Peta suku bunga global 2025: Venezuela tertinggi, Swiss dan Fiji terendah

- 10 Mei 2025 - 08:08

Pada 2025, peta suku bunga global menunjukkan adanya kontras yang sangat tajam dimanq Venezuela mencatat suku bunga tertinggi di dunia sebesar 59,4% untuk menahan inflasi ekstrem, sementara Swiss dan Fiji menetapkan suku bunga terendah di 0,25% guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Lantas bagaimana dengan AS? Amerika Serikat mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%–4,5%, dengan rencana dua kali pemotongan pada akhir tahun, meskipun menghadapi tekanan politik dan ketidakpastian akibat tarif perdagangan.


Fokus utama:

  1. Venezuela menetapkan suku bunga acuan sebesar 59,4%, tertinggi di dunia, sebagai upaya menahan inflasi yang terus melonjak dan depresiasi mata uang. Turki mengikuti dengan suku bunga 46%, mencerminkan kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan harga dan stabilitas nilai tukar.
  2. Swiss dan Fiji menetapkan suku bunga acuan terendah di dunia sebesar 0,25%. Swiss National Bank siap menurunkan suku bunga lebih lanjut untuk mencegah deflasi, sementara Fiji mempertahankan suku bunga rendah guna mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
  3. Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%–4,5%, dengan proyeksi dua kali pemotongan pada akhir 2025. Meskipun menghadapi tekanan dari Presiden Trump untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi, The Fed tetap berhati-hati karena ketidakpastian akibat tarif perdagangan dan potensi inflasi.

Peta suku bunga global 2025 menggambarkan respons beragam dari bank sentral terhadap tantangan ekonomi masing-masing negara.

Venezuela menghadapi inflasi yang sangat tinggi, mendorong bank sentralnya menetapkan suku bunga acuan sebesar 59,4% . Kebijakan ini bertujuan menahan laju inflasi dan stabilisasi mata uang. Turki mengikuti dengan suku bunga 46%, mencerminkan upaya serupa dalam mengendalikan harga dan menjaga stabilitas nilai tukar.

Swiss National Bank menetapkan suku bunga acuan sebesar 0,25% dan siap menurunkannya lebih lanjut untuk mencegah deflasi, setelah inflasi turun ke 0% pada April . Fiji mempertahankan suku bunga rendah sebesar 0,25% guna mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%–4,5%, dengan proyeksi dua kali pemotongan pada akhir 2025 . Meskipun menghadapi tekanan politik untuk menurunkan suku bunga, The Fed tetap berhati-hati karena ketidakpastian akibat tarif perdagangan dan potensi inflasi.

Bagaimana dengan Indonesia?

Bank Indonesia (BI) saat ini mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 6,25% per Mei 2025. Ini merupakan suku bunga tertinggi sejak 2016, dan kebijakan ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta mengantisipasi risiko inflasi, terutama dari tekanan eksternal seperti penguatan dolar AS dan ketidakpastian global.

Alasan BI belum menurunkan suku bunga saat ini pertama karena tekanan terhadap rupiah, terutama akibat penguatan dolar AS dan arus keluar modal dari pasar negara berkembang, membuat BI lebih fokus pada stabilitas makro ketimbang mendorong pertumbuhan lewat pelonggaran suku bunga.

Kedua, inflasi Indonesia masih dalam target BI (sekitar 2,5%–4%), namun risiko dari harga pangan dan energi global membuat BI tetap waspada. Ketiga, Indonesia masih sangat bergantung pada aliran modal asing, khususnya di pasar obligasi. Menurunkan suku bunga bisa melemahkan daya tarik aset rupiah.

Di tingkat regional suku bunga Indonesia (6,25%) lebih tinggi dibandingkan Malaysia (3%), Thailand (2,5%), dan Vietnam (4,5%), namun jauh lebih rendah dibandingkan Filipina (6,5%). Posisi ini menunjukkan sikap BI yang hati-hati namun cukup proaktif dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas keuangan.

Jika tekanan eksternal mereda dan inflasi tetap terjaga, BI diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga secara bertahap mulai kuartal IV 2025, mengikuti tren pelonggaran moneter global. ■

Comments are closed.