Ketegangan dagang AS-China memanas, Bitcoin tetap diburu investor

- 5 Juni 2025 - 18:00

Ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat setelah pernyataan pedas dari Donald Trump, memicu kekhawatiran investor global akan dampaknya terhadap inflasi, suku bunga, dan pasar aset digital seperti Bitcoin. Di tengah ketidakpastian, investor memilih sikap hati-hati sambil menanti arah kebijakan The Fed dan perkembangan data ekonomi global, dengan strategi investasi jangka panjang menjadi semakin relevan.


Fokus utama:

  1. Memanasnya hubungan dagang AS-China dan dampaknya terhadap pasar global.
  2. Sikap wait and see investor terhadap Bitcoin dan saham AS di tengah ketidakpastian ekonomi.
  3. Strategi investasi jangka panjang seperti DCA kian relevan di tengah volatilitas rendah.

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali mencuat, memicu kegelisahan pasar global dan membuat pelaku pasar mengambil sikap hati-hati. Pernyataan terbaru Donald Trump di media sosial, yang menyebut Presiden Xi Jinping sebagai “sosok sulit untuk diajak mencapai kesepakatan,” menjadi pemantik baru dalam konflik dagang yang belum kunjung reda.

Walau Trump menegaskan bahwa ia menyukai pribadi Xi, komentarnya menandakan hubungan diplomatik dua raksasa ekonomi dunia tersebut masih jauh dari kata harmonis. Komentar itu muncul di tengah kebuntuan negosiasi perdagangan yang sudah lama menggantung, dan kini diperkeruh oleh kebijakan proteksionisme baru dari kedua pihak.

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai bahwa pernyataan Trump semakin menambah beban psikologis investor yang sejak awal sudah cemas dengan tekanan inflasi dan ketidakpastian suku bunga global. “Meskipun data inflasi PCE bulan April lebih rendah dari ekspektasi, pasar masih dihantui ketakutan bahwa kebijakan tarif baru dari AS bisa mendorong inflasi lebih tinggi,” ujarnya.

Kekhawatiran ini diperparah oleh belum adanya sinyal jelas dari Ketua The Fed, Jerome Powell, soal penurunan suku bunga. Dalam pidatonya di Konferensi Peringatan 75 Tahun Divisi Keuangan Internasional pada 2 Juni lalu, Powell tidak memberikan indikasi bahwa pelonggaran moneter akan segera dilakukan.

Sementara itu, konflik dagang AS-China juga melebar ke sektor teknologi dan pendidikan. Pemerintah China menuduh AS melanggar perjanjian dagang dengan memberlakukan pembatasan ekspor terhadap chip AI dan perangkat lunak desain chip, serta rencana pencabutan visa pelajar asal China. Sebaliknya, AS menuding Beijing tidak memenuhi komitmen ekspor mineral penting.

Penundaan kenaikan tarif yang direncanakan akan berakhir Agustus mendatang membuat investor kian waspada. Presiden Trump sempat menyatakan harapan agar komunikasi dengan Xi bisa meredakan ketegangan, namun hingga kini belum ada jadwal pertemuan tingkat tinggi yang dikonfirmasi.

Di tengah kekacauan geopolitik tersebut, pasar saham AS dan kripto terlihat datar. Indeks Nasdaq dan Dow Jones hanya bergerak di bawah 0,35%, sementara indeks S&P 500 pada perdagangan 4 Juni hanya naik 0,0074%. Bitcoin, meski sempat mengalami aksi ambil untung setelah mencetak rekor tertinggi pada 23 Mei, tetap menunjukkan ketahanan.

Fahmi menilai bahwa volatilitas rendah saat ini bukan sinyal awal fase bearish. “Jika reli tidak terjadi dalam waktu dekat dan pasar bergerak sideways, maka tren bullish bisa bertahan lebih lama dan memberi ruang bagi investor untuk mengambil posisi,” katanya. Ia mengacu pada data on-chain seperti MVRV Z-Score yang saat ini berada di angka 2,6—indikasi bahwa peluang kenaikan masih terbuka.

