
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencetak laba bersih Rp 60,15 triliun pada 2024, menjadikannya bank dengan keuntungan terbesar di Indonesia. Meski hanya tumbuh tipis dari tahun sebelumnya, BBRI tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar. Kinerja ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga dan ekspansi kredit UMKM yang menjadi fokus utama bank.
Poin utama:
- BBRI mencatat laba Rp 60,15 triliun pada 2024, naik dari Rp 60,1 triliun di 2023.
- Pendapatan bunga mencapai Rp199,26 triliun, tumbuh 9,96% yoy, meski beban bunga melonjak 30,59%.
- Kredit UMKM menyumbang porsi terbesar dalam portofolio BBRI, mencerminkan strategi bank dalam mendukung sektor produktif.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali menorehkan prestasi sebagai bank dengan laba terbesar di Indonesia. Sepanjang 2024, BBRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 60,15 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 60,1 triliun. Kendati pertumbuhannya tipis, pencapaian ini menegaskan dominasi BBRI di industri perbankan nasional.
Kinerja impresif ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga yang mencapai Rp 199,26 triliun, tumbuh 9,96% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, di sisi lain, beban bunga bank pelat merah ini juga mengalami lonjakan signifikan sebesar 30,59% menjadi Rp 57,21 triliun. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) BBRI tercatat Rp 142,06 triliun, naik 3,39% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagai bank yang berorientasi pada pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), BBRI terus memperkuat perannya dalam mendorong sektor produktif. Kredit yang disalurkan ke sektor UMKM tetap mendominasi portofolio pembiayaan bank, sejalan dengan strategi pemerintah dalam memperkuat perekonomian berbasis usaha kecil dan menengah.
Dalam berbagai kesempatan, Direktur Utama BBRI, Sunarso, menegaskan bahwa pertumbuhan bank harus tetap selaras dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. “Kami tidak hanya fokus pada profitabilitas, tetapi juga pada keberlanjutan bisnis dan kontribusi terhadap perekonomian nasional, terutama di sektor UMKM,” ujarnya.
Tingginya alokasi kredit ke UMKM bukan hanya memperkokoh posisi BBRI sebagai bank terbesar di segmen ini, tetapi juga membuktikan komitmennya dalam menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sektor UMKM berkontribusi sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja.
Tantangan dan prospek ke depan
Meski membukukan kinerja positif, BBRI tidak lepas dari tantangan, terutama dalam menjaga margin keuntungan di tengah tekanan kenaikan beban bunga. Seiring dengan tren suku bunga yang cenderung meningkat, perbankan harus lebih cermat dalam mengelola biaya dana agar tetap kompetitif.
Ke depan, BBRI diperkirakan akan terus memperluas ekosistem digitalnya untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas jangkauan layanan perbankan, terutama bagi pelaku UMKM yang masih membutuhkan akses keuangan lebih luas. Transformasi digital yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir diyakini akan menjadi salah satu faktor kunci dalam mempertahankan pertumbuhan bank di tengah persaingan yang semakin ketat.
Dengan fundamental yang kuat dan strategi yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat, BBRI tampaknya akan terus menjadi pemain utama dalam industri perbankan nasional. ■