
Investasi aset kripto di Indonesia terus menguat dengan transaksi mencapai Rp32,45 triliun pada Maret 2025, didorong oleh optimisme terhadap Bitcoin yang mendekati level tertinggi sepanjang masa (ATH). Pertumbuhan jumlah investor kripto juga signifikan, menandai makin kuatnya kepercayaan masyarakat pada aset digital sebagai alternatif investasi jangka panjang. Dengan dukungan regulasi, edukasi, dan inovasi teknologi, pasar kripto Indonesia diperkirakan tumbuh pesat, membuka peluang besar sekaligus menuntut kehati-hatian investor.
Fokus utama:
- Transaksi dan jumlah investor kripto di Indonesia terus meningkat, mencerminkan tren positif di pasar aset digital.
- Bitcoin yang mendekati ATH menjadi pendorong sentimen optimisme investor ritel dan institusi.
- Inovasi produk investasi kripto serta regulasi yang mendukung menjadi kunci pertumbuhan pasar dan edukasi investor.
Pasar aset kripto di Indonesia menunjukkan dinamika yang semakin kuat, dengan nilai transaksi mencapai Rp32,45 triliun pada Maret 2025. Angka ini relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai Rp32,78 triliun, menunjukkan likuiditas pasar yang kokoh di tengah volatilitas global. Tak hanya nilai transaksi, jumlah investor kripto di Tanah Air juga terus bertambah dari 13,31 juta menjadi 13,71 juta orang, menegaskan bahwa minat masyarakat terhadap aset digital makin meluas.
Robby, Chief Compliance Officer Reku dan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO-ABI), menilai bahwa tren ini mencerminkan kepercayaan masyarakat yang kian kuat terhadap kripto sebagai instrumen investasi alternatif.
“Walaupun pasar sempat mengalami koreksi ringan pada Maret lalu, masyarakat Indonesia mulai memandang aset kripto sebagai bagian portofolio jangka panjang. Aset digital menawarkan fleksibilitas dan potensi imbal hasil yang cukup tinggi dibanding instrumen lain,” ujarnya.
Salah satu faktor penting yang mendorong kenaikan ini adalah kemudahan akses dan edukasi yang makin merata. “Di platform terdaftar dan diawasi OJK seperti Reku, masyarakat sudah bisa mulai investasi kripto dengan modal serendah Rp10.000. Ini membuka peluang bagi investor pemula maupun yang sudah berpengalaman untuk memasukkan aset digital ke dalam portofolio mereka,” tambah Robby.
Data terbaru dari CoinMarketCap pada 19 Mei 2025 menunjukkan harga Bitcoin naik ke level sekitar US$102.800 (setara Rp1,6 miliar), dengan puncak harian mencapai US$107.000. Angka ini hanya sekitar 3% di bawah All-Time High (ATH) US$109.100 yang tercatat pada 20 Januari 2025, pasca pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Kestabilan harga Bitcoin yang mendekati ATH ini memicu optimisme baru, terutama di kalangan investor ritel. Harga yang nyaris menyentuh rekor tertinggi memperkuat persepsi Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang atau safe haven,” jelas Robby.
Namun, Robby mengingatkan agar para investor, khususnya pemula, tetap waspada terhadap risiko yang melekat pada instrumen ini. “Selalu gunakan uang dingin saat berinvestasi, dan buat keputusan yang bijak serta terukur sesuai tujuan investasi masing-masing,” pesannya.
Laporan Statista memproyeksikan jumlah investor kripto di Indonesia pada 2025 akan melampaui 28,65 juta, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Pada 2024, Indonesia menempati posisi ke-12 sebagai negara dengan kepemilikan kripto terbesar di dunia, berdasarkan laporan Triple A, perusahaan penyedia layanan pembayaran digital berbasis kripto. Sekitar 13,9% penduduk Indonesia tercatat telah memiliki aset kripto.
Robby optimis, “Dengan dukungan edukasi, regulasi yang semakin kondusif, dan perlindungan investor, Indonesia akan terus menjadi pasar kripto dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, bahkan secara global. Aset kripto akan semakin menjadi bagian integral dalam ekosistem investasi dan transformasi fintech di Tanah Air.”
Untuk mengakomodasi kebutuhan investor pemula maupun profesional, Reku meluncurkan fitur Packs yang memudahkan diversifikasi aset kripto dan saham AS dalam satu sentuhan. “Packs berisi kumpulan crypto blue chip dengan kapitalisasi pasar terbesar dan performa terbaik. Pengguna bisa memilih paket ini dan melakukan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) dengan mudah. Sistem Rebalancing otomatis yang menyertainya juga menyesuaikan alokasi investasi sesuai kondisi pasar secara berkala,” jelas Robby.
Strategi ini membantu investor memaksimalkan potensi keuntungan sekaligus mengurangi risiko pasar yang fluktuatif. ■