Tebar dividen Rp249 miliar, Bank DKI siap bertransformasi menjadi perusahaan go public

- 1 Mei 2025 - 09:29

Bank DKI membagikan dividen Rp249,31 miliar dari laba bersih 2024 dan menetapkan 68% sisanya sebagai laba ditahan untuk ekspansi. Di tengah pembagian laba ini, bank milik Pemprov DKI juga mengambil langkah besar menuju transformasi dengan merencanakan Initial Public Offering (IPO) dan merombak jajaran direksi-komisaris untuk memperkuat fondasi menuju go public.


Fokus utama:

  1. Bank DKI membagikan dividen Rp249,31 miliar dari laba bersih 2024 dan menyisihkan laba untuk ekspansi.
  2. Rencana transformasi strategis Bank DKI menuju IPO disetujui dalam RUPS.
  3. Restrukturisasi jajaran direksi dan komisaris untuk memperkuat tata kelola dan kesiapan go public.

Bank DKI membagikan dividen senilai Rp249,31 miliar kepada para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2024 yang digelar Rabu (30/04/2025). Keputusan ini sekaligus menandai langkah besar bank milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu dalam menyiapkan diri menuju Initial Public Offering (IPO), sebuah transformasi besar yang telah lama ditunggu.

Dari total laba bersih 2024 sebesar Rp779,10 miliar, sebanyak 32% dibagikan sebagai dividen. Rinciannya, Rp249,26 miliar diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta dan Rp56 juta kepada Perumda Pasar Jaya. Sisanya, sebesar Rp529,79 miliar atau 68% ditetapkan sebagai laba ditahan, yang akan digunakan untuk memperkuat permodalan dan memperluas ekspansi bisnis ke depan.

“Dividen ini mencerminkan kinerja positif kami, sekaligus komitmen untuk tetap bertumbuh secara berkelanjutan,” ujar Direktur Utama Bank DKI, Agus H. Widodo, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/4).

Namun, pembagian dividen bukan satu-satunya agenda penting. RUPST tahun ini juga mengesahkan rencana besar: transformasi Bank DKI menjadi perusahaan terbuka melalui IPO. Persetujuan diberikan kepada jajaran direksi dan dewan komisaris untuk menyiapkan seluruh proses, termasuk kajian komprehensif terhadap kondisi pasar dan ekonomi baik di level domestik maupun global.

Langkah menuju bursa ini dipandang sebagai strategi jangka panjang untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan akuntabilitas publik. Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), IPO bukan hanya soal perolehan dana, tapi juga tentang kesiapan tata kelola yang lebih transparan dan efisien.

Sebagai bagian dari penguatan modal, Pemprov DKI juga menambah setoran modal sebesar Rp2,19 miliar, yang berasal dari kredit Hapus Buku eks BPPN dan tercantum dalam APBD-P Tahun 2024. Dengan penambahan ini, modal disetor Perseroan meningkat dari Rp6,577 triliun menjadi Rp6,579 triliun. Sisa dana sebesar Rp760.170 dicatat sebagai cadangan umum perusahaan.

Untuk menopang proses transformasi menuju IPO, RUPST juga merombak jajaran direksi dan komisaris. Anang Basuki ditunjuk sebagai Komisaris Utama menggantikan Bahrullah Akbar. Sementara Michael Rolandi C Brata dan Kiryanto tetap menduduki posisi sebagai Komisaris dan Komisaris Independen.

Di jajaran direksi, Agus H. Widodo masih dipercaya sebagai Direktur Utama, didampingi Ateng Rivai sebagai Direktur Kepatuhan. Nama-nama baru yang ditunjuk meliputi Daniel Setiawan Subianto, Basaria Martha Juliana, Dipo Nugroho, dan Prihanto Herbowo. Penunjukan ini masih menunggu hasil uji kelayakan dan kepatutan dari OJK.

Komisaris dan direksi Bank DKI

Dewan Komisaris:

  • Komisaris Utama (Independen): Anang Basuki
  • Komisaris: Michael Rolandi C Brata
  • Komisaris Independen: Kiryanto

Direksi:

  • Direktur Utama: Agus H. Widodo
  • Direktur Kepatuhan: Ateng Rivai
  • Direktur: Daniel Setiawan Subianto
  • Direktur: Basaria Martha Juliana
  • Direktur: Dipo Nugroho
  • Direktur: Prihanto Herbowo

RUPST juga menyetujui Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan 2024, termasuk pengesahan Laporan Tugas Pengawasan Komisaris, penunjukan Kantor Akuntan Publik untuk audit 2025, serta penetapan kantor auditor untuk aksi korporasi lainnya.

Bank DKI kini berdiri di titik krusial. Di tengah tren perbankan digital dan tekanan global, transformasi menjadi entitas terbuka dinilai sebagai langkah penting untuk bersaing dengan bank-bank lain yang sudah lebih dahulu melantai di bursa. Dari sisi aset, Bank DKI menempati urutan ke-13 nasional dengan total aset mencapai Rp80,26 triliun per Desember 2024.

Menurut riset PwC Indonesia, IPO di sektor perbankan dapat mendorong efisiensi operasional hingga 20% dan meningkatkan valuasi perusahaan sebesar rata-rata 1,3 kali dari nilai buku. Namun, tantangan tidak kecil: pasar modal yang fluktuatif dan tuntutan transparansi publik akan menjadi ujian utama. ■

Comments are closed.