta rumah,” kata Tuhu yang juga principal Applied Digital Economy and Regulatory Network (IADERN).

Sementara itu Deddy H. Pakpahan, Co-Founder TechFusion Alliance yang juga founder digitalbank.id mengatakan, sistem berbasis AI bahkan bisa memprediksi potensi keterlambatan proyek, kelangkaan bahan bangunan, atau anomali anggaran sebelum masalah muncul ke permukaan.

“Inilah kekuatan prediktif AI. Bukan hanya menyelesaikan masalah, tapi mencegahnya sejak dini. Kasus penyalahgunaan dana FLPP [Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan] banyak sekali terjadi di daerah. Dana FLPP-nya terbatas jadi tambah habis kalau dikorupsi. Nah, dengan teknologi AI penyalahgunaan dana FLPP bisa kita minimize,” ujarnya.

BTN perlu terus perkuat transformasi digital

Dalam konteks pembiayaan perumahan, TechFusion menyebut Bank BTN sebagai aktor kunci yang perlu terus memperkuat transformasi digitalnya. Sebagai bank spesialis perumahan, BTN memiliki posisi strategis untuk menyalurkan skema KPR bersubsidi maupun komersial kepada segmen MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).

“BTN saat ini sudah melangkah ke arah digital. AI sudah bisa membantu BTN menyusun profil risiko debitur dengan lebih akurat atau mempercepat proses approval KPR, tapi transformasi BTN harus didorong lebih jauh seperti menyesuaikan produk kredit berdasarkan perilaku digital calon nasabah,” ujar Tuhu.

Lebih lanjut dia mengatakan, AI dan digitalisasi bukan hanya untuk kemudahan internal BTN, tetapi bisa membawa misi sosial KPR subsidi ke next level. “Prosesnya menjadi lebih cepat, tepat sasaran, efisien, dan transparan. Ini juga membuka akses MBR informal atau milenial non-bankable sehingga mampu menjadikan BTN sebagai pelopor KPR subsidi digital terintegrasi,” di Indonesia.

TechFusion mendorong kolaborasi antara BTN dan ekosistem teknologi nasional untuk mengembangkan digital mortgage ecosystem yang sepenuhnya terdigitalisasi, dari simulasi cicilan, penilaian properti, hingga penandatanganan dokumen elektronik.

BP Tapera dan potensi integrasi data AI

Lebih lanjut, TechFusion juga menyoroti pentingnya reformasi teknologi di BP Tapera sebagai pengelola dana pembiayaan rumah nasional. Menurut Deddy, BP Tapera memegang data sangat strategis — mulai dari data kepesertaan ASN, pekerja swasta, hingga penyaluran dana — yang bisa diolah dengan AI untuk menghasilkan peta backlog dinamis dan simulasi pembiayaan paling efektif di tiap daerah.

“BP Tapera perlu mengadopsi teknologi data analytics dan AI secara menyeluruh agar bisa bertindak lebih taktis. Jangan hanya jadi penyalur dana, tapi menjadi pusat kendali informasi dan strategi pembiayaan perumahan nasional dan kami siap berkolaborasi, tegas Deddy.

TechFusion, lanjut dia, membuka ruang kolaborasi untuk menciptakan Tapera Smart Dashboard, sistem terpadu berbasis AI yang memetakan kebutuhan perumahan berdasarkan data real-time dari daerah, data kepesertaan, dan profil risiko keuangan masyarakat.

Sementara mengenai posisi pengembang dalam kontels pemanfaatan AI untuk pembangunan perumahan, asosiasi engembang seperti Real Estate Indonesia (REI), Apersi, atau Himppera harus mengambil peran proaktif. Di era AI, pengembang tidak bisa lagi mengandalkan intuisi dan relasi semata. Dibutuhkan pendekatan berbasis data dan sistem digital end-to-end.

“Asosiasi pengembang harus menjadi pelopor adopsi AI di kalangan pengembang. Misalnya, dalam menentukan lokasi proyek berdasarkan potensi pasar, harga lahan, dan demografi. Bahkan AI bisa dipakai untuk mendesain rumah yang sesuai preferensi pasar lokal,” ujar Deddy.

TechFusion mengajak seluruh asosiasi pengembang agar endorong para anggotanya masuk ke era smart developer, yakni pengembang yang menggunakan teknologi untuk merancang, memasarkan, hingga mengelola hunian dengan efisien dan berkelanjutan. TechFusion saat ini telah menyiapkan AI-based Property Intelligence Platform yang bisa diakses pengembang untuk keperluan riset pasar, perencanaan proyek, hingga monitoring proyek konstruksi.

TechFusion Alliance percaya bahwa program 3 juta rumah bisa menjadi momentum untuk membangun ekosistem digital perumahan nasional. Saat ini TechFusion tengah mengembangkan konsep Digital Housing Command Center, sebuah pusat kendali nasional berbasis AI yang akan membantu pemerintah memantau progress pembangunan rumah di seluruh Indonesia secara real-time.

“Data dari kontraktor, pengembang, pemerintah daerah, BP Tapera, dan BTN akan terhubung dalam satu sistem yang bisa dianalisis secara prediktif dan preskriptif. Dengan ini, pemerintah bisa langsung tahu proyek mana yang macet, wilayah mana yang backlog-nya tinggi, hingga kelompok masyarakat mana yang belum tersentuh KPR,” jelas Deddy.

TechFusion juga tengah menjajaki kerja sama dengan Bappenas, Kementerian Perumahan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perbankan untuk mengintegrasikan sistem scoring kredit berbasis AI, yang memungkinkan pekerja informal, UMKM, dan gig worker mengakses pembiayaan perumahan tanpa perlu dokumen konvensional yang selama ini jadi penghalang.

Dengan semua solusi tersebut, TechFusion ingin memastikan bahwa program 3 juta rumah bukan hanya proyek fisik, tetapi juga transformasi sistemik dalam tata kelola perumahan nasional. AI menjadi fondasi untuk memastikan pembangunan tidak hanya cepat dan masif, tetapi juga akurat, terukur, dan transparan.

“Kami tidak sekadar bicara teknologi, tapi masa depan. Kami percaya bahwa AI bukan menggantikan manusia, melainkan memperkuat kemampuan bangsa untuk menutup ketimpangan perumahan secara berkeadilan,” tutup Tuhu Nugraha. ■


Tentang TechFusion Alliance:

TechFusion Alliance didirikan sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan akan pengembangan teknologi canggih di Indonesia. Dengan latar belakang pertumbuhan pesat ekonomi digital dan meningkatnya permintaan akan solusi teknologi yang cerdas dan efektif, TechFusion Alliance muncul sebagai konsorsium yang bertujuan untuk mendorong kolaborasi lintas industri. Konsorsium ini memusatkan perhatian pada pengembangan dan penerapan teknologi terbaru, seperti Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Blockchain, Big Data, Internet of Things (IoT), Biometrik, Robotic Process Automation (RPA), Chatbot, Mobile Banking, dan teknologi Cloud. TechFusion Alliance juga memiliki misi besar untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Banyak sektor bisnis di Indonesia yang masih dalam tahap awal transformasi digital, dan aliansi ini bertekad untuk menjadi jembatan yang menghubungkan inovasi teknologi global dengan kebutuhan spesifik lokal. Hotline TechFusion Alliance 087889215126, email: info@techfusionalliance.com, www.techfusionalliance.com.


Digionary:

● AI (Artificial Intelligence): Teknologi yang meniru kecerdasan manusia untuk menganalisis, memprediksi, dan membuat keputusan otomatis.
● Backlog Perumahan: Jumlah kekurangan unit rumah untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat.
● Geospasial: Informasi lokasi atau peta yang digunakan untuk analisis wilayah secara digital.
● Computer Vision: Cabang AI yang memungkinkan komputer “melihat” dan memahami gambar atau video.
● IoT (Internet of Things): Jaringan perangkat yang saling terhubung dan dapat bertukar data melalui internet.
● FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan): Skema pembiayaan rumah subsidi yang disediakan pemerintah.
● MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah): Kelompok masyarakat yang menjadi prioritas dalam program perumahan subsidi.
● Digital Mortgage Ecosystem: Ekosistem digital yang mengelola seluruh proses KPR dari awal hingga akhir secara daring.
● Data Analytics: Teknik menganalisis data besar untuk memperoleh insight dan pola perilaku.
● Scoring Kredit Berbasis AI: Sistem penilaian kelayakan kredit otomatis menggunakan algoritma AI, bukan hanya dokumen manual.
● Smart Developer: Pengembang properti yang menggunakan data dan teknologi AI untuk efisiensi dan akurasi dalam proyeknya.
● Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat): Lembaga pengelola tabungan wajib untuk pembiayaan rumah.
● Tapera Smart Dashboard: Sistem terintegrasi berbasis AI untuk memetakan kebutuhan dan pendanaan rumah nasional.
● KPR Subsidi Digital: Kredit rumah bersubsidi yang diproses secara digital dan efisien.
● Digital Housing Command Center: Pusat kendali berbasis AI untuk memonitor proyek pembangunan rumah di seluruh Indonesia secara real-time.

Comments are closed.