JP Morgan perkuat komitmen transisi energi hijau meski tren ekonomi rendah karbon turun

- 10 Mei 2025 - 09:20

JP Morgan memperkuat komitmen transisi energi hijau di Eropa dengan menunjuk Kai-Christian Nerger sebagai kepala divisi baru Green Economic Banking. Penunjukan ini menandai langkah strategis bank investasi raksasa asal Wall Street untuk tetap relevan di tengah tren global menuju ekonomi rendah karbon, meski beberapa bank besar mulai melepas ambisi iklim mereka.


Fokus utama:

  1. JP Morgan menunjuk Kai-Christian Nerger sebagai Kepala Green Economic Banking Eropa, mempertegas posisi bank dalam transisi ke ekonomi hijau.
  2. Meski keluar dari aliansi iklim awal 2025, JP Morgan tetap menggelontorkan investasi besar untuk proyek energi terbarukan dan teknologi iklim.
  3. Di saat bank-bank besar Amerika Utara dan Eropa cenderung mundur dari ambisi iklim, JP Morgan memilih arah berbeda.

Di tengah derasnya arus balik ambisi iklim dari sejumlah bank besar dunia, JP Morgan justru mengambil langkah berlawanan. Raksasa keuangan asal Wall Street itu membentuk divisi baru yang khusus menangani ekonomi hijau di Eropa dan menunjuk eksekutif senior Kai-Christian Nerger untuk memimpinnya.

Dalam memo internal yang dikutip Energy News pada Kamis (8/5), JP Morgan mengumumkan bahwa Nerger kini menjabat sebagai Kepala Green Economic Banking untuk kawasan Eropa, posisi yang baru dibentuk dalam divisi perbankan korporasi global. Penunjukan ini dimaksudkan untuk memperkuat penawaran jasa keuangan hijau JP Morgan kepada klien-klien korporatnya di Eropa, khususnya di bidang energi terbarukan dan teknologi hijau.

Nerger bukan wajah baru di JP Morgan. Ia telah bekerja lebih dari satu dekade di bank tersebut, termasuk menangani sektor industri terdiversifikasi, utilitas, serta energi dan energi terbarukan. Fokus utamanya selama ini adalah klien industri Jerman yang tengah giat melakukan dekarbonisasi, mulai dari sektor manufaktur berat hingga perusahaan energi bersih.

“Peran baru ini akan memimpin tim yang membantu klien di Eropa menurunkan emisi karbon sekaligus memanfaatkan peluang bisnis di sektor ekonomi hijau yang terus berkembang,” bunyi isi memo tersebut.

Penunjukan ini terjadi di tengah atmosfer global yang tidak sepenuhnya mendukung agenda hijau. Sejumlah bank besar, terutama di Amerika Utara dan Eropa, diketahui telah menurunkan ambisi iklim mereka sejak sebelum dan sesudah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai calon kuat presiden AS. Sebelumnya, pada Januari 2025, JP Morgan sendiri menarik diri dari Net-Zero Banking Alliance (NZBA), sebuah koalisi global perbankan yang mendukung target emisi nol bersih.

Namun demikian, bank ini menegaskan bahwa langkah tersebut bukan berarti menghentikan dukungan terhadap ekonomi hijau.

“Kami terus membantu klien mengembangkan bisnis transisi energi dan teknologi iklim di seluruh dunia,” tulis JP Morgan dalam memo yang sama.

Komitmen finansial JP Morgan terhadap isu iklim tidak kecil. Sejak 2021, bank ini telah memfasilitasi pembiayaan senilai US$242 miliar untuk proyek-proyek ramah lingkungan. Sebagai bagian dari target jangka panjangnya, JP Morgan telah mengalokasikan total US$1 triliun untuk mendukung berbagai inisiatif perubahan iklim.

Meski pernyataan bank terlihat menjanjikan, realitas di industri perbankan global menunjukkan tren berbeda. Menurut laporan Bloomberg Green awal tahun ini, lebih dari 30 bank besar dunia menunda atau menurunkan komitmen pendanaan untuk proyek iklim, seiring tekanan politik dan gejolak ekonomi. Beberapa di antaranya menyebut ketidakpastian regulasi dan risiko pembiayaan sebagai alasan.

Dalam konteks Eropa, di mana regulasi iklim semakin ketat, langkah JP Morgan bisa dibaca sebagai upaya mempertahankan relevansi dan reputasi, terutama di pasar Jerman dan Skandinavia yang sangat progresif dalam kebijakan iklim. Di sisi lain, pasar negara berkembang seperti Asia Tenggara dan Afrika juga mulai menjadi ladang investasi hijau yang menjanjikan.

Lembaga riset Climate Policy Initiative mencatat bahwa kebutuhan pembiayaan transisi energi global hingga 2030 mencapai US$4 triliun per tahun. Namun, hingga kini, total investasi aktual baru mencapai sepertiga dari jumlah tersebut. Maka, langkah-langkah konkret dari pelaku keuangan besar seperti JP Morgan sangat penting dalam menutup kesenjangan itu.

Waktu akan menjadi ujian utama. Dalam dunia perbankan yang sangat dipengaruhi oleh dinamika geopolitik dan tekanan pemegang saham, mempertahankan arah investasi hijau bukan perkara mudah. Meski begitu, dengan penguatan struktur kepemimpinan seperti penunjukan Nerger, JP Morgan tampaknya ingin memberi sinyal bahwa ekonomi hijau bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari transformasi jangka panjang. ■

Comments are closed.