
Bank DKI menutup tahun 2024 dengan kinerja keuangan yang kuat, mencerminkan strategi bisnis yang efektif dalam mendukung sektor usaha kecil dan menengah (UKM) serta menjaga stabilitas fundamental keuangan. Di tengah persaingan industri perbankan yang semakin ketat, bank daerah milik Pemprov DKI Jakarta ini berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit, menjaga kualitas aset, serta memperkuat posisi likuiditasnya.
Poin utama:
- Kredit UKM naik 15,47% YoY menjadi Rp2,22 triliun, mencerminkan komitmen Bank DKI dalam mendukung sektor usaha kecil dan menengah.
- Laba bersih mencapai Rp779 miliar, NPL Gross terjaga di 2,54%, dan rasio CKPN 173,20%, menandakan ketahanan bank menghadapi potensi risiko.
- Bank DKI menargetkan ekspansi layanan digital serta penguatan ekosistem bisnis sebagai strategi utama pertumbuhan di tahun depan.
Hingga akhir Desember 2024, total kredit dan pembiayaan Bank DKI tumbuh 2,26% menjadi Rp53,18 triliun, dibandingkan dengan Rp52,00 triliun pada 2023. Sektor UKM menjadi motor utama pertumbuhan, dengan peningkatan signifikan sebesar 15,47% YoY, mencapai Rp2,22 triliun dari Rp1,93 triliun pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama Bank DKI, Agus H. Widodo, menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari strategi mitigasi risiko yang lebih baik serta berbagai inisiatif digitalisasi dan inovasi layanan.
“Tahun 2024 menjadi momentum penting bagi Bank DKI dalam membangun fondasi bisnis yang lebih tangguh. Dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian, kami terus mengakselerasi pertumbuhan kredit dan pembiayaan, terutama di sektor UKM, yang memiliki potensi besar dalam menopang perekonomian daerah. Kami optimistis dapat mempertahankan tren pertumbuhan positif ini di tahun-tahun mendatang,” ujar Agus.
Kualitas aset dan likuiditas
Selain ekspansi di sektor UKM, segmen kredit dan pembiayaan konsumer juga tumbuh 5,85%, mencapai Rp23,39 triliun dibandingkan dengan Rp22,10 triliun pada 2023.
Kualitas kredit tetap dalam batas aman dengan rasio kredit bermasalah (NPL Gross) di angka 2,54% dan NPL Nett sebesar 1,06%. Manajemen risiko yang disiplin juga tercermin dalam penguatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN), yang mencapai rasio 173,20%.
Di sisi penghimpunan dana, Bank DKI berhasil menjaga momentum pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang naik menjadi Rp64,08 triliun dari Rp63,63 triliun pada 2023. Rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) tetap solid di level 43,70%, mencerminkan optimalisasi efisiensi biaya dana (Cost of Fund).
Likuiditas perseroan juga tetap sehat, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 82,99%, memastikan fleksibilitas ekspansi kredit tanpa mengorbankan stabilitas keuangan.
Siap ekspansi digital di 2025
Bank DKI mencatat laba bersih sebesar Rp779 miliar pada 2024, menandakan kinerja keuangan yang solid dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI, Romy Wijayanto, menyatakan bahwa bank telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mengakselerasi pertumbuhan di 2025.
“Kami telah mengambil langkah-langkah strategis sepanjang tahun 2024 untuk memperkuat fundamental bisnis, dan ini akan menjadi landasan bagi pertumbuhan yang lebih agresif di tahun 2025. Inovasi layanan, ekspansi ekosistem bisnis, serta peningkatan efisiensi operasional akan menjadi prioritas kami untuk mempercepat akselerasi bisnis Bank DKI,” jelas Romy.
Di 2025, Bank DKI berencana memperkuat digitalisasi layanan perbankan, termasuk pengembangan platform keuangan berbasis teknologi serta peningkatan integrasi layanan bagi nasabah.
Dengan fundamental yang semakin kuat, strategi pertumbuhan yang terarah, serta fokus pada inovasi digital, Bank DKI optimistis dapat terus berkembang sebagai bank daerah yang kompetitif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan industri perbankan di masa depan. ■