Yang menarik, meski sentimen pasar lesu, aliran dana ke ETF Bitcoin spot tetap positif. Pada 4 Juni, dana masuk bersih tercatat sebesar US$87 juta, menunjukkan bahwa investor institusi masih menaruh kepercayaan terhadap potensi jangka panjang Bitcoin.

“Ini menjadi sinyal penting bahwa investor AS tidak serta-merta mundur dari pasar kripto, meskipun latar belakang ekonomi dan geopolitik sedang tidak menentu,” jelas Fahmi.

Di tengah ketidakpastian ini, strategi investasi seperti Dollar Cost Averaging (DCA) menjadi solusi logis. DCA memungkinkan investor membeli aset secara bertahap dalam periode waktu tertentu, mengurangi risiko akibat fluktuasi harga jangka pendek.

“Strategi ini bisa dioptimalkan dengan fitur investasi seperti ‘Packs’ di Reku, yang memungkinkan diversifikasi ke berbagai crypto blue chip dan ETF saham AS hanya dalam sekali swipe,” jelas Fahmi. Fitur ini juga dilengkapi sistem Rebalancing otomatis yang menyesuaikan portofolio sesuai kondisi pasar.

Dalam lanskap global yang dipenuhi ketidakpastian—dari perang dagang, suku bunga, inflasi, hingga ketegangan geopolitik—investor harus lebih cermat dalam menyusun strategi. Ketahanan Bitcoin dan konsistensi arus dana institusional mengindikasikan bahwa optimisme belum sepenuhnya pudar.

Meski tren bullish tidak selalu berarti kenaikan agresif dalam waktu dekat, pasar yang stabil bisa menjadi fondasi kuat bagi investor jangka panjang. Dalam kondisi seperti ini, kehati-hatian dan strategi akumulasi bertahap lebih relevan dibanding spekulasi jangka pendek. ■


Digionary:

● ETF (Exchange-Traded Fund): Produk investasi yang diperdagangkan seperti saham, berisi kumpulan aset seperti saham atau mata uang kripto.
● Bitcoin Spot ETF: ETF yang berbasis pada harga pasar Bitcoin secara langsung, bukan kontrak berjangka.
●,PCE (Personal Consumption Expenditures): Indikator inflasi yang digunakan The Fed untuk mengevaluasi kondisi ekonomi.
● DCA (Dollar Cost Averaging): Strategi investasi di mana investor membeli aset dalam jumlah tetap secara berkala.
●,MVRV Z-Score: Metode analisis on-chain untuk menilai apakah Bitcoin overvalued atau undervalued berdasarkan kapitalisasi pasar dan realisasi.
●,Rebalancing: Proses penyesuaian kembali alokasi investasi agar tetap sesuai dengan tujuan awal dan kondisi pasar.
● Blue Chip Crypto: Mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar besar dan reputasi stabil, seperti Bitcoin dan Ethereum.
● Nasdaq, Dow, S&P 500: Indeks saham utama di Amerika Serikat yang mencerminkan kinerja pasar modal AS.
●,The Fed (Federal Reserve): Bank sentral Amerika Serikat yang mengatur kebijakan moneter dan suku bunga.
●,Visa Mahasiswa: Izin tinggal yang diberikan kepada pelajar asing untuk studi di negara tujuan.
● Export Control: Pembatasan yang diberlakukan suatu negara terhadap ekspor barang tertentu, terutama teknologi strategis.
●,Sideways Market: Kondisi pasar di mana harga aset bergerak stabil dalam rentang sempit, tanpa tren naik atau turun yang jelas.
●,Bullish Trend: Tren pasar yang menunjukkan pergerakan harga naik secara konsisten.
● Profit Taking: Aksi menjual aset setelah harga naik untuk mengamankan keuntungan.

Comments are closed.