The Fed tahan suku bunga, Bitcoin meroket dekati level psikologis US$100.000

- 8 Mei 2025 - 17:59

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden Trump mendorong gelombang optimisme di pasar global. Bitcoin melonjak mendekati level psikologis US$100.000, sementara indeks saham AS menguat, didorong harapan pelonggaran tarif dan kebangkitan pembicaraan dagang AS–China. Investor kini melihat peluang besar, termasuk melalui strategi investasi bertahap (DCA) di aset kripto dan saham.


Fokus utama:

  1. Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga dan alasannya di tengah ketidakpastian ekonomi global.
  2. Kenaikan harga Bitcoin dan saham-saham AS sebagai respons terhadap kebijakan moneter dan politik dagang AS.
  3. Strategi investasi jangka menengah untuk merespons dinamika pasar, termasuk melalui dollar cost averaging.

Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat kembali menahan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%–4,50% dalam keputusan yang telah lama ditunggu investor global. Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang digelar Rabu malam waktu AS berlangsung dalam bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global yang dipicu kebijakan tarif impor baru dari Presiden Donald Trump.

Keputusan ini menjadi sinyal kuat bahwa The Fed memilih sikap waspada di tengah ekonomi yang disebut Ketua The Fed Jerome Powell masih “solid,” namun rentan terhadap lonjakan inflasi dan potensi peningkatan pengangguran.

“Kebijakan moneter harus tetap fleksibel. Posisi kami saat ini kami anggap cukup untuk merespons perkembangan ekonomi secara tepat waktu,” tegas Powell.

Powell juga menyoroti bahwa ketidakpastian utama datang dari kebijakan perdagangan, khususnya tarif impor, yang menyulitkan The Fed dalam memprediksi arah ekonomi. “Jika tekanan muncul bersamaan dari sisi inflasi dan pasar tenaga kerja, kami mungkin harus memilih risiko mana yang akan kami hadapi lebih dahulu,” katanya.

Langkah The Fed yang dinilai ‘dovish’ oleh pelaku pasar segera direspon positif. Harga Bitcoin melonjak hingga menembus level US$99.000 pada 8 Mei 2025, hanya dua hari setelah diperdagangkan di level US$93.000.

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai keputusan The Fed memperkuat sentimen positif di pasar kripto dan saham. Terlebih, Presiden Trump mengisyaratkan akan mengumumkan kesepakatan dagang besar dengan negara “yang sangat dihormatinya”—yang menurut spekulasi pasar adalah Inggris.

“Khususnya setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan mengumumkan kesepakatan dagang besar… Bitcoin kini sudah menembus level US$99.000,” ujar Fahmi.

Lonjakan ini membuka peluang Bitcoin melampaui level resistance psikologis di US$100.000, terutama jika negosiasi perdagangan dan pelonggaran tarif terus berlanjut.

Indeks saham utama AS juga bergerak naik seiring optimisme pasar. Dow Jones ditutup menguat 0,7%, sementara Nasdaq naik 0,4%. Meski saham Alphabet terpukul dan turun hingga 7,5% akibat tekanan pada lini bisnis pencarian, sentimen tetap positif secara umum.

Optimisme ini didorong kabar bahwa AS dan China akan kembali membuka jalur komunikasi dagang di Swiss, sebuah langkah diplomatik yang dianggap vital untuk menghindari eskalasi tarif. Laporan juga menyebutkan Trump sedang mempertimbangkan pelonggaran pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) yang sebelumnya diperketat oleh pemerintahan Biden.

Beberapa saham individual turut menjadi sorotan. Disney menguat setelah merilis laporan keuangan yang solid dan mengumumkan rencana pembangunan taman hiburan di Abu Dhabi. BMW, meskipun dibayangi beban tarif, tetap optimis terhadap outlook bisnisnya.

Kondisi pasar yang dinamis ini menciptakan peluang besar bagi investor, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman. Salah satu strategi yang direkomendasikan adalah Dollar Cost Averaging (DCA)—mengakumulasi investasi secara bertahap dalam periode waktu tetap.

“Investor dapat mengoptimalkan fitur seperti ‘Packs’ di Reku yang memungkinkan diversifikasi otomatis ke aset kripto blue chip dan ETF saham AS,” jelas Fahmi.

Fitur ini dilengkapi sistem rebalancing yang menyesuaikan alokasi portofolio sesuai kondisi pasar, menjadikannya strategi yang mudah dan efisien untuk jangka menengah.

Meski sentimen pasar tampak positif, kehati-hatian tetap diperlukan. Lembaga riset seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley masih memperkirakan risiko volatilitas tinggi pada semester kedua 2025, terutama jika tensi geopolitik dan kebijakan dagang kembali memanas. Dalam laporan World Economic Outlook terbaru IMF, ekonomi global diproyeksi tumbuh hanya 2,8% tahun ini, dengan Amerika Serikat tetap menjadi penentu arah pasar global.

Dengan pasar kripto dan saham AS berada dalam momentum kenaikan, keputusan investasi kini kembali ke tangan investor: apakah memilih euforia atau tetap disiplin pada strategi jangka panjang. ■

Comments are closed